Selasa, 13/5/25 | 04:18 WIB
  • Dapur Redaksi
  • Disclaimer
  • Pedoman Pemberitaan Media Siber
  • Tentang Kami
Scientia Indonesia
  • TERAS
  • EKONOMI
  • HUKUM
  • POLITIK
  • DAERAH
  • EDUKASI
  • DESTINASI
  • LITERASI
    • ARTIKEL
    • CERPEN
    • KLINIK BAHASA
    • KREATIKA
    • PUISI
  • RENYAH
  • TIPS
No Result
View All Result
  • TERAS
  • EKONOMI
  • HUKUM
  • POLITIK
  • DAERAH
  • EDUKASI
  • DESTINASI
  • LITERASI
    • ARTIKEL
    • CERPEN
    • KLINIK BAHASA
    • KREATIKA
    • PUISI
  • RENYAH
  • TIPS
No Result
View All Result
Scientia Indonesia
No Result
View All Result
  • TERAS
  • EKONOMI
  • HUKUM
  • POLITIK
  • DAERAH
  • EDUKASI
  • DESTINASI
  • LITERASI
  • RENYAH
  • TIPS
Home LITERASI RENYAH

Berbicara tentang Rencana

Minggu, 24/4/22 | 10:25 WIB

Salman Herbowo
(Kolumnis Rubrik Renyah Scientia.id)

 

Banyak kegiatan yang dapat dilakukan dalam mempererat silaturahmi di bulan suci Ramadan, salah satunya mengadakan acara buka puasa bersama. Saya kira mungkin saja di antara pembaca sudah melaksanakannya, mengingat puasa Ramadan yang telah memasuki sepuluh hari terakhir. Berbagai pula acara buka bersama yang diadakan, baik itu buka bersama kerabat kerja, teman sekolah, rekan kuliah, atau mungkin juga sanak famili. Dengan banyak pilihan tempat pula tentunya, ada yang di restoran, cafe, kantor, atau di rumah sesuai dengan kesepakatan bersama.

Beda pula ceritanya jika setiap acara yang direncanakan jauh hari, namun tidak kesampaian. Dalam suatu kesempatan misalnya, saya dengan beberapa teman berencana untuk mengadakan buka puasa bersama di salah satu cafe, bahkan seminggu sebelum acara kami sudah mengagendakannya. Hanya saja saat mendekati hari yang disepakati, lebih dari sebagian tidak dapat mengikuti dengan berbagai alasan dan halangan tentunya. Bagi saya dan rekan-rekan memahami bahwa menepati janji sudah menjadi sebuah kewajiban, begitu ajaran agama. Tentu saja hal serupa itu tidak untuk ditiru.

BACAJUGA

Senyuman Kecil dan Mendengar: Hal Kecil yang Berdampak Besar

Di Balik Perjalanan, Ada Tanggung Jawab yang Menanti

Minggu, 13/4/25 | 16:47 WIB
Satu Tikungan Lagi

Yang Tertinggal dari THR: Tawa dan Pelajaran Kecil

Minggu, 06/4/25 | 16:59 WIB

Bagi kami hal itu tidak menjadi persoalan. Lagian kejadian serupa demikian bukan hal baru dan pertemanan kami tetap berjalan akrab seperti biasanya. Hanya saja banyak acara yang direncanakan jauh hari sulit untuk direalisasikan dibanding yang dadakan, misalnya pada suatu kesempatan kami pergi ke pemandian air hangat dengan jarak cukup jauh. Keinginan untuk pergi itu spontan diutarakan seorang teman saat kami lagi nyantai di salah satu kedai kopi. Malam itu, selesai menghabiskan kopi dan camilan kami pun berangkat menuju tempat pemandian.

Tidak satu, dua, atau tiga kali pula acara dadakan itu dapat diwujudkan, bila dijumlahkan tak terhitung oleh jari di tangan. Kenapa yang direncakanan sulit diwujudkan? Kenapa yang dadakan mudah direalisasikan? Terkadang, saya sering bertanya sendiri dalam hati. Barangkali, yang susah itu adalah menepati janji untuk bertemu karena yang sulit adalah mencari waktu untuk berkumpul. Kira-kira begitu.

Beda pula ceritanya jika rencana itu berkaitan dengan harapan dan cita-cita. Tentu harus berusaha untuk diwujudkan. Bagi yang sedang mengerjakan tugas akhir, seperti skripsi, tentu punya rencana yang harus dijalankan demi kelancaran pengerjaan skripsi. Begitu juga bagi yang sedang berusaha meluluhkan hati seseorang, tentu harus ada rencana yang matang pula agar ia dapat menerima dengan segala kelebihan dan kekurangan yang dimiliki. Meluluhkan hai seseorang dibutuhkan keseriusan karena ada karakter pribadi yang harus ditaklukkan dan restu orang tua yang harus didapatkan.

Saat rencana sudah ditentukan, dibutuhkan keseriusan untuk mewujudkannya. Jangan terlalu banyak berkhayal hingga lupa untuk berbuat. Saya jadi teringat cerita Si Lebai Malang yang ragu-ragu untuk menghadiri sebuah hajatan. Ia menerima undangan hajatan yang diadakan secara bersamaan dengan jamuan yang berbeda. Akibat terlalu lama mengkhayal masakan dua hajatan itu, ia datang saat hajatan telah selesai dan semua jamuan makanan habis. Tentu saja cerita itu dapat dijadikan pelajaran agar terhindar dari hal yang merugikan.

Tags: #Salman Herbowo
ShareTweetShareSend
Berita Sebelum

Puisi-puisi Irawan Winata dan Ulasannya oleh Ragdi F. Daye

Berita Sesudah

Cerpen “Sawah Terakhir” Karya Linda Tanjung dan Ulasannya oleh Azwar Sutan Malaka

Berita Terkait

Sebagian Tidak Suka Orang yang Banyak Cerita

Menyulam Nilai Lewat Cerita: Inyiak Bayeh dan Cerita-cerita Lainnya

Minggu, 11/5/25 | 17:14 WIB

Lastry Monika Dosen Prodi Sastra Minangkabau FIB Unand/Kolumnis Rubrik Renyah   Dalam tiga minggu terakhir, saya selalu mengangkat tema seputar...

Sebagian Tidak Suka Orang yang Banyak Cerita

Talempong Batu: dari Batu ke Nada

Minggu, 04/5/25 | 18:02 WIB

Lastry Monika (Dosen Prodi Sastra Minangkabau FIB Unand/Kolumnis Rubrik Renyah)   Bila saya membawa teman pulang kampung, ibu hampir selalu...

Sebagian Tidak Suka Orang yang Banyak Cerita

Sastra Lisan dalam Keseharian

Minggu, 27/4/25 | 18:38 WIB

Lastry Monika (Dosen Prodi Sastra Minangkabau FIB Unand/Kolumnis Rubrik Renyah)   “Jangan menangis keras-keras! Nanti kamu dijemput Inyiak Bayeh. Rambutnya...

Sebagian Tidak Suka Orang yang Banyak Cerita

Cerita yang Tak Pernah Pensiun

Minggu, 20/4/25 | 17:55 WIB

Lastry Monika (Dosen Prodi Sastra Minangkabau FIB Unand/Kolumnis Rubrik Renyah)   Setiap berkunjung ke suatu daerah, saya selalu mendapatkan pengalaman...

Senyuman Kecil dan Mendengar: Hal Kecil yang Berdampak Besar

Di Balik Perjalanan, Ada Tanggung Jawab yang Menanti

Minggu, 13/4/25 | 16:47 WIB

Salman Herbowo (Kolumnis Rubrik Renyah)   Banyak hal yang dapat dilakukan dalam momen libur lebaran, salah satunya berwisata bersama keluarga....

Satu Tikungan Lagi

Yang Tertinggal dari THR: Tawa dan Pelajaran Kecil

Minggu, 06/4/25 | 16:59 WIB

Salman Herbowo (Kolumnis Rubrik Renyah)   Lebaran di masa kecil adalah kenangan yang tak pernah benar-benar pergi. Kenangan itu berdiam...

Berita Sesudah
Cerpen “Sawah Terakhir” Karya Linda Tanjung dan Ulasannya oleh Azwar Sutan Malaka

Cerpen "Sawah Terakhir" Karya Linda Tanjung dan Ulasannya oleh Azwar Sutan Malaka

Discussion about this post

POPULER

  • Puisi-puisi Afny Dwi Sahira

    Puisi-puisi Afny Dwi Sahira

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Perkembangan Hukum Islam di Era Digital

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Firdaus Apresiasi Semangat Gotong Royong Masyarakat Wujudkan Festival Juadah Tanpa APBD

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Puisi-puisi Karya Farha Nabila dan Ulasannya Oleh Dara Layl

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Apakah Kata “bapak” dan “ibu” Harus Ditulis dalam Huruf Kapital ?

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Malam Puncak Festival Juadah di Pasar Cubadak Berakhir Meriah dengan Lelang

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Pengurus DPW PKDP Sumbar Dilantik, Firdaus : Siap Berbuat untuk Kampung Halaman

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
Scientia Indonesia

PT. SCIENTIA INSAN CITA INDONESIA 2024

Navigate Site

  • Dapur Redaksi
  • Disclaimer
  • Pedoman Pemberitaan Media Siber
  • Tentang Kami

Follow Us

No Result
View All Result
  • TERAS
  • EKONOMI
  • HUKUM
  • POLITIK
  • DAERAH
  • EDUKASI
  • DESTINASI
  • LITERASI
    • ARTIKEL
    • CERPEN
    • KLINIK BAHASA
    • KREATIKA
    • PUISI
  • RENYAH
  • TIPS

PT. SCIENTIA INSAN CITA INDONESIA 2024