Senin, 25/8/25 | 08:06 WIB
  • Dapur Redaksi
  • Disclaimer
  • Pedoman Pemberitaan Media Siber
  • Tentang Kami
Scientia Indonesia
  • TERAS
  • EKONOMI
  • HUKUM
  • POLITIK
  • DAERAH
  • EDUKASI
  • DESTINASI
  • LITERASI
    • ARTIKEL
    • CERPEN
    • KLINIK BAHASA
    • KREATIKA
    • PUISI
  • RENYAH
  • TIPS
No Result
View All Result
  • TERAS
  • EKONOMI
  • HUKUM
  • POLITIK
  • DAERAH
  • EDUKASI
  • DESTINASI
  • LITERASI
    • ARTIKEL
    • CERPEN
    • KLINIK BAHASA
    • KREATIKA
    • PUISI
  • RENYAH
  • TIPS
No Result
View All Result
Scientia Indonesia
No Result
View All Result
  • TERAS
  • EKONOMI
  • HUKUM
  • POLITIK
  • DAERAH
  • EDUKASI
  • DESTINASI
  • LITERASI
  • RENYAH
  • TIPS
Home LITERASI RENYAH

Dolar

Minggu, 08/1/23 | 08:24 WIB

 

Salman Herbowo
(Kolumnis Rubrik Renyah Scientia.id)

 

Saya terkesima mendengar pembicaraan di sebuah lapau. Tanpa disadari pembicaraan itu menahan saya duduk berlama-lama di lapau itu. Kopi mulanya hangat mulai dingin, lontong pun hanya tinggal kuah, tapi saya tetap duduk di sana.

BACAJUGA

Senyuman Kecil dan Mendengar: Hal Kecil yang Berdampak Besar

Rahasia di Balik Semangkuk Mi Rebus

Minggu, 10/8/25 | 19:24 WIB
Senyuman Kecil dan Mendengar: Hal Kecil yang Berdampak Besar

Crack! Sebuah Denting Kecil

Minggu, 13/7/25 | 18:39 WIB

Topik pembicaraannya biasa saja, seperti kebiasaan obrolan di lapau. Isu-isu teraktual, pastinya seputar informasi politik, ekonomi, dan kriminal. Setidaknya, itu yang saya dengar selama menyantap sarapan pagi kala itu. Namun, ada pembicaraan yang mampu menghentikan suapan lontong. Bukan topiknya,  tapi cara penyampaian yang mengesankan. Ekspresi itu sulit untuk dilupakan.

“Sebenarnya siapa korban lemahnya nilai tukar rupiah terhadap dolar?” Begitu tanya seorang pengunjung lapau. Seorang lelaki paruh baya yang duduk di sudut meja. Jika menoleh ke depan, dia tepat berada di ujung meja tempat saya duduk.

“Tentu saja kita, rakyat berderai ini!” Sambil menepuk meja rekan yang duduk di sebelah kanan menjawab dengan nada tinggi pula. Bukannya saling emosi, justru memicu gelak tawa rekan lainnya.

“Coba pikirkan lagi. Apakah kita selama ini membeli kebutuhan pokok menggunakan dolar? Membeli sayur, beras, ikan, kentang, dan lainnya.” Sambung lelaki paruh baya tadi. Semua terdiam dan tak satu pun menyanggah. Saya pun tertegun memahami pertanyaan itu.

Selang berapa menit, seorang rekan lelaki paruh baya memperlihatkan headline berita koran pagi itu. Pada halaman depan tertulis judul berita “Rupiah Makin Melemah, Ini Dampak Buruk yang Harus Diatasi”. Hal itu membuat hening seketika.

Lelaki itu menjelaskan apa yang ia baca. Ternyata mengundang berbagai pertanyaan dari rekannya. Koran itu kembali diletakan di sudut meja, tepat di samping saya. Saking penasaran, saya pun perlahan mengambil dan membaca berita tersebut.

Lelaki paruh baya tadi kembali menjelaskan tentang ketergantungan terhadap dolar. Di akhir penjelasan, ia menyampaikan tentang kemandirian bangsa. “Jika ingin jadi bangsa yang maju, maka mandiri.” Secara berulangkali ia sampaikan sebelum menutup penjelasan.

Bagi saya ini sungguh nasihat yang patut direnungkan. Kemandirian menjadi salah satu kunci menjadi bangsa besar. Begitu maksud dari penyampaiannya. Paling tidak, ia ingin menyampaikan dampak dari lemahnya nilai tukar rupiah terhadap dolar. Hal itu disebabkan belum adanya kemandirian dari berbagai hal dan ini bukan persoalan mudah.

“Berapa semuanya?  Dua buah goreng pisang, satu batang rokok kretek, dan segelas kopi.” Tanya lelaki paruh baya itu pada pemilik lapau. “Sepuluh ribu.” Jawab pemilik lapau. Jawaban itu membuat lelaki itu terkejut.

“Samuanya sudah naik, harga minyak naik, rokok naik, terpaksa dinaikan pula sedikit harga dagangan kita.” Jawab pemilik lapau. Jawaban itu ternyata mengundak gelak tawa semua pengunjung lapau, termasuk lelaki paruh baya itu.

“Sudah kita, ternyata sampai ke sini juga dampak kuatnya dolar ini.” Ujar lelaki paruh baya itu sambil cengengesan mengeluarkan pecahan sepuluh ribuan dari saku celana. Ia pun berpamitan ke semua rekan sebelum meninggalkan lapau.

Sungguh momen berharga dari sebuah pembicaraan menarik. Tentu saja harus direnungkan. Sudah seberapa mandiri kita saat ini?

Tags: #Salman Herbowo
ShareTweetShareSend
Berita Sebelum

Konstruksi Perempuan dalam Iklan Rabbani Kerudung

Berita Sesudah

Definisi Kata Lucu bagi Perempuan

Berita Terkait

Sebagian Tidak Suka Orang yang Banyak Cerita

Rumah dan Kenangan yang Abadi

Minggu, 24/8/25 | 21:15 WIB

Lastry Monika (Dosen Prodi Sastra Minangkabau FIB Unand)   Minggu lalu, tepat pada 17 Agustus 2025, saya menulis sebuah catatan...

Sebagian Tidak Suka Orang yang Banyak Cerita

Tuah Rumah

Minggu, 17/8/25 | 19:03 WIB

Lastry Monika (Dosen Prodi Sastra Minangkabau FIB Unand)   Dalam dua tahun terakhir, rumah saya di kampung lebih sering sepi....

Senyuman Kecil dan Mendengar: Hal Kecil yang Berdampak Besar

Rahasia di Balik Semangkuk Mi Rebus

Minggu, 10/8/25 | 19:24 WIB

Salman Herbowo (Kolumnis Rubrik Renyah)   Sore itu, hujan mengguyur tanpa henti sejak siang, menebar hawa dingin yang merayap masuk...

Sebagian Tidak Suka Orang yang Banyak Cerita

Melangkah Pelan dalam Dunia Pernaskahan: Catatan dari Masterclass Naskah Sumatera

Minggu, 03/8/25 | 21:28 WIB

Lastry Monika (Dosen Prodi Sastra Minangkabau FIB Unand)   Menjadi peserta Masterclass Naskah Sumatera yang diadakan oleh SOAS University of...

Suatu Hari di Sekolah

Fiksi dan Fakta: Dua Sayap Literasi

Minggu, 27/7/25 | 16:28 WIB

Lastry Monika (Dosen Prodi Sastra Minangkabau FIB Unand/Kolumnis Rubrik Renyah)   Perdebatan soal bacaan fiksi dan nonfiksi kerap muncul di...

Sebagian Tidak Suka Orang yang Banyak Cerita

Ruang Bernama Kita

Minggu, 20/7/25 | 21:04 WIB

Lastry Monika (Dosen Prodi Sastra Minangkabau FIB Unand/Kolumnis Rubrik Renyah)   Pada 16 Februari 2025, saya pernah menulis di rubrik...

Berita Sesudah
Berbagai Istilah Sebutan untuk Manusia

Definisi Kata Lucu bagi Perempuan

Discussion about this post

POPULER

  • Aduh! Maarten Paes Cedera, Absen Bela Timnas Indonesia 6-8 Minggu

    Aduh! Maarten Paes Cedera, Absen Bela Timnas Indonesia 6-8 Minggu

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • PCNU Dharmasraya Gelar Konfercab ke-V

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Sumbar Raih Penghargaan Nasional Perhutanan Sosial 2025

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Duka Kecelakaan Kereta di Padang: Wagub Sumbar Desak Perbaikan Sistem Keselamatan

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Ormas dan OKP Tak Dilibatkan dalam Kebijakan Pemkab, Sekretaris KNPI Dharmasraya: Bentuk Keangkuhan Bupati

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Sumbang 12 untuk Puti Bungsu Minangkabau

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Pawai Budaya Sungai Duo Meriah, Panitia Tekankan Pelestarian Tradisi dan Kreativitas

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
Scientia Indonesia

PT. SCIENTIA INSAN CITA INDONESIA 2024

Navigate Site

  • Dapur Redaksi
  • Disclaimer
  • Pedoman Pemberitaan Media Siber
  • Tentang Kami

Follow Us

No Result
View All Result
  • TERAS
  • EKONOMI
  • HUKUM
  • POLITIK
  • DAERAH
  • EDUKASI
  • DESTINASI
  • LITERASI
    • ARTIKEL
    • CERPEN
    • KLINIK BAHASA
    • KREATIKA
    • PUISI
  • RENYAH
  • TIPS

PT. SCIENTIA INSAN CITA INDONESIA 2024