Kata makanan dan masakan sering kita gunakan dalam kehidupan sehari-hari, terutama jika berbicara tentang kuliner. Di berbagai media massa (cetak dan online) pun, kata-kata ini sering dituliskan untuk mempromosikan hidangan khas dari suatu daerah, seperti makanan khas Minangkabau atau masakan khas Sunda. Ada yang menggunakan kata makanan dan ada juga yang menggunakan kata masakan. Kemudian, muncul pertanyaan, mana yang benar? Apa perbedaannya? Makanan dan masakan merupakan dua kata yang terdiri atas morfem bebas dan morfem terikat akhiran -an (makan + -an dan masak + -an). Akihran -an termasuk salah satu imbuhan yang sering digunakan di dalam kehidupan sehari-hari. Sebagian besar akhiran -an bisa mengubah kelas kata verba menjadi nomina, seperti baca (verba) menjadi bacaan (nomina), tulis (verba) menjadi tulisan (nomina), dan cuci (verba) menjadi cucian (nomina). Sebelum membahas kata makanan dan masakan, kita pelajari dulu berbagai makna dari akhiran -an. Berikut ini adalah makna dari akhiran -an.
Pertama, kata dasar yang diberi akhiran -an memiliki makna hasil kegiatan atau perbuatan. Hasil kegiatan tersebut sesuai dengan kata dasarnya, seperti lukisan (lukis + -an) merupakan hasil dari kegiatan melukis, tulisan (tulis + -an) merupakan hasil dari kegiatan menulis, tangisan merupakan hasil dari menangis, lompatan merupakan hasil dari melompat, potongan merupakan hasil dari memotong, nyanyian merupakan hasil dari bernyanyi, pukulan merupakan hasil dari memukul, tendangan merupakan hasil dari menendang, tayangan merupakan hasil dari menayangkan, sajian merupakan hasil dari menyajikan, jajahan merupakan hasil dari menjajah, dan tatapan merupakan hasil dari menatap. Contoh penggunaan kata-kata tersebut bisa dibaca pada kalimat-kalimat berikut.
- Saya sulit melupakan tatapannya.
- Tulisannya selalu menginspirasi banyak orang.
- Gol pertama berasal dari tendangan pemain nomor 11.
Kedua, kata dasar yang diberi akhiran -an memiliki makna untuk sesuatu yang akan dilakukan. Makna ini diperoleh sesuai dengan makna kata dasar tersebut. Contoh makna ini terdapat dalam kata bacaan (baca + -an) untuk dibaca dan minuman untuk diminum. Contoh penggunaannya bisa dibaca pada kalimat-kalimat berikut.
- Dia selalu membawa bacaan ke mana pun dia pergi.
- Pada saat bulan Ramadan, banyak orang yang menjual minuman.
Ketiga, kata dasar yang diberi akhiran -an mencakupi makna pertama dan kedua, yaitu bisa menjadi hasil atau sesuatu untuk dikerjakan. Hal ini sesuai dengan konteks dari kelimat yang dituturkan. Contoh dari kata-kata yang memiliki makna ini adalah cucian, setrikaan, jemuran, dan belanjaan. Kata cucian, setrikaan, jemuran, dan belanjaan memiliki makna lebih dari satu, sesuai dengan konteks kalimatnya. Penggunaan kata-kata tersebut bisa dibaca pada kalimat-kalimat berikut.
- Maaf, saya tidak bisa keluar rumah sekarang, cucian saya sudah menumpuk. (Makna kata cucian di dalam kalimat ini adalah sesuatu untuk dicuci).
- Mesin cucinya sudah berhenti. Siapa yang punya cucian? (Makna kata cucian di dalam kalimat ini adalah sesuatu yang sudah dicuci).
- Tunggu sebentar ya, jemuran saya masih di sana. Saya menjemur sebentar ya! (Makna kata jemuran di dalam kalimat ini adalah sesuatu untuk dijemur).
- Hari mulai hujan, ayo angkat jemuran kita! (Makna kata jemuran di dalam kalimat ini adalah sesuatu yang sedang atau sudah dijemur).
- Kami harus membeli jemuran. (Makna jemuran di dalam kalimat ini adalah alat).
- Ini adalah daftar belanjaan yang harus kita beli saat malam takbiran nanti. (Makna kata belanjaan di dalam kalimat ini adalah sesuatu untuk dibeli).
- Belanjaan ibu untuk menyambut Idulfitri sangat banyak. (Makna kata belanjaan di dalam kalimat ini adalah hasil dari kegiatan berbelanja).
Keempat, kata yang diberi akhiran -an memiliki makna suatu cakupan yang lebih luas. Kata-kata yang bermakna ini adalah lautan (laut dalam konteks yang lebih luas), daratan, dan dataran.
Kelima, kata yang diberi akhiran -an memiliki makna sesuatu yang mempunyai hal yang banyak dalam sebuah objek tertentu sehingga objek tersebut dilabeli dengan kata dasarnya sebagai bentuk identifikasi. Kata-kata yang memiliki makna ini adalah jamuran, ubanan, jerawatan, dan cacingan. Contoh penggunaan kata-kata ini bisa dibaca dalam kalimat berikut.
- Roti itu sudah berjamur. (Awalan ber- pada kata berjamur memiliki makna bahwa roti itu sudah memiliki jamur).
- Roti itu sudah jamuran. (Akhiran -an pada kata jamuran memiliki makna bahwa jamur di roti itu sudah sangat banyak).
- Ayah saya sudah tua. Rambut beliau sudah ubanan. (Sama seperti kalimat 1 dan 2, kata ubanan memiliki makna sudah banyak uban. Ini memberi kesan yang berbeda dengan kata beruban).
- Dia pergi ke dokter kulit untuk mengobati wajahnya yang jerawatan.
- Anak-anak yang cacingan harus segera diberi obat cacing.
Makna keempat ini juga mengingatkan kita pada dua nama buah yang sangat disukai masyarakat Indonesia, yaitu rambutan dan durian. Jika dicermati dari kata dasarnya rambut (rambut + -an) dan duri (duri + -an), nama ini barangkali juga bermakna hal yang serupa, yaitu buah yang memiliki banyak rambut dan duri.
Keenam, kata yang diberi akhiran -an memiliki makna hitungan periode, seperti harian, mingguan, bulanan, dan tahunan. Ketujuh, kata yang diberi akhiran -an memiliki makna sekitar dalam konteks hitungan atau jumlah. Kata-kata yang memiliki makna ini seperti ratusan, ribuan, dan jutaan. Jika akhiran -an ini mengikuti angka, penulisannya harus diberi tanda pisah (-), seperti 5.000-an, 1990-an, dan 70-an. Kedelepan, kata-kata yang diberik akhiran -an memiliki makna tempat, seperti parkiran dan pangkalan. Kesembilan, kata-kata yang berakhiran -an juga terdapat di dalam jenis kuliner, seperti asinan dan manisan. Kesepuluh, akihran -an memiliki makna alat, seperti pegangan, gantungan, rautan, jepitan, dan jemuran. Berikut ini adalah contoh kalimat dari kata-kata tersebut.
- Konser ini adalah acara tahunan dari perusahaan kami.
- Setiap hari, ada ribuan orang yang terinfeksi virus tersebut.
- Saya pikir umur perempuan itu 20-an.
Selain kata-kata baku tersebut, di dalam percakapan sehari-hari, kita juga sering mendengar berbagai kata yang diberi akhiran -an, seperti kerjaan, sepedaan, temanan, gentian, baikan, dan musuhan. Kata-kata tersebut, secara bakunya adalah pekerjaan, bersepeda, berteman, bergantian, berbaikan, dan bermusuhan. Penghilangan afiks dalam percakapan sehari-hari memang sudah lumrah terjadi pada masyarat pengguna bahasa Indonesia.
Kembali kepada pembahasan kata makanan dan masakan. Kedua kata yang berkaitan dengan hidangan ini, ternyata sering dianggap sama. Oleh sebab itu, pemakaiannya seolah bisa saling menggantikan. Dalam beberapa konteks, penggunaannya memang mirip, tetapi pada beberapa konteks lain penggunaannya berbeda. Jika ditilik kembali dari klasifikasi makna yang sudah diuraikan sebelumnya, kata makanan merupakan sesuatu untuk dimakan dan kata masakan merupakan hasil dari kegiatan memasak. Di dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), kata makanan memiliki makna, “1. segala sesuatu yang dapat dimakan (seperti penganan, lauk-pauk, kue); 2. segala bahan yang kita makan atau masuk ke dalam tubuh yang membentuk atau mengganti jaringan tubuh, memberikan tenaga, atau mengatur semua proses dalam tubuh; 3. rezeki” sedangkan masakan memiliki makna, “1. hasil memasak; 2. penganan, lauk-pauk yang dimasak”. Di dalam konteks kuliner, kata makanan dan masakan bisa digunakan, seperti makanan khas Minangkabau atau masakan khas Minangkabau dengan tujuan makna yang sama. Namun demikian, dalam konteks lain, makna ini menjadi berbeda. Kita bisa melihat pada contoh kalimat berikut.
- Ini adalah masakan ibu saya.
- Ini adalah makanan ibu saya.
Sepintas, dua kalimat ini terlihat mirip, tetapi memiliki makna yang sangat berbeda. Kalimat pertama memiliki makna hasil kegiatan memasak. Frasa masakan ibu saya adalah hasil dari kegiatan masak sang ibu. Seorang ibu memasak bekal makan siang untuk anaknya. Anak tersebut membawanya ke sekolah dan mengatakan bahwa “Ini adalah masakan ibu saya”. Artinya, bekal makan siang itu tidak dibeli di restoran atau dimasak oleh orang lain. Akan tetapi, kalimat kedua memiliki makna yang berbeda dari kalimat satu. Kalimat dua menyatakan situasi ada “makanan khusus untuk ibu”. Kita bisa mengambil contoh, ibu tersebut sedang sakit. Oleh sebab itu, sang ibu membutuhkan asupan hidangan dengan komposisi gizi tertentu, seperti tidak bergula atau tidak bergaram. Dengan demikian, frasa makanan ibu memiliki konteks bahwa sebagai makanan khusus yang akan dimakan oleh ibu dan bukan untuk semua orang. Makanan ini bisa saja dibeli di restoran, dimasak oleh ahli gizi, dan sebagainya, tetapi hanya ibu yang boleh memakannya. Selain konteks tersebut, kata makanan juga bisa ditujukan pada segala sesuatu yang bisa dimakan tanpa harus dimasak. Kita bisa mengambil contoh kalimat, “Di dalam kulkas saya, ada banyak makanan” yang bermakna bisa roti, sereal, dan buah-buahan. Artinya, kata makanan memang sesuatu yang bisa dimakan. Oleh sebab itu, kata restoran juga bisa dipadankan dengan frasa rumah makan, bukan rumah masak.