Oleh: Roma Kyo Kae Saniro
(Dosen Prodi Sastra Indonesia FIB Universitas Andalas)
Masa muda dapat dipahami sebagai fase dalam kehidupan seseorang yang biasanya mencakup periode dari akhir remaja hingga awal dewasa. Ini adalah periode transisi yang ditandai dengan berbagai perubahan fisik, emosional, sosial, dan intelektual yang penting dalam perkembangan individu. Selain itu, masa muda sering disebut sebagai “masa keemasan” karena berbagai alasan, dan banyaknya perubahan yang terjadi pada masa ini dapat memberikan pengaruh yang besar terhadap perkembangan dan masa depan seseorang.
Tidak hanya itu, masa muda memberikan ruang bagi seseorang mulai mengeksplorasi dan membentuk jati dirinya. Orang-orang mulai mengetahui siapa diri mereka, apa nilai-nilai dan kepercayaan mereka, serta apa yang mereka inginkan dalam kehidupan. Proses ini dapat mempengaruhi keputusan penting di masa depan. Masa muda menjadi masa untuk berkembang melalui berbagai hubungan dengan keluarga, teman, atau manusia lainnya.
Masa muda yang penuh dengan “warna” ini digambarkan melalui serial televisi Korea Selatan yang berjudul Hello, My Twenties! Season 1 dan 2. Namun, pembahasan pada artikel ini berfokus pada season 1. Serial ini dibintangi oleh Han Ye-ri, Han Seung-yeon, Park Eun-bin, Ryu Hwa-young, Park Hye-su, Ji Woo dan Choi Ara. Serial pada season 1 ditayangkan di JTBC mulai 22 Juli 2016 hingga 7 Oktober 2017. Pada season 1, serial ini mengisahkan kehidupan tentang lima gadis (Yoon Jin Myung (Yeri Han), Jung Ye Eun (Han Seung Yeon), Song Ji Won (Park Eun Bin), Kang Yi Na (Ryu Hwayoung), dan Yoo Eun Jae (Park Hye Soo) yang tinggal bersama di sebuah rumah berbagi bernama “Belle Epoque”.
Kelima gadis tersebut tinggal di kosan bernama “Belle Époque”. Kelima mahasiswa tersebut hidup bersama dan menjalani kehidupan untuk saling mendukung satu sama lain. Kelima gadis tersebut memiliki berbagi problematik berbeda dalam kehidupannya. Pertama, tokoh Jin Myung yang digambarkan sebagai perempuan mandiri yang menjalani kehidupan pada ranah publik dan domestik. Jin Myun bertanggung jawab penuh atas pendidikan dan situasi keuangannya. Hal tersebut menjadikan dirinya beristirahat sedetik pun. Terlalu banyak bekerja dan kurang tidur, Jin Myung tahu bahwa dia menghadapi risiko kelelahan yang sangat nyata, tetapi hal itu tidak menghentikannya untuk memaksakan diri sedikit lagi. Hal tersebut tentunya meruntuhkan stereotip bahwa perempuan adalah makhluk lemah yang hanya harus mengurusi urusan domestik. Namun, Jin Myung berhasil meruntuhkan stereotip tersebut walaupun sebenarnya perempuan harus mengalami peran ganda di dalamnya.
Selain itu, perempuan lainnya adalah Ye Eun, perempuan dengan penggambaran femininitas yang begitu kental dan patuh kepada orang tuanya. Ye Eun digambarkan sebagai perempuan yang tidak dapat memiliki kebebasan memilih dalam hidupnya. Ia harus tunduk dan patuh kepada orang tuanya walaupun sebenarnya ada beberapa hal yang bertolak belakang dengan keinginan Ye Eun. Penggambaran Ye Eun pun menjadi dua hal yang mendukung dan mendobrak stereotip yang ada. Satu sisi, perempuan erat kaitannya dengan feminitas sebagai perempuan yang harus malu-malu dan bertindak laku halus. Terlebih lagi, perempuan dengan stereotip lemah pun digambarkan dalam tokoh ini. Perempuan harus terkungkung dengan tubuhnya sehingga disalahgunakan oleh laki-laki sehingga tokoh perempuan mendapatkan kekerasan seksual. Hal ini menggambarkan realitas terkait adanya hubungan berpacaran yang bersifat toxic dan sebagian besar korban adalah perempuan.
Sisi lainnya adalah walaupun tokoh tersebut tidak memiliki pilihan dalam hidupnya, Ye Eun mampu menunjukkan pilihannya pada akhir cerita. Hal ini mengungkapkan bahwa perempuan mampu untuk mendobrak kungkungan yang ada dan dapat memilih kehidupannya sendiri. Perempuan dapat menggunakan pikirannya sebagai dorongan untuk memilih dan melakukan sesuatu yang ia inginkan. Kemerdekaan dalam memilih ini menjadi sebuah pengakuan atas keberadaan posisi perempuan yang berdaya.
Penggambaran perempuan lainnya adalah Eun Jae yang digambarkan sebagai tokoh yang cukup pemalu. Namun, tokoh ini memiliki selera uniknya terhadap pria yang mengejutkan keempat gadis lainnya. penggambaran perempuan yang penuh dengan sikap feminin, stereotip lemah, penuh dengan emosional atau menggunakan perasaan digambarkan secara sempurna melalui tokoh ini. Perempuan mendapatkan gelar sebagai perempuan baik-baik karena sikapnya yang sesuai dengan stereotip yang halus, lembut, dan penurut yang digambarkan pula melalui tokoh ini.
Selain itu, adanya penggambaran pendobrakan sistem patriarkat dilakukan oleh Ji Won. Penggambaran tokoh ini adalah memiliki kepribadian yang sangat ceria. Ji Won pun digambarkan sebagai perempuan agresif yang mampu mendahului laki-laki dalam mengungkapkan perasaan atau untuk mengajak. Hal ini bertentangan dengan stereotip perempuan yang pasif dan hanya menunggu. Ji Won pun digambarkan sebagai perempuan yang agresif secara seksual dengan tindakannya untuk mengajak laki-laki melakukan ciuman dan hal lainnya. Selain itu, penggambaran lainnya adalah Ji Won digambarkan sebagai perempuan yang senang minum banyak yang sangat mendukung sikap agresif dan aktifnya.
Tokoh lainnya adalah Yi Na yang dikenal oleh semua orang karena penampilannya. Namun, tokoh ini memiliki berbagai rahasia gelap yang menjadi perbincangan teman kosan lainnya. Penggambaran perempuan berani sangat jelas digambarkan oleh tokoh ini. Selain itu, tokoh ini mampu menunjukkan eksistensi perempuan medusa. Perempuan dengan sikapnya mampu menjadi “monster” bagi laki-laki melalui kecantikan dan hal lainnya.
Secara dominan, serial drama Korea Hello, My Twenties! Season 1 memberikan berbagai pandangan terkait penggambaran perempuan yang berkorelasi dengan perempuan muda masa kini. Seakan menjadi sebuah “cermin”, serial ini menjadi sebuah gambaran realitas masyarakat. Film ini pun memberikan berbagai perspektif yang memberikan ruang untuk mengoreksi peran gender yang ada di masyarakat.
Discussion about this post