Senin, 19/5/25 | 02:17 WIB
  • Dapur Redaksi
  • Disclaimer
  • Pedoman Pemberitaan Media Siber
  • Tentang Kami
Scientia Indonesia
  • TERAS
  • EKONOMI
  • HUKUM
  • POLITIK
  • DAERAH
  • EDUKASI
  • DESTINASI
  • LITERASI
    • ARTIKEL
    • CERPEN
    • KLINIK BAHASA
    • KREATIKA
    • PUISI
  • RENYAH
  • TIPS
No Result
View All Result
  • TERAS
  • EKONOMI
  • HUKUM
  • POLITIK
  • DAERAH
  • EDUKASI
  • DESTINASI
  • LITERASI
    • ARTIKEL
    • CERPEN
    • KLINIK BAHASA
    • KREATIKA
    • PUISI
  • RENYAH
  • TIPS
No Result
View All Result
Scientia Indonesia
No Result
View All Result
  • TERAS
  • EKONOMI
  • HUKUM
  • POLITIK
  • DAERAH
  • EDUKASI
  • DESTINASI
  • LITERASI
  • RENYAH
  • TIPS
Home LITERASI RENYAH

Dolar

Minggu, 08/1/23 | 08:24 WIB

 

Salman Herbowo
(Kolumnis Rubrik Renyah Scientia.id)

 

Saya terkesima mendengar pembicaraan di sebuah lapau. Tanpa disadari pembicaraan itu menahan saya duduk berlama-lama di lapau itu. Kopi mulanya hangat mulai dingin, lontong pun hanya tinggal kuah, tapi saya tetap duduk di sana.

BACAJUGA

Senyuman Kecil dan Mendengar: Hal Kecil yang Berdampak Besar

Tertinggal Karena Lupa, Tertawa Karena Ingat

Minggu, 18/5/25 | 16:44 WIB
Senyuman Kecil dan Mendengar: Hal Kecil yang Berdampak Besar

Di Balik Perjalanan, Ada Tanggung Jawab yang Menanti

Minggu, 13/4/25 | 16:47 WIB

Topik pembicaraannya biasa saja, seperti kebiasaan obrolan di lapau. Isu-isu teraktual, pastinya seputar informasi politik, ekonomi, dan kriminal. Setidaknya, itu yang saya dengar selama menyantap sarapan pagi kala itu. Namun, ada pembicaraan yang mampu menghentikan suapan lontong. Bukan topiknya,  tapi cara penyampaian yang mengesankan. Ekspresi itu sulit untuk dilupakan.

“Sebenarnya siapa korban lemahnya nilai tukar rupiah terhadap dolar?” Begitu tanya seorang pengunjung lapau. Seorang lelaki paruh baya yang duduk di sudut meja. Jika menoleh ke depan, dia tepat berada di ujung meja tempat saya duduk.

“Tentu saja kita, rakyat berderai ini!” Sambil menepuk meja rekan yang duduk di sebelah kanan menjawab dengan nada tinggi pula. Bukannya saling emosi, justru memicu gelak tawa rekan lainnya.

“Coba pikirkan lagi. Apakah kita selama ini membeli kebutuhan pokok menggunakan dolar? Membeli sayur, beras, ikan, kentang, dan lainnya.” Sambung lelaki paruh baya tadi. Semua terdiam dan tak satu pun menyanggah. Saya pun tertegun memahami pertanyaan itu.

Selang berapa menit, seorang rekan lelaki paruh baya memperlihatkan headline berita koran pagi itu. Pada halaman depan tertulis judul berita “Rupiah Makin Melemah, Ini Dampak Buruk yang Harus Diatasi”. Hal itu membuat hening seketika.

Lelaki itu menjelaskan apa yang ia baca. Ternyata mengundang berbagai pertanyaan dari rekannya. Koran itu kembali diletakan di sudut meja, tepat di samping saya. Saking penasaran, saya pun perlahan mengambil dan membaca berita tersebut.

Lelaki paruh baya tadi kembali menjelaskan tentang ketergantungan terhadap dolar. Di akhir penjelasan, ia menyampaikan tentang kemandirian bangsa. “Jika ingin jadi bangsa yang maju, maka mandiri.” Secara berulangkali ia sampaikan sebelum menutup penjelasan.

Bagi saya ini sungguh nasihat yang patut direnungkan. Kemandirian menjadi salah satu kunci menjadi bangsa besar. Begitu maksud dari penyampaiannya. Paling tidak, ia ingin menyampaikan dampak dari lemahnya nilai tukar rupiah terhadap dolar. Hal itu disebabkan belum adanya kemandirian dari berbagai hal dan ini bukan persoalan mudah.

“Berapa semuanya?  Dua buah goreng pisang, satu batang rokok kretek, dan segelas kopi.” Tanya lelaki paruh baya itu pada pemilik lapau. “Sepuluh ribu.” Jawab pemilik lapau. Jawaban itu membuat lelaki itu terkejut.

“Samuanya sudah naik, harga minyak naik, rokok naik, terpaksa dinaikan pula sedikit harga dagangan kita.” Jawab pemilik lapau. Jawaban itu ternyata mengundak gelak tawa semua pengunjung lapau, termasuk lelaki paruh baya itu.

“Sudah kita, ternyata sampai ke sini juga dampak kuatnya dolar ini.” Ujar lelaki paruh baya itu sambil cengengesan mengeluarkan pecahan sepuluh ribuan dari saku celana. Ia pun berpamitan ke semua rekan sebelum meninggalkan lapau.

Sungguh momen berharga dari sebuah pembicaraan menarik. Tentu saja harus direnungkan. Sudah seberapa mandiri kita saat ini?

Tags: #Salman Herbowo
ShareTweetShareSend
Berita Sebelum

Konstruksi Perempuan dalam Iklan Rabbani Kerudung

Berita Sesudah

Definisi Kata Lucu bagi Perempuan

Berita Terkait

Senyuman Kecil dan Mendengar: Hal Kecil yang Berdampak Besar

Tertinggal Karena Lupa, Tertawa Karena Ingat

Minggu, 18/5/25 | 16:44 WIB

Salman Herbowo (Kolumnis Rubrik Renyah)   Lupa adalah bagian tak terpisahkan dari kehidupan. Dalam keseharian, kita sering kali dibuat repot...

Sebagian Tidak Suka Orang yang Banyak Cerita

Menyulam Nilai Lewat Cerita: Inyiak Bayeh dan Cerita-cerita Lainnya

Minggu, 11/5/25 | 17:14 WIB

Lastry Monika Dosen Prodi Sastra Minangkabau FIB Unand/Kolumnis Rubrik Renyah   Dalam tiga minggu terakhir, saya selalu mengangkat tema seputar...

Sebagian Tidak Suka Orang yang Banyak Cerita

Talempong Batu: dari Batu ke Nada

Minggu, 04/5/25 | 18:02 WIB

Lastry Monika (Dosen Prodi Sastra Minangkabau FIB Unand/Kolumnis Rubrik Renyah)   Bila saya membawa teman pulang kampung, ibu hampir selalu...

Sebagian Tidak Suka Orang yang Banyak Cerita

Sastra Lisan dalam Keseharian

Minggu, 27/4/25 | 18:38 WIB

Lastry Monika (Dosen Prodi Sastra Minangkabau FIB Unand/Kolumnis Rubrik Renyah)   “Jangan menangis keras-keras! Nanti kamu dijemput Inyiak Bayeh. Rambutnya...

Sebagian Tidak Suka Orang yang Banyak Cerita

Cerita yang Tak Pernah Pensiun

Minggu, 20/4/25 | 17:55 WIB

Lastry Monika (Dosen Prodi Sastra Minangkabau FIB Unand/Kolumnis Rubrik Renyah)   Setiap berkunjung ke suatu daerah, saya selalu mendapatkan pengalaman...

Senyuman Kecil dan Mendengar: Hal Kecil yang Berdampak Besar

Di Balik Perjalanan, Ada Tanggung Jawab yang Menanti

Minggu, 13/4/25 | 16:47 WIB

Salman Herbowo (Kolumnis Rubrik Renyah)   Banyak hal yang dapat dilakukan dalam momen libur lebaran, salah satunya berwisata bersama keluarga....

Berita Sesudah
Berbagai Istilah Sebutan untuk Manusia

Definisi Kata Lucu bagi Perempuan

Discussion about this post

POPULER

  • Kobaran api yang membakar PT Teluk Luas di Kecamatan Lubuk Begalung, Kota Padang dari sisi samping pabrik. Minggu, (18/05/2025) [foto : sci:yrp]

    Pabrik Karet, PT Teluk Luas Terbakar

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Puisi-puisi Karya Farha Nabila dan Ulasannya Oleh Dara Layl

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Jumbo, Cermin Estetika Luka Dewasa di Balutan Imaji Anak-Anak

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Puisi-puisi Yogi Resya Pratama

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Realitas Kekuasaan Budaya Politik Elite di Indonesia

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Indonesia dalam Korpus Histori Bahasa Inggris

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Apakah Kata “bapak” dan “ibu” Harus Ditulis dalam Huruf Kapital ?

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
Scientia Indonesia

PT. SCIENTIA INSAN CITA INDONESIA 2024

Navigate Site

  • Dapur Redaksi
  • Disclaimer
  • Pedoman Pemberitaan Media Siber
  • Tentang Kami

Follow Us

No Result
View All Result
  • TERAS
  • EKONOMI
  • HUKUM
  • POLITIK
  • DAERAH
  • EDUKASI
  • DESTINASI
  • LITERASI
    • ARTIKEL
    • CERPEN
    • KLINIK BAHASA
    • KREATIKA
    • PUISI
  • RENYAH
  • TIPS

PT. SCIENTIA INSAN CITA INDONESIA 2024