Kamis, 17/7/25 | 22:41 WIB
  • Dapur Redaksi
  • Disclaimer
  • Pedoman Pemberitaan Media Siber
  • Tentang Kami
Scientia Indonesia
  • TERAS
  • EKONOMI
  • HUKUM
  • POLITIK
  • DAERAH
  • EDUKASI
  • DESTINASI
  • LITERASI
    • ARTIKEL
    • CERPEN
    • KLINIK BAHASA
    • KREATIKA
    • PUISI
  • RENYAH
  • TIPS
No Result
View All Result
  • TERAS
  • EKONOMI
  • HUKUM
  • POLITIK
  • DAERAH
  • EDUKASI
  • DESTINASI
  • LITERASI
    • ARTIKEL
    • CERPEN
    • KLINIK BAHASA
    • KREATIKA
    • PUISI
  • RENYAH
  • TIPS
No Result
View All Result
Scientia Indonesia
No Result
View All Result
  • TERAS
  • EKONOMI
  • HUKUM
  • POLITIK
  • DAERAH
  • EDUKASI
  • DESTINASI
  • LITERASI
  • RENYAH
  • TIPS
Home LITERASI CERPEN

Senja Ketujuh

Minggu, 06/3/22 | 07:00 WIB

Cerpen: Utari Oktavia Nengsih

Wajah-wajah polos itu tampak riang. Tawa mereka berderai serentak saat diberi guyonan oleh para volunter.  Namun, di sisi lain nyatanya tawa mereka berbalut duka. Pascagempa yang mengguncang Ranah Minang, Pasaman Barat, para bocah itu harus hidup bersama di tenda pengungsian, termasuk Yongki. Seusai bermain bersama dengan tim volunteer, Yongki menghampiri amaknya di tenda. bocah lelaki itu kembali menanyakan pertanyaan yang sama selama tujuh hari belakangan pada Amak.

“Kapan Ayah pulang dari ladang, Mak?” tanya Yongki berharap mendapatkan jawaban yang berbeda dari sebelumnya.

Sembari tersenyum getir dengan manik mata berkaca-kaca, Amak mengelus pucuk kepala Yongki. “Kau tak boleh meratap, Nak. Tanyamu juga tanya yang selalu Amak lantunkan dalam doa.”

BACAJUGA

No Content Available

Bocah lelaki itu mengangguk pelan. Dari lubuk hati terdalam, Yongki berharap amaknya mengatakan kalau sang ayah akan pulang petang nanti, sama seperti hari-hari sebelum gempa mengguncang. Dalam diam, bocah lelaki itu menerka-nerka kenapa Ayah tak kunjung pulang. Apa banyak hama di ladang hingga Ayah harus memantau ladang sampai petang? Apa panen Ayah melimpah hingga Ayah terlampau sibuk hingga lupa pulang?

Pertanyaan-pertanyaan itu sungguh mengganggu Yongki. Ia rindu dipeluk dan dipangku sang ayah. Ia juga sudah terlalu rindu melihat Amak dengan senyum merekah kala menyuguhkan teh hangat pada ayahnya saat senja menyapa. Namun, kini sudah senja ketujuh. Amak tak lagi tersenyum merekah dan enggan membuat teh hangat.

Bocah lelaki itu menatap langit yang mulai berwarna jingga, lalu kembali ia beralih menatap wajah sendu Amak. “Mak, bagaimana kalau kita pulang ke rumah? Siapa tahu Ayah sudah pulang dan Ayah tidak tahu kalau kita di tenda.”

Bak bongkahan batu besar mengimpit dada wanita paruh baya itu mendengar ucapan polos Yongki. Sesak yang tiada hingga. Air mata yang tertahan, kini mengalir deras membasahi wajah keriput Amak.

Bingung Yongki kenapa amaknya harus menangis. Ia merasa tidak berkata-kata yang buruk.

“Mak …,” ucap Yongki lirih sambil matanya mengerjap-ngerjap. “Yongki hanya rindu Ayah.”

Di tenda pengungsian dalam keramaian itu, Amak memeluk Yongki. Tangis mereka tumpah mengenang bagaimana dan sedang apa lelaki tercinta mereka di ladang hingga belum juga pulang.

 

Biodata Penulis

Utari Oktavia Nengsih dengan mama Pena: Tari Oktav. Ia berusia 21 tahun. Alamatnya di Tapan, Kabupaten Pesisir Selatan dan status saat ini adalah mahasiswa. Motto hidupnya “Diamku lebih baik daripada canda tak bermakna”.

Tags: Utari Oktavia Nengsih
ShareTweetShareSend
Berita Sebelum

Cerpen “Tenunan” Karya Naima Muharrani Yanfa dan Ulasannya oleh Azwar Sutan Malaka

Berita Sesudah

Ngomong Kok Blaster, padahal Bukan Blasteran!

Berita Terkait

Cerpen Lelaki Tampan yang Membawaku Pergi

Cerpen Lelaki Tampan yang Membawaku Pergi

Minggu, 20/10/24 | 16:56 WIB

Cerpen: Armini Arbain Senja turun dengan cepat dan azan magrib pun berkumandang dengan merdunya. Seperti biasa aku bergegas mengambil Alquran,...

Luka Hati

Luka Hati

Minggu, 28/7/24 | 09:37 WIB

Oleh: Armini Arbain*   Baru saja aku duduk melepas lelah setelah memberi penyegar pada wajah seorang ibu yang facial, Hp-ku...

Setetes  Air dalam Bensin

Setetes Air dalam Bensin

Minggu, 30/6/24 | 09:10 WIB

Cerpen: Armini Arbain   Pesawat Garuda Boeing 800 lepas landas. Tepat pukul lima sore, pesawat yang membawa calon jemaah haji...

Diriku dan Keterlambatan

Minggu, 16/4/23 | 12:12 WIB

Cerpen: Ibnu Naufal   Aku tak mengerti terkadang dengan diriku sendiri. Diri yang begitu unik dan istimewa, menuntut untuk diperlakukan istimewa oleh...

Jus Buah

Jus Buah

Minggu, 19/3/23 | 10:21 WIB

Cerpen: Reno Wulan Sari   “Satu Vanilla Latte hangat.” Barista itu menatap Kalis dengan kepala yang sedikit dimiringkan, seolah ingin meyakinkan,...

Setelah Hari Kematian Kenya

Setelah Hari Kematian Kenya

Minggu, 22/1/23 | 08:26 WIB

Cerpen: Reno Wulan Sari Setelah hari kematian Kenya, tepatnya setelah 10 hari sejak pemakamannya, semua berkumpul di rumah yang mungil itu,...

Berita Sesudah
Ngomong Kok Blaster, padahal Bukan Blasteran!

Ngomong Kok Blaster, padahal Bukan Blasteran!

Discussion about this post

POPULER

  • Afrina Hanum

    Sumbang 12 untuk Puti Bungsu Minangkabau

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Pemendekan Kata dalam Bahasa Indonesia

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Tanda Titik pada Singkatan Nama Perusahaan

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Warga Pulau Punjung Resah Akibat Serangan Anjing Liar, Ternak Jadi Korban dan Keselamatan Anak Terancam

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Tenaga Honorer R4 Padang Pariaman Datangi DPRD, Minta Kepastian Nasib

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Operasi Patuh Singgalang 2025 Hari Keempat, Pengendara Ditangkap Bawa Ekstasi

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Hadiri Peringatan Anak Nasional ke-41, Wako Bukittinggi: Pemko Terus Mengupayakan Perlindungan Anak

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
Scientia Indonesia

PT. SCIENTIA INSAN CITA INDONESIA 2024

Navigate Site

  • Dapur Redaksi
  • Disclaimer
  • Pedoman Pemberitaan Media Siber
  • Tentang Kami

Follow Us

No Result
View All Result
  • TERAS
  • EKONOMI
  • HUKUM
  • POLITIK
  • DAERAH
  • EDUKASI
  • DESTINASI
  • LITERASI
    • ARTIKEL
    • CERPEN
    • KLINIK BAHASA
    • KREATIKA
    • PUISI
  • RENYAH
  • TIPS

PT. SCIENTIA INSAN CITA INDONESIA 2024