Jumat, 13/6/25 | 14:23 WIB
  • Dapur Redaksi
  • Disclaimer
  • Pedoman Pemberitaan Media Siber
  • Tentang Kami
Scientia Indonesia
  • TERAS
  • EKONOMI
  • HUKUM
  • POLITIK
  • DAERAH
  • EDUKASI
  • DESTINASI
  • LITERASI
    • ARTIKEL
    • CERPEN
    • KLINIK BAHASA
    • KREATIKA
    • PUISI
  • RENYAH
  • TIPS
No Result
View All Result
  • TERAS
  • EKONOMI
  • HUKUM
  • POLITIK
  • DAERAH
  • EDUKASI
  • DESTINASI
  • LITERASI
    • ARTIKEL
    • CERPEN
    • KLINIK BAHASA
    • KREATIKA
    • PUISI
  • RENYAH
  • TIPS
No Result
View All Result
Scientia Indonesia
No Result
View All Result
  • TERAS
  • EKONOMI
  • HUKUM
  • POLITIK
  • DAERAH
  • EDUKASI
  • DESTINASI
  • LITERASI
  • RENYAH
  • TIPS
Home LITERASI RENYAH

Ngomong Kok Blaster, padahal Bukan Blasteran!

Minggu, 06/3/22 | 08:46 WIB

 Lastry Monika
(Kolumnis Rubrik Renyah Scientia.id)

 

“Probably gue tuh yang kek confuse gimana ya, yang kek skeptical gitu gak sih, ya which gue masih enter sandman gitu, yang behind, pokoknya dont look back in anger gitu2 lah.” Begitu kicauan twitter salah seorang teman. Kicauannya blaster, padahal dia bukan blasteran. Tentunya dalam keseharian kita juga sering menemukan fenomena serupa demikian. Mungkin saat menyaksikan talk show di televisi, berbicara dengan teman sejawat, caption foto di instagram, status di facebook, komunikasi para youtuber, atau ketika mendengarkan podcast, dan di segala kesempatan lainnya.

Cara komunikasi seperti itu menjadi sebuah problematik. Ada yang menanggapi positif dan ada pula negatif. Positifnya karena tidak menemukan padanan kata yang pas dalam bahasa Indonesia sehingga menggunakan bahasa Inggris untuk menunjukkan kemampuan bilingual seseorang. Negatifnya hanya ingin terlihat gaul dan bergengsi agar terlihat pintar atau intelektual atau bahkan sekedar ikut-ikutan tren.

Menanggapi cara komunikasi itu, saya menyebutnya bahasa blaster. Ada beberapa pertanyaan yang muncul, benarkah tidak ada padanan kata yang bersangkutan dalam bahasa Indonesia? Apakah betul dapat menentukan kecakapan berbahasa seseorang pada kedua bahasa yang bersangkutan? Benarkah ngomong blaster itu bergengsi dan membuat kesan intelektual?

BACAJUGA

Sebagian Tidak Suka Orang yang Banyak Cerita

Menyulam Nilai Lewat Cerita: Inyiak Bayeh dan Cerita-cerita Lainnya

Minggu, 11/5/25 | 17:14 WIB
Sebagian Tidak Suka Orang yang Banyak Cerita

Talempong Batu: dari Batu ke Nada

Minggu, 04/5/25 | 18:02 WIB

Dalam ilmu linguistik, bahasa, blaster tersebut menjadi bahan kajian. Bahasa seperti itu disebut dengan campur kode. Sebetulnya, mencampur kedua bahasa tidak hanya terjadi antara bahasa Indonesia dengan bahasa Inggris. Fenomena demikian juga dijumpai antara bahasa Indonesia dan bahasa-bahasa daerah, seperti mencampur bahasa Indonesia dengan bahasa Minangkabau, bahasa Jawa, dan lain sebagainya.

Menyoal tidak adanya padanan kata dalam bahasa Indonesia, saya kira tidak serumit demikian. Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) diperbaharui secara bertahap. Beberapa kata pun menjadi dibakukan meskipun diserap dari bahasa asing atau bahasa daerah. Untuk obrolan sehari-hari, tentu tidak sulit untuk mencari padanan kata yang telah tersedia dalam bahasa Indonesia kecuali dalam istilah ilmiah yang terkadang bahasa asing memang memiliki istilah yang belum ada terjemahan atau padanannya.

Ngomong blaster juga belum tentu menunjukkan kecakapan berbahasa seseorang pada kedua bahasa yang bersangkutan. Tentu kemampuan berbahasa dapat diukur jika seseorang mampu berbahasa secara konsisten. Kira-kira, kemampuan bahasa Inggris seperti apa yang mampu diperoleh jika hanya menyematkan literally, which is, dan probaly?

Satu hal yang menarik dari bahasa Indonesia ialah adanya ragam formal dan ragam informal. Hal ini dikemukakan oleh Ivan Lanin selaku aktivis bahasa dalam salah satu podcast bersama Leila S. Chudori. Perbedaan ragam bahasa tersebut disebut dengan diglosia. Dalam bahasa Indonesia, perbedaan ragam bahasa antara ragam formal dan ragam informal dapat dikatakan lumayan jauh. Antara keduanya lumayan susah dalam praktiknya ialah ragam formal, sedangkan ragam informal mudah ditemukan dalam berbahasa sehari-hari.

Jika hanya dalam keseharian, bukankah lebih baik menggunakan bahasa Indonesia secara konsisten sembari mengenali padanan kata baru yang telah baku? Terkecuali bagi kamu yang sedang berlatih untuk memantapkan bahasa asing guna keperluan tertentu. Mengenai ragam formal yang konon kabarnya lumayan sulit, alangkah lebih baik dipelajari secara serius mulai detik ini juga tanpa menunda-nunda terutama bagi yang sedang menyelesaikan tugas akhir kuliah maka tidak heran jika banyak yang menulis ilmiah seperti skripsi sering dicoret atau direvisi secara berulang-ulang.

Tags: #Lastry Monica
ShareTweetShareSend
Berita Sebelum

Senja Ketujuh

Berita Sesudah

“Aikoku Koushinkyoku”, Lagu Jepang Bersejarah di Sumatera Barat

Berita Terkait

Satu Tikungan Lagi

Masih Tentang Busa dan Bilasan

Minggu, 08/6/25 | 17:51 WIB

Salman Herbowo (Kolumnis Rubrik Renyah)   Minggu lalu, di rubrik Renyah, saya menulis tentang pengalaman mencuci pakaian—aktivitas sederhana yang diam-diam...

Senyuman Kecil dan Mendengar: Hal Kecil yang Berdampak Besar

Cerita dari Balik Busa dan Bilasan

Minggu, 01/6/25 | 16:05 WIB

Salman Herbowo (Kolumnis Rubrik Renyah)   Ada satu kebiasaan yang tak pernah absen menemani masa-masa kuliah saya dulu, menumpuk cucian....

Senyuman Kecil dan Mendengar: Hal Kecil yang Berdampak Besar

Jam Tangan dan Seni Menjadi Siapa

Minggu, 25/5/25 | 13:50 WIB

Salman Herbowo (Kolumnis Rubrik Renyah) Seorang teman pernah berujar tentang urgensi dari jam tangan. Ia menjelaskan tentang benda kecil yang...

Senyuman Kecil dan Mendengar: Hal Kecil yang Berdampak Besar

Tertinggal Karena Lupa, Tertawa Karena Ingat

Minggu, 18/5/25 | 16:44 WIB

Salman Herbowo (Kolumnis Rubrik Renyah)   Lupa adalah bagian tak terpisahkan dari kehidupan. Dalam keseharian, kita sering kali dibuat repot...

Sebagian Tidak Suka Orang yang Banyak Cerita

Menyulam Nilai Lewat Cerita: Inyiak Bayeh dan Cerita-cerita Lainnya

Minggu, 11/5/25 | 17:14 WIB

Lastry Monika Dosen Prodi Sastra Minangkabau FIB Unand/Kolumnis Rubrik Renyah   Dalam tiga minggu terakhir, saya selalu mengangkat tema seputar...

Sebagian Tidak Suka Orang yang Banyak Cerita

Talempong Batu: dari Batu ke Nada

Minggu, 04/5/25 | 18:02 WIB

Lastry Monika (Dosen Prodi Sastra Minangkabau FIB Unand/Kolumnis Rubrik Renyah)   Bila saya membawa teman pulang kampung, ibu hampir selalu...

Berita Sesudah
“Aikoku Koushinkyoku”, Lagu Jepang Bersejarah di Sumatera Barat

“Aikoku Koushinkyoku”, Lagu Jepang Bersejarah di Sumatera Barat

Discussion about this post

POPULER

  • Puisi-puisi Rifqi Septian Dewantara dan Ulasannya oleh Azwar

    Puisi-puisi Rifqi Septian Dewantara dan Ulasannya oleh Azwar

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Polda Sumbar Gelar Lomba Karya Tulis Peringati HUT Bhayangkara ke-79, Hadiah Puluhan Juta Rupiah

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Beban Tidak Kasat Mata Anak Perempuan Pertama

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Yonnarlis Hadiri Wisuda Tahfizh dan Khatam Al Quran di Jorong Sawah Ujuang

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Tanda Titik pada Singkatan Nama Perusahaan

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Jalan di Nagari Sopan Jaya Rusak, Warga Tuntut PT SAK Tanggung Jawab

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • IPNU Prihatin dengan Maraknya Aksi Tawuran Remaja di Sumbar

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
Scientia Indonesia

PT. SCIENTIA INSAN CITA INDONESIA 2024

Navigate Site

  • Dapur Redaksi
  • Disclaimer
  • Pedoman Pemberitaan Media Siber
  • Tentang Kami

Follow Us

No Result
View All Result
  • TERAS
  • EKONOMI
  • HUKUM
  • POLITIK
  • DAERAH
  • EDUKASI
  • DESTINASI
  • LITERASI
    • ARTIKEL
    • CERPEN
    • KLINIK BAHASA
    • KREATIKA
    • PUISI
  • RENYAH
  • TIPS

PT. SCIENTIA INSAN CITA INDONESIA 2024