Sabtu, 14/6/25 | 17:52 WIB
  • Dapur Redaksi
  • Disclaimer
  • Pedoman Pemberitaan Media Siber
  • Tentang Kami
Scientia Indonesia
  • TERAS
  • EKONOMI
  • HUKUM
  • POLITIK
  • DAERAH
  • EDUKASI
  • DESTINASI
  • LITERASI
    • ARTIKEL
    • CERPEN
    • KLINIK BAHASA
    • KREATIKA
    • PUISI
  • RENYAH
  • TIPS
No Result
View All Result
  • TERAS
  • EKONOMI
  • HUKUM
  • POLITIK
  • DAERAH
  • EDUKASI
  • DESTINASI
  • LITERASI
    • ARTIKEL
    • CERPEN
    • KLINIK BAHASA
    • KREATIKA
    • PUISI
  • RENYAH
  • TIPS
No Result
View All Result
Scientia Indonesia
No Result
View All Result
  • TERAS
  • EKONOMI
  • HUKUM
  • POLITIK
  • DAERAH
  • EDUKASI
  • DESTINASI
  • LITERASI
  • RENYAH
  • TIPS
Home LITERASI ARTIKEL

Melek Bahaya Pestisida, Tingkatkan Kesadaran Hidup Sehat

Minggu, 04/9/22 | 07:24 WIB

Silvia Permata Sari
(Dosen Fakultas Pertanian Universitas Andalas)

Kesehatan tubuh kita sangat tergantung dari apa yang kita makan. Dengan mengosumsi makanan yang aman dan sehat, akan dihasilkan tubuh yang sehat juga. Dalam menjaga hidup tetap sehat, sebagian orang mengonsumsi pangan yang dibudidayakan secara organik. Produk pangan yang dihasilkan dari budidayakan secara organik diyakini lebih sehat dan memiliki rasa yang lebih manis atau lezat. Hal itu karena produk pangan tersebut tidak mengandung residu kimia yang beracun.

Pestisida sintetik merupakan zat beracun yang sangat berbahaya bagi kesehatan dan lingkungan. Hal ini disebabkan pestisida sintetik mengandung bahan kimia dan dapat menyebarkan radikal bebas. Bahan kimia seperti fungisida sintetik (untuk jamur), herbisida (untuk gulma), dan insektisida (untuk serangga) sering kali digunakan dalam pertanian konvensional (non-organik) yang residunya bisa saja tertinggal pada tanaman. Sedangjan radikal bebas dari pestisida dapat menyebabkan kerusakan organ tubuh, seperti mutasi gen dan gangguan susunan syaraf pusat. Selain itu, residu bahan kimia beracun yang tertinggal pada produk pertanian dapat memicu kerusakan sel, penuaan dini, dan munculnya penyait degeneratif.

BACAJUGA

Kisah Sukses Petani Organik di Bukit Gompong

Belajar Membuat Kompos dari Sampah Rumah Tangga

Minggu, 12/2/23 | 07:49 WIB
Kisah Sukses Petani Organik di Bukit Gompong

Bertanam “Si Pedas Merah” dengan Good Agricultural Parctice (GAP)

Minggu, 21/8/22 | 07:00 WIB

Produk pangan konvensional yang menggunakan pestisida dan pupuk kimia biasanya meninggalkan residu. Dalam sebuah artikel penelitian yang ditulis oleh Marbun pada tahun 2015, residu dinyatakan paling banyak terdapat dalam sayuran adalah pada penggunaan pestisida organofosfat, pestisida jenis ini sangat digemari oleh petani karena memiliki daya basmi yang kuat yang biasanya digunakan pada sayuran tomat dan wortel. Dalam penelitian tersebut, dijelaskan bahwa rata-rata penggunaan pestisida pada sayuran meninggalkan residu 0,5 mg/kg, namun demikian bila dikonsumsi secara terus-menerus akan mengakibatkan penumpukan residu pada tubuh yang tentu saja berbahaya bagi kesehatan.

Menurut WHO (World Health Organization), selama beberapa tahun terakhir banyak bermunculan penyakit akibat keracunan bahan kimia yang digunakan dalam budi daya pertanian konvensional (seperti pestisida sintetik dan pupuk kimia). Hal ini disebabkan pestisida sintetik yang disemprotkan ke tanaman akan masuk dan meresap ke dalam sel-sel tumbuhan, termasuk ke bagian akar, batang, daun, dan buah. Jika daun dan buah dimakan manusia, racun atau residu bahan kimia beracun tersebut akan masuk ke dalam tubuh manusia.

Dari beberapa penelitian tersebut diperoleh kesimpulan bahwa pestisida sintetik merupakan salah satu penyebab timbulnya penyakit kanker, dan gangguan sistem kekebalan tubuh. Selain itu, racun kimia klorin yang terdapat pada pestisida sintetik dapat menyebabkan penyakit kanker payudara. Zat kimia tersebut juga mampu terakumulasi (menumpuk) lama di dalam tubuh manusia, hewan, dan tumbuhan sehingga dapat menyebabkan pertumbuhan yang tidak seimbang. Dari hasil berbagai penelitian, juga diketahui bahwa konsentrasi metabolit pestisida sintetik pada anak-anak yang mengonsumsi pangan non-organik lebih tinggi dibandingkan konsentrasi metabolit pestisida anak-anak yang mengonsumsi tanaman organik. Faktor kesehatan sangat diutamakan dalam budidaya tanaman secara organik, karena secara langsung berhubungan dengan kesehatan tanaman maupun kesehatan konsumen (manusia). Berdasarkan hasil pemeriksaan di laboratorium diperoleh tanaman dari hasil budidaya secara organik mengandung 58% zat polifenoloid. Zat polifenoloid adalah salah satu antioksidan yang berguna untuk mencegah penyakit kanker.

Selain itu, berbagai penelitian mengenai residu pestisida sintetik juga sudah dilakukan di beberapa negara Asia terhadap pekerja wanita yang bekerja di perkebunan dan berhubungan langsung dengan pestisida, seperti para pekerja yang ada di Malaysia. Hampir setiap hari mereka mengaplikasikan pestisida paraquat, methamidophos, dan monocrotophos di lahan perkebunan. Akibatnya para pekerja tersebut mengalami gangguan kesehatan yang kronis dan akut, seperti gatal-gatal, sesak nafas, sakit dada, nyeri otot, mata rabun, pusing, mual, dan sakit kanker. Penelitian juga dilakukan di Amerika terhadap para pekerja wanita yang tinggal di daerah yang aplikasi pestisidanya tergolong tinggi. Hasilnya para pekerja wanita tersebut memiliki resiko dua kali lebih tinggi melahirkan bayi dalam keadaan cacat dibandingkan dengan wanita yang tinggal di daerah yang tidak menggunakan pestisida sintetik.

Berdasarkan uraian di atas, mari kita tingkatkan kesadaran dan kepedulian terhadap apa yang kita konsumsi. Aspek kesehatan dapat dijadikan alasan bagi kita untuk mulai berubah, dan menyayangi tubuh kita. Sudah saatnya kita beralih pada gaya hidup sehat, seperti memperhatikan kebersihan dan mengolah bahan pangan tersebut dengan benar. Selalu cuci terlebih dahulu sebelum dimakan, sebaiknya dicuci pada air mengalir. Kemudian kupas dan buang kulit terluar dari sayuran/bahan pangan tersebut sebelum dikonsumsi. Terakhir, masaklah produk pangan tersebut sampai matang (artinya tidak dikonsumsi dalam keadaan mentah), sehingga aman bagi kesehatan kita.

Tags: #Silvia Permata Sari
ShareTweetShareSend
Berita Sebelum

Keberadaan Huruf H dalam Bahasa Indonesia

Berita Sesudah

Berbincang dengan Diri Sendiri

Berita Terkait

Beban Tidak Kasat Mata Anak Perempuan Pertama

Beban Tidak Kasat Mata Anak Perempuan Pertama

Minggu, 08/6/25 | 08:17 WIB

Ilustrasi: Meta AI Oleh: Ratu Julia Putri (Mahasiswa MKWK Bahasa Indonesia 32 & Fakultas Ekonomi Bisnis Universitas Andalas)   “Kamu...

Epigram 60: Perayaan Ulang Tahun Terakhir Joko Pinurbo

Epigram 60: Perayaan Ulang Tahun Terakhir Joko Pinurbo

Minggu, 01/6/25 | 11:46 WIB

Oleh: Ghina Rufa’uda (Mahasiswa Prodi Sastra Indonesia dan Bergiat di Labor Penulisan Kreatif FIB Universitas Andalas)   Rekeningku hanya tempat...

Pesan Moral dalam Cerpen “Robohnya Surau Kami”

Pesan Moral dalam Cerpen “Robohnya Surau Kami”

Minggu, 01/6/25 | 11:18 WIB

Oleh: Sufrika Sari (Mahasiswi Prodi Sejarah dan Bergiat di Labor Penulisan Kreatif FIB Universitas Andalas) Kesalehan lahiriah bukanlah jaminan seseorang...

Literature Review Artikel “Power in the Discourse of West Sumatra Regional Regulation Number 7 of 2018 concerning Nagari”

Literature Review Artikel “Power in the Discourse of West Sumatra Regional Regulation Number 7 of 2018 concerning Nagari”

Minggu, 25/5/25 | 14:40 WIB

Oleh: Raisa Tanjia Ayesha Noori (Mahasiswa S2 Linguistik Fakultas Ilmu Budaya Universitas Andalas) Peraturan Daerah (Perda) sering kali dianggap sebagai...

Kekacauan dalam Film “Pengepungan di Bukit Duri”

Kekacauan dalam Film “Pengepungan di Bukit Duri”

Minggu, 25/5/25 | 13:01 WIB

Oleh:  Queendi Kumala (Mahasiswa Prodi Sastra Indonesia Universitas Andalas) GILA! Bukan karena film ini adalah suatu masterpiece, tetapi semua adegan...

Jumbo, Cermin Estetika Luka Dewasa di Balutan Imaji Anak-Anak

Jumbo, Cermin Estetika Luka Dewasa di Balutan Imaji Anak-Anak

Minggu, 18/5/25 | 07:55 WIB

Oleh: Nayla Aprilia (Mahasiswa Prodi Sastra Indonesia, Universitas Andalas, Padang)   Salah satu film animasi anak yang sedang naik daun...

Berita Sesudah
Optimalisasi Penyuntingan di Media Massa Digital

Berbincang dengan Diri Sendiri

Discussion about this post

POPULER

  • Bubur Kirai Kuliner Khas Muaro Bungo Jambi dari Zaman Baheula

    Bubur Kirai Kuliner Khas Muaro Bungo Jambi dari Zaman Baheula

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Maling Sawit dan Getah Karet Marak di Dharmasraya, Petani Menjerit

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Puisi-puisi Rifqi Septian Dewantara dan Ulasannya oleh Azwar

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Puisi-puisi Elfa Edriwati

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Tanda Titik pada Singkatan Nama Perusahaan

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Warga Nagari Sikabau Keluhkan Ganti Rugi Lahan Plasma Terdampak Jaringan Listrik PT AWB

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Kata Penghubung dan, serta, dan Tanda Baca Koma (,)

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
Scientia Indonesia

PT. SCIENTIA INSAN CITA INDONESIA 2024

Navigate Site

  • Dapur Redaksi
  • Disclaimer
  • Pedoman Pemberitaan Media Siber
  • Tentang Kami

Follow Us

No Result
View All Result
  • TERAS
  • EKONOMI
  • HUKUM
  • POLITIK
  • DAERAH
  • EDUKASI
  • DESTINASI
  • LITERASI
    • ARTIKEL
    • CERPEN
    • KLINIK BAHASA
    • KREATIKA
    • PUISI
  • RENYAH
  • TIPS

PT. SCIENTIA INSAN CITA INDONESIA 2024