Yudhistira Ardi Poetra, M.I.Kom.
(Dosen Fakultas Ilmu Komunikasi Universitas Bhayangkara Jakarta Raya)
Berita penangkapan selebritas yang terjerat lubang hitam narkoba seperti tak ada habisnya menghiasi jagat maya. Wajah-wajah para penyanyi, pemain film, politikus, dan komedian silih berganti muncul pada headline-headline berita media, baik media konvensional maupun media sosial. Ada yang tertangkap dengan alat bukti ganja, sabu, maupun obat-obatan terlarang lainnya. Alasannya pun berbagai macam, seperti membantu untuk bisa tidur, menambah energi, dan gairah baru, sampai hanya untuk gaya hidup mewah.
Pemberitaan mengenai selebritas yang terjerat kasus narkoba acap kali mengundang berbagai komentar dari masyarakat. Berbagai bentuk respons dapat disaksikan beberapa saat setelah kabar tersebut muncul ke ranah publik. Respons tersebut bisa positif dan bisa pula respons negatif. Respons positif masyarakat berbentuk ungkapan menyemangati atau memberi support para selebritas. Respons negatif bisa berupa kritikan, hinaan, celaan, atau bahkan mengungkit sisi kelam, atau masa lalu para selebritas yang terseret kasus.
Komentar masyarakat atas kasus selebritas yang tertangkap diakibatkan penggunaan atau penggunaan narkoba mudah ditemukan di era modernisasi saat ini. Media sosial memudahkan masyarakat untuk mengomentari setiap kejadian atau peristiwa yang mereka lihat. Berbagai bentuk media sosial seperti YouTube, Instagram, Facebook, Tik Tok, dan yang lainnya menyediakan wadah untuk pengguna agar bisa mengutarakan pendapat atau tanggapan atas apa yang mereka lihat. Hal ini menyebabkan siapa pun yang mempunyai akses untuk menggunakan media sosial bisa berkomentar sesuka hati meskipun ada UU ITE yang mengatur etika komunikasi di media sosial.
Dewasa ini, media sosial sudah menjadi kebutuhan primer bagi banyak orang. Semenjak mewabahnya candu akan smartphone, banyak masyarakat dapat menikmati media sosial sebagai salah satu kebutuhan pokok dalam hidup mereka. Melihat gawai dan memeriksa apa pun yang ada di media sosial, bahkan dilakukan oleh banyak orang mulai dari dirinya bangun dari tidur sampai tidur lagi. Bahkan segelintir orang tertidur bersama gawai yang terletak di atas tempat tidur mereka. Barangkali, inilah alasan mengapa istilah netizen muncul ke permukaan bumi. Netizen sendiri merupakan singkatan dari dua kata, yaitu internet dan citizen yang berarti warga atau masyarakat yang berada dalam jaringan internet.
Netizen memiliki gaya komunikasi yang berbeda dalam mengekspresikan pendapat di media sosial. Terkadang, apa yang mereka tampilkan di media sosial memiliki perbedaan dengan apa yang mereka tampilkan di dunia nyata atau dalam kehidupan yang sebenarnya. Suranto (2011) mengemukakan bahwa gaya komunikasi merupakan seperangkat perilaku individu yang digunakan dalam suatu situasi tertentu. Masing-masing gaya komunikasi terdiri dari sekumpulan perilaku komunikasi yang dipakai untuk mendapatkan respons atau tanggapan tertentu dalam situasi tertentu. Kesesuaian antara satu gaya komunikasi yang digunakan bergantung pada maksud dari sender dan harapan dari receiver. Dengan demikian, gaya komunikasi bisa disebabkan oleh kondisi apa yang terjadi pada saat itu.
Gaya komunikasi setiap orang memiliki keberagaman, termasuk orang-orang yang hidup dan aktif menjadi netizen. Ada beberapa jenis gaya komunikasi menurut Tubbs dan Moss (2008), yaitu the controlling style, the equalitarian style, the structuring style, the dinamic style, the relinguishing style, dan the withdrawal style. The controlling style bersifat mengendalikan ini dan ditandai dengan adanya satu kehendak atau maksud untuk membatasi, memaksa dan mengatur perilaku, pikiran, dan tanggapan orang lain. The equalitarian style memiliki landasan kesamaan dan ditandai dengan berlakunya arus penyebaran pesan-pesan verbal secara lisan maupun tertulis yang bersifat dua arah. The structuring style bersifat berstruktur dan memanfaatkan pesan-pesan verbal secara tertulis maupun lisan guna memantapkan perintah yang harus dilaksanakan. The dinamic style memiliki kecenderungan agresif, karena pengirim pesan atau sender memahami bahwa lingkungannya berorientasi pada tindakan. The relinguishing style lebih mencerminkan kesediaan menerima saran, pendapat ataupun gagasan orang lain, dari pada keinginan untuk perintah, meskipun pengirim pesan mempunyai hak untuk memberi perintah dan mengontrol orang lain. The withdrawal style hanya muncul dengan melemahnya tindak komunikasi, artinya tidak ada keinginan dari orang-orang yang memaknai gaya ini untuk berkomunikasi dengan orang lain, karena ada beberapa persoalan ataupun kesulitan antar pribadi karena ada beberapa persoalan ataupun kesulitan antarpribadi yang dihadapi oleh orang-orang tersebut.
Ada beberapa gaya komunikasi yang cenderung digunakan oleh netizen dalam mengomentari berita-berita tentang selebritras yang terjerat kasus narkoba. Salah satu gaya komunikasi yang dipakai para netizen tersebut adalah the controlling style. Netizen cenderung mengutarakan pendapat mereka tanpa memikirkan feedback yang akan mereka terima. Biasanya, netizen seperti ini hanya mementingkan apa yang menjadi opini mereka dibandingkan dengan pendapat-pendapat lain yang bisa jadi pembanding. Netizen yang suka menggunakan gaya komunikasi ini bisa jadi membahayakan karena bisa menggiring opini publik ke hal-hal yang tidak benar. Komentar yang ditulis seperti sebuah informasi atau pengumuman kepada netizen lainnya.
Komentar yang terdapat dalam setiap pemberitaan di media sosial bisa memunculkan rasa seide dan sependapat bagi netizen. Jika melihat pada beberapa media sosial, hal yang dikomentari pada sebuah unggahan bukan hanya soal apa yang diunggah, melainkan mengomentari komentar yang berada di unggahan tersebut. Dari situ bisa dilihat bahwa terdapat beberapa netizen yang menemukan komentar-komentar yang dirasa sama dengan dirinya sehingga netizen seperti ini akan memberikan komentar dengan menggunakan gaya komunikasi the equalitarian style.
Beberapa netizen memiliki gaya komunikasi the structuring style dalam menggunakan media sosial, termasuk mengomentari selebritas yang terjerat kasus narkoba. Ada beberapa netizen yang suka mempengaruhi orang-orang agar memiliki pendapat yang sama dengan dirinya. Netizen yang pintar dalam menggunakan gaya komunikasi ini bahkan bisa membuat orang lain mengubah pola pikir mereka dari pendapat sebelumnya. Mereka gemar dan betah menanggapi setiap feedback yang diterima dari komentar mereka sebelumnya, termasuk komentar-komentar keras dan kasar. Hal yang melatarbelakangi netizen dalam menggunakan gaya komunikasi ini bisa disebabkan oleh maksud dan tujuan tertentu.
Gaya komunikasi lain yang biasa digunakan oleh netizen dalam mengomentari berita-berita tentang selebritras yang terjerat kasus narkoba adalah the dinamic style. Gaya komunikasi seperti ini digunakan oleh netizen yang memiliki sifat agresif dan sangat ingin didengar pendapatnya. Mereka ingin orang-orang berpikir dengan cara pandang yang mereka gunakan, meskipun orang-orang tidak banyak yang memahami apa yang mereka sampaikan. Mereka berpikir bahwa apa yang tengah mereka upayakan akan berdampak baik untuk orang lain, padahal tidak selamanya seperti itu.
Gaya komunikasi yang digunakan netizen dalam mengomentari berita-berita tentang selebritras yang terjerat kasus narkoba bisa berupa komentar yang positif maupun negatif. Pesan yang disampaikan netizen dalam menanggapi berita tersebut dapat dilatarbelakangi oleh rasa pandangan awal mereka terhadap selebritas tersebut. Penggemar atau fans fanatik selebritas yang terjerat kasus narkoba biasanya menghiasi akun pribadi idola mereka tersebut dengan nada-nada supporting. Lain pula dengan yang disajikan oleh netizen yang sejak awal tidak suka dengan sosok selebritas yang terjerat kasus tersebut atau biasa dikenal dengan haters. Mereka senang memberi komentar bernada hinaan atau celaan ke setiap akun yang memberitakan kejadian itu. Bahkan, ada pula yang singgah ke akun pribadi selebritas yang tidak disukai tersebut hanya untuk memberikan kata-kata tertulis yang bernada pedas atau kasar. Baik fans maupun haters dari selebritas yang berita penangkapannya dimuat di media sosial hanya akan menanggapi balik komentar yang berlawanan dengan mereka apabila mengusik kepentingan mereka.
Netizen dapat memilih gaya komunikasi yang baik untuk dirinya dan orang lain dalam mengomentari segala peristiwa yang diberitakan di media sosial, termasuk mengenai jerat kasus narkoba yang menerpa para selebritas. Gaya komunikasi yang dipilih oleh netizen dalam berkomentar diharapkan juga disertai dengan kebijaksanaan dan kedewasaan. Bijak dalam berkomentar di media sosial sangat diperlukan. Ini bukan hanya karena ada sanksi yang menunggu apabila dianggap sudah melanggar UU ITE, melainkan juga tentang etika dan sopan santun dalam berkomunikasi.