Sudah dan telah merupakan dua kata yang bersinonim (memiliki makna yag mirip). Dua kata ini digunakan untuk menyatakan sesuatu yang terjadi sebelum saat ini. Di dalam kehidupan sehari-hari, kita sering mendengar ujaran sudah makan, sudah belajar, telah tiba, telah dibuka, dan sebagainya. Terkadang, kata sudah dan telah digunakan secara manasuka oleh pengguna bahasa Indonesia. Artinya, dua kata ini dianggap bermakna sama sehingga bisa saling menggantikan dalam berbagai konteks kalimat. Akan tetapi, sebagian besar kata-kata yang bersinonim memiliki ciri khas sendiri yang dalam konteks tertentu tidak sempurna jika digantikan oleh kata lainnya. Untuk itu, mari kita pahami perbedaannya secara spesifik.
Kata sudah dan telah tergolong dalam kelas kata adverbia atau kata keterangan. Dua kata ini bisa diikuti oleh kelas kata verba (kata kerja) dan adjektiva (kata sifat). Kata sudah dan telah yang diikuti oleh verba seperti sudah dibuka, telah dibuka, sudah pergi, telah pergi, sudah mengerti, dan telah mengerti. Kata sudah dan telah yang diikuti oleh adjektiva seperti sudah tenang, telah tenang, sudah bahagia, telah bahagia, sudah gelap, dan telah gelap. Dari contoh-contoh ini, tidak salah jika kita menyangka bahwa tidak ada perbedaan antara kata sudah dan telah. Akan tetapi, ada empat perbedaan utama di antara kata-kata ini. Perbedaan tersebut dapat dilihat pada uraian di bawah ini.
Pertama, pernyataan negatif. Setiap bahasa memiliki format pernyataan positif dan negatif. Pernyataan negatif di dalam bahasa Indonesia ditandai dengan kata tidak dan bukan. Kata tidak diikuti oleh kelas kata verba dan adjektiva, seperti:
- Kami tidak berolahraga pada hari Minggu.
- Dia tidak mengerti dengan teori itu.
- Cuaca hari ini tidak panas.
- Pantai itu tidak jauh dari rumah saya.
Kata bukan diikuti oleh kelas kata nomina (kata benda) dan pronomina (kata ganti), seperti:
- Ini bukan tas saya.
- Nama saya bukan Riana.
- Adik saya bukan dia.
- Rumah kami bukan itu.
Berdasarkan contoh-contoh kalimat tersebut, kata sudah dan telah yang diikuti oleh kelas kata verba dan adjektiva dan untuk pernyataan negatifnya menggunakan kata tidak. Akan tetapi, pernyataan negtif hanya bisa diikuti oleh kata sudah, seperti:
- Setelah peristiwa kemarin, dia sudah tidak pergi lagi ke rumah temannya itu. Dia sadar bahwa teman tersebut memberi pengaruh yang buruk untuk kehidupannya. (Kata sudah di dalam kalimat ini tidak berterima jika diganti dengan kata telah: dia telah tidak pergi lagi)
- Sekarang, dia sudah tidak berpikir untuk menjual rumah ini lagi.
- Setelah bertemu dengan laki-laki itu, dia sudah tidak sedih lagi.
- Cuaca sudah tidak panas. Ayo kita pergi ke pantai.
Kata sudah yang ada di dalam empat contoh kalimat ini tidak berterima jika diganti dengan kata telah, seperti telah tidak pergi, telah tidak berpikir, telah tidak sedih, dan telah tidak panas. Sebagai pengguna bahasa Indonesia, kita sangat mengerti bahwa ujaran-ujaran tersebut (dengan kata telah) tidak biasa digunakan di dalam kehidupan sehari-hari.
Kedua, gabungan adverbia lainnya. Sama halnya dengan penjelasan pertama, adverbia lainnya juga cenderung bergabung dengan kata sudah. Kita bisa melihatnya dalam contoh-contoh berikut:
- Saya sudah pernah pergi ke pulau itu.
- Dia sudah sering mengunjungi ibunya kembali.
- Dia sudah tidak pernah menghubungi kami lagi.
- Perkerjaan ini sudah harus selesai sampai hari Minggu.
Kata sudah yang ada di dalam empat kalimat ini sangat tidak sempurna jika diganti dengan kata telah.
Ketiga, perbedaan situasi. Kata sudah dan telah memang hampir sama, tetapi ada perbedaan situasi yang menjadi ciri khas masing-masing. Berdasarkan pemaparan makna yang ada di dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), kata sudah digunakan untuk peristiwa yang frekuensi kejadiannya cukup sering dan ada kemungkinan akan berulang. Selain itu, kata sudah cenderung digunakan untuk peristiwa yang tidak terlalu besar. Kata sudah kerap digunakan untuk peristiwa yang biasa ada di dalam kehidupan sehari-hari sebagai rutinitas. Berbeda dengan itu, kata telah digunakan untuk situasi yang kemungkinan terjadi selamanya atau tidak berulang (dalam artian ada nuansa “selesai”). Untuk itu, kita bisa memperhatikan contoh-contoh berikut. Contoh yang pertama adalah kata sudah.
- Ayah saya sudah pergi ke kantor.
Kata sudah digunakan di dalam kalimat ini karena kegiatan ayah pergi ke kantor adalah rutinitas yang bisa terjadi setiap hari dan berkemungkinan akan terus berlanjut. Sejalan dengan itu, peristiwa ayah pergi ke kantor bukanlah pertistiwa yang berlangsung sangat lama sebab ayah akan pulang ke rumah setelah bekerja. Penjelasan ini juga berlaku untuk contoh kalimat berikutnya (kalimat 2, 3, dan 4).
- Saya sudah makan.
- Mereka sudah menelepon saya kemarin.
- Ibu sudah pulang.
Berbeda dengan kata sudah, kata telah digunakan untuk peristiwa yang konteksnya lebih besar, bukan hal yang menjadi rutunitas keseharian, dan dalam waktu yang lama (bahkan terkesan abadi dan selesai). Berikut ini adalah contoh kalimatnya:
- Orang tuanya telah pergi.
Kata telah di dalam kalimat ini memperkuat makna kepergian itu terjadi untuk selamanya (tidak kembali lagi). Ujaran telah pergi dan telah tiada sering digunakan untuk menyatakan kondisi seseorang yang telah meninggal.
- Telah dibuka! Lembaga Pendidikan Bahasa Asing yang akan membantu mewujudkan Impian Anda semua!
Kata telah sangat sesuai digunakan di dalam kalimat ini karena pembangunan dan pengoperasian sebuah lembaga, kantor, toko, dan sebagainya bukanlah pertistiwa yang selalu terjadi di dalam kehidupan sehari-sehari sebagai sebuah rutinitas. Penjelasan yang hampir sama juga berlaku untuk contoh kalimat selanjutnya (kalimat 3 dan 4).
- Sekarang, dia telah berada di tempat yang tenang.
- Kisah itu pun telah Kami akan membuka lembaran baru.
Keempat, keberadaan tunggal. Kata sudah bisa digunakan satu kata sebagai kalimat minor. Artinya, kata sudah bisa berdiri sendiri, sedangkan kata telah tidak demikian. Berikut ini adalah contoh penggunaannya.
- Perempuan itu menangis dan berteriak, “Sudah! Cukup. Hentikan semuanya.” (Kata sudah di dalam situasi ini tidak bisa diganti dengan kata telah, sebab kata telah tidak bisa berdiri tunggal).
- Guru itu menghentikan pertengkaran di antara dua muridnya dan berujar, “Sudah, sudah, sudah. Jangan bertengkar lagi. Kalian harus bisa saling menghargai pendapat orang lain”. (kata sudah juga tidak bisa digantikan dengan contoh: Telah, telah, telah).
Dari penjelasan ini, kita sudah bisa merasakan perbedaan nuansa kata sudah dan telah. Akan tetapi, dalam penggunaannya di dalam kehidupan sehari-hari, kata sudah dan telah memang cenderung dianggap sama (tanpa perbedaan). Hal ini sesuai dengan salah satu sifat bahasa, yaitu arbitrer (manasuka). Dalam konteks percakapan nonformal, makna leksikal (makna yang sesungguhnya), kaidah, dan ketepatan penggunaan tata bahasa memang bukan menjadi persoalan utama. Akan tetapi, untuk penulisan formal dan ilmiah. Ada baiknya kita menggunakan pilihan kata yang tepat untuk konteks kalimat yang dibutuhkan. Semoga bermanfaat.
Discussion about this post