Oleh: Yori Leo Saputra
(Alumnus S-1 Jurusan Sastra Indonesia, Universitas Andalas)
“Pecinta bahasa Indonesia” Demikian info WhatsApp saya selama beberapa bulan lalu.
Saya tidak menyadari bahwa info WhatsApp yang saya gunakan selama beberapa bulan lalu ternyata memunculkan makna yang keliru. Kesadaran saya timbul ketika saya melihat profil Ivan Lanin di Twitter. Pada profilnya itu, terlihat Ivan Lanin tidak menggunakan kata pecinta pada frasa “pecinta bahasa Indonesia” melainkan ia menggunakan kata pencinta pada frasa “pencinta bahasa Indonesia”.
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia V (2016), kata pencinta diartikan ‘orang yang sangat suka akan’, sedangkan kata pecinta diartikan ‘orang yang bercinta.’ Dengan demikian, Ivan Lanin adalah salah satu orang yang sangat suka atau mencintai bahasa Indonesia. Jika dilihat dari kategorinya, kata pecinta dan kata pencinta sama berkategori nomina. Selain itu, kata pecinta dan kata pencinta juga memiliki kata dasar yang sama, yaitu cinta. Akan tetapi, dari segi ejaan dan maknanya tentu saja kata tersebut berbeda. Dari segi ejaan, hal yang membedakan adalah konsonan /n/ yang dimiliki oleh kata pencinta.
Chaer (2015) dalam Morfologi Bahasa Indonesia (Pendekatan Proses) menyebutkan ada dua macam proses pembentukan nomina dengan imbuhan pe-. Pertama, mengikuti aturan persengauan: mempunyai hubungan dengan verba berimbuhan me- transitif dan verba dasar. Kedua, tidak mengikuti aturan persengauan: mempunyai hubungan dengan verba berimbuhan ber- yang menyatakan ‘tindakan.’ Lebih lanjut, Chaer menyebutkan bentuk meny- digunakan jika fonem awal bentuk dasarnya adalah fonem /s/, /c/, dan fonem /j/. Dengan catatan fonem /s/ disenyawakan dengan bunyi nasal yang ada pada imbuhan itu, sedangkan nasal ny untuk fonem /c/ dan /j/ dalam bahasa tulis diganti huruf n. Oleh karena itu, terbentuklah kata pencinta dalam bahasa Indonesia. Aturan ini juga serupa pada pembentukan kata pencari, pencabut, pencoblos, pencuri, pencegah, pencemar, pencampur, dan kata pencatut.
Namun, hal tersebut berbeda pada pembentukan kata pecinta. Jika dilihat pembentukan kata pecinta ini memiliki kesamaan dengan pembentukan kata pedagang, peladang, dan kata peternak. Kata tersebut sama terbentuk tidak mengikuti aturan persengauan. Tentunya, ini akan berkaitan dengan verba berimbuhan ber- yang dibentuk dari dasarnya. Oleh karena itu, makna yang dihasilkan adalah ‘orang yang ber (dasar)’ maka kata pecinta memiliki makna ‘orang yang bercinta’; kata pedagang memiliki makna ‘orang yang berdagang’; kata peladang memiliki makna ‘orang yang berladang’; dan kata peternak memiliki makna ‘orang yang berternak.’
Dalam hal tulis-menulis, tanpa disadari penggunaan kata pecinta dan kata pencinta seringkali tertukar oleh penulis. Hal itu disebabkan karena ketidakjelian penulis dalam memilih kata yang tepat digunakan. Salah satu contoh dapat dilihat pada judul berita ini, “Komunitas Pecinta Alam Deklarasi Dukung Airlangga Maju Capres 2024” (detik.com, Februari 2022).
Dari judul berita tersebut, perhatikan penggunaan kata pecinta pada frasa “pecinta alam.” Apakah penggunaan kata pecinta sudah tepat digunakan pada frasa “pecinta alam”? Tentu saja penggunaan kata pecinta pada frasa “pecinta alam” itu menimbulkan makna yang keliru. Apakah ada orang yang bercinta dengan alam? Saya kira tidak ada orang di dunia ini yang bercinta dengan alam, tetapi yang ada adalah orang yang suka pada alam atau mencintai alam. Oleh sebab itu, kata yang tepat digunakan untuk pengisi frasa atau judul berita tersebut adalah kata pencinta, bukan kata pecinta!
Jadi, cermat dalam berbahasa itu sangat penting diperhatikan oleh penulis, terutama dalam hal tulis-menulis karena jika salah ketik akan menyebabkan salah makna atau arti yang tidak seharusnya. Semoga cemat dalam berbahasa menjadikan tulisanmu lebih enak dibaca. Demikianlah penjelasan mengenai kata pecinta dan pecinta dalam bahasa Indonesia. Semoga mencerahkan. Syukron.(*)
Tentang Penulis:
Yori Leo Saputra dilahirkan di Pale pada 3 Agustus 1999. Ia beralamat di Pale, Koto VIII Pelangai, Kec. Ranah Pesisir, Kab. Pesisir Selatan, Sumatra Barat. Ia adalah alumnus S-1 Jurusan Sastra Indonesia, Universitas Andalas. Ia memiliki hobi membaca, menulis, dan memotret. Tulisan-tulisannya pernah diterbitkan di media Singgalang, Medan Pos, Utusan Borneo, Cakra Bangsa, Scintia.id, Jurnalsumbar.com, Rahma.id, Marewai.com, Bandasapuluah.com, Suluah.com, Kabarsiar.com, dan Banaranmedia.com. Aktif menulis tulisan tentang kebahasaan.
Discussion about this post