Secara umum, huruf h sama dengan sebagian besar huruf lainnya di dalam bahasa Indonesia. Sejak adanya ejaan Van Ophuijsen hingga ejaan yang berlaku saat ini, tidak ada perbedaan pelafalan untuk huruf h. Hal ini berbeda dengan beberapa huruf yang mengalami perubahan dari masa ejaan Van Ophuijsen seperti, huruf oe yang dibaca u, huruf dj yang dibaca y, dan huruf tj yang dibaca menjadi c. Huruf h tidak demikian. Huruf h juga tidak sama dengan huruf x yang keberadaan kosakatanya lebih sedikit daripada huruf lainnya dalam bahasa Indonesia.
Akan tetapi, di dalam kehidupan sehari-hari masyarakat Indonesia, keberadaan huruf h ternyata memiliki keunikan. Ada tiga keunikan dalam keberadaan huruf h di berbagai kosakata Indonesia. Pertama, huruf h yang banyak disangka ada di dalam suatu kata, ternyata huruf itu tidak ada dalam ketentuan bahasa baku yang bisa dicek di dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI). Kedua, huruf h yang secara baku ada di dalam suatu kosakata, keberadaannya sering dihilangkan oleh penutur bahasa Indonesia terutama dalam ragam nonformal. Ketiga, ketika huruf h bergabung dengan huruf lainnya dalam deret konsonan yang sebagian besarnya merupakan kata-kata serapan dari bahasa Arab, huruf h menjadi pilihan dalam pelafalan kata tersebut. Apakah huruf h akan dilafalkan atau tidak? Hal itu tergantung pada gaya berbahasa setiap orang. Berikut adalah penjelasannya.
Pertama, ada banyak kata dalam bahasa Indonesia ternyata tidak memiliki huruf h, tetapi huruf tersebut dianggap ada oleh masyarakat Indonesia. Beberapa kata yang berhasil dirangkum adalah silahkan (kata bakunya silakan), hutang (kata bakunya utang), hisap (kata bakunya isap), hembus (kata bakunya embus), himbau (kata bakunya imbau), handal (kata bakunya andal), hadang (kata bakunya adang), himpit (kata bakunya impit), dan rapih (kata bakunya rapi). Kata-kata ini bisa dicek di KBBI. Jika dicek melalui KBBI online, setiap kata yang tidak baku tersebut akan diarahkan ke dalam bentuk bakunya. Berikut adalah makna dari kata-kata tersebut yang ada di dalam KBBI:
- Kata silakan memiliki makna “sudilah kiranya (kata perintah yang halus)”
- Kata utang memiliki makna “uang yang dipinjam dari orang lain”
- Kata isap memiliki makna “tarik sampai masuk; hirup; sedot”
- Kata embus memiliki makna “enyah; pergi” dan “tiup”
- Kata imbau memiliki makna “panggil: sebut” dan “pintakan; serukan”
- Kata andal memiliki makna “dapat dipercaya” dan “memberikan hasil yang sama pada ujian atau percobaan yang berulang”
- Kata adangmemiliki makna “halang”
- Kata impit memiliki makna “sesakkan; tindih; tekan”
- Kata rapimemiliki makna “baik, teratur, dan bersih; apik”
Kata-kata yang dianggap memiliki huruf h di depan (utang, isap, embus, imbau, andal, dan adang) sering ditemukan di berbagai tulisan atau percakapan sehari-hari. Hal ini semakin kentara ketika kata-kata tersebut digabung dengan awalan me- yang menggunakan alomorf meng-. Alomorf meng- diikuti oleh semua kata dasar yang huruf pertamanya adalah huruf vokal (a, i, u, e, dan o), serta huruf konsonan g, h, dan k. Artinya, kata dasar yang huruf pertamanya a,i, u, e, o dan h sama-sama menggunakan alomorf meng-. Contoh kata-kata berimbuhan meng- dengan kata dasar yang huruf pertamanya h adalah menghapus (hapus), menghitung (hitung), menghilang (hilang), menghitam (hitam), dan menghardik (hardik). Oleh sebab itu, kata-kata yang telah disebutkan sebelumnya (utang, isap, embus, imbau, andal, dan adang), yang diawali huruf vokal juga dianggap memiliki huruf h terutama ketika digabung dengan awalan meng-, yaitu menghisap (seharusnya mengisap), menghembus (seharusnya mengembus), menghimbau (seharusnya mengimbau), menghandalkan (seharusnya mengandalkan), menghadang (seharusnya mengadang), dan menghimpit (seharusnya mengimpit). Khusus untuk kata utang menggunakan awalan ber-, yaitu berutang (bukan berhutang).
Kedua, kata-kata yang seharusnya memiliki huruf h dalam penggunaan bahasa Indonesia ragam nonformal sering dihilangkan oleh penutur bahasa Indonesia, baik secara lisan maupun tulisan. Kata-kata yang paling banyak ditemukan adalah lihat (menjadi liat), tahu (menjadi tau), habis (menjadi abis), hitung (menjadi itung), hitam (menjadi itam), hilang (menjadi ilang), hidup (menjadi idup) dan hangus (menjadi angus). Kata-kata ini (juga banyak kata lain yang belum terangkum di dalam artikel) tentu sering ditemukan di dalam kehidupan sehari-hari masyarakat Indonesia.
Ketiga, huruf h yang bergabung dalam satu deret konsonan dengan huruf lainnya juga memiliki variasi pelafalan pada kata tersebut. Kata-kata semacam ini banyak terdapat di dalam kata serapan dari bahasa Arab. Contoh dari kata-kata ini adalah khidmat, khawatir, khusus, khuyusk, khotbah dan khas. Kata-kata ini ketika dipenggal per suku katanya menjadi khit-mat, kha-wa-tir, khu-sus, khu-syuk, khot-bah, dan khas.
Dari pembagian suku kata ini, terlihat jelas bahwa huruf h berada dalam satu deret vokal yang sama dengan huruf k. Oleh sebab itu, terdapat variasi pelafalan dari kata-kata tersebut. Ada penutur yang hanya melafalkan h dan menghilangkan huruf k, begitu pun sebaliknya. Inilah variasi dari pelafalan tersebut: khidmat (kitmat atau hitmat), khawatir (kawatir, kuatir, atau hawatir), khusus (kusus atau husus), khusyuk (kusyuk atau husyuk), khotbah (kotbah, kutbah, hotbah), dan khas (kas atau has). Ada juga yang bisa menyebutkan kedua huruf itu sekaligus tanpa terdengar mana yang lebih mendominasi antara bunyi h atau k. Selain itu, ada juga kata yang sering membuat masyarakat keliru menulisnya, yaitu nakhoda. Hal ini disebabkan pelafalannya huruf h terdengar jelas seperti nahkoda sehingga masyarakat juga berpikir bahwa penulisan secara bakunya adalah nahkoda.
Keunikan huruf h ini nyatanya tidak hanya terdapat di dalam bahasa Indonesia. Beberapa kata dalam bahasa Inggris juga demikian. Ada huruf h yang tidak dilafalkan yang disebut sebagai silent letter, seperti chaos, honest, hour, ghost, rhinoceros, dan honour. Di dalam bahasa Korea, juga terdapat huruf h (ㅎ) yang tidak dilafalkan, sesuai dengan kaidah tata bahasanya. Beberapa kata yang huruf h tidak dilafalkan dalam bahasa Korea, seperti 좋아 / 좋아예요 (joha / johaeyo), tetapi dibaca joa / joaeyo yang maknanya suka, 은행 (eunheng), tetapi dibaca euneng yang maknanya bank, 괜찮아 (gwencanha), tetapi dibaca gwencana yang maknanya tidak apa-apa, dan 많이 (manhi), tetapi dibaca mani yang maknanya banyak atau sangat.