Kaulah Ibu
Kaulah semangat kala lemah meringkup hidupku
Kaulah udara kala sesak menyelimutiku
Kaulah tegar kala ujian menerpaku
Kaulah ibu
Dunia indah dengan senyummu
Dan dunia lengkap adamu
Kaulah pasir penguat debur ombak
Kaulah mentari dalam dingin pagi
Kaulah ibu
Hadiah Tuhan dengan syurga di telapak kakimu
Mulialah milikmu
Cintalah kasih sayangmu
Kaulah ibu
Maaf tak cukup dari lisanku
Takkan mampu ditawar harga
Tak cukup dibalas berlian
Kaulah ibu,
Mulia gelarmu, syurga untukmu, dan indah milikmu
Talang, 1 Januari 2022
Persinggahan Waktu Ashar
Tanah bumi menjadi saksi, sebab kaki melangkah
Alam menjadi mata atas perjalanan
Kala dunia menjauh, serta penghuni dengan bencinya
Rumah-Nya menjadi pendamai
Firman-Nya pelipur dalam lara
Allah penguasa atas penguasa
Persinggahan waktu Ashar di rumah-Nya
Terik mentari meninggalkan petang dengan jingga kedamaian
Sejadah merah menjadi saksi atas sujud panjang
Kala air mata menjajah wajah
Telapak tangan meninggi,
Menampung pinta tak bersuara
Sebutlah nama-Nya untuk damai
Rukuklah untuk menuang segala resah
Rangkullah gelisah dengan seribu doa
Dialah kedamaian, jawaban segala gundah, penyejuk dalam dahaga
Dialah Tuhan penyeluruh alam
Talang, 1 Januari 2022
Bernama Rara
Pencinta dalam sunyi
Banyak khayal dalam sepi
Penuh pengasingan dan pertanyaan
Menyeka hiruk pikuk dengan tulisan
Meramaikan diri dengan bacaan
Rara namanya
Menyentuh goresan tinta dengan aksara
Mengukir cerita dalam larik, baris, puisi
Menyeruak dalam biru awan,
berkabar melewati pahit manis putaran kopi
Rara namanya
Penyuka ruang diam
Si siput dalam cangkang
Segelas kumparan teh melati, teman sejati
Mencintai gurauan kucing berbulu putih bercampur kuning
Dialah Rara, si penyuka sepi, bersahabat sunyi, bersemayam dalam tulisan
Tak bergigi rapi, beralis mata tebal, berkaki panjang dan lebar
Rara namanya
Talang, 1 Januari 2022
Biodata Singkat :
Rara Permata Bunda berasal dari Solok Sumatera Barat dan kuliah di Jurusan Bahasa dan Sastra Indonesia. Ia memiliki mimpi untuk mempunyai satu buku kumpulan puisi atas nama dirinya sendiri.
Menggugah dengan Puisi
Oleh: Ragdi F. Daye
(buku terbaru yang memuat puisinya Sebuah Usaha Memeluk Kedamaian, 2021)
Penyuka ruang diam
Si siput dalam cangkang
Segelas kumparan teh melati, teman sejati
Mencintai gurauan kucing berbulu putih bercampur kuning
Dialah Rara, si penyuka sepi, bersahabat sunyi, bersemayam dalam tulisan
Puisi adalah sebuah karya sastra yang yang lahir dari ungkapan isi hati seorang penulis. Di dalamnya ada irama, lirik, rima, dan ritme yang tersemat di setiap baris.
Puisi dikemas dalam bahasa yang imajinatif. Permainan kata-katanya padat dan mengandung pesan yang syarat makna. Puisi memiliki keteraturan meskipun diciptakan secara bebas oleh penyair. Menurut Herbert Spencer, puisi merupakan bentuk pengucapan gagasan yang memiliki sifat emosional dengan mempertimbangkan efek keindahan.
Puisi dengan identitas kreatifnya sering digunakan orang untuk mengungkapkan gagasan personal yang mengandung muatan emosi dan pengalaman intuitif, seperti suasana interaksi social yang dialaminya, hasrat dan keinginan terpendam, atau pesan khusus yang ingin disampaikan kepada seorang teman. Pada kondisi lain, puisi diniatkan sebagai karya seni yang mengandung misi kebudayaan untuk memperbaiki perikehidupan dengan aneka elemen estetika sebagai prasyarat nilai budi manusia.
Kata penyair Helvy Tiana Rosa (2021), saat ingin menulis puisi, hal pertama yang dilakukan yaitu perbanyak data-data dari penyair terkemuka. Entah penyair di Indonesia atau penyair dari luar negeri. Sebab, melalui data-data penyair, saat itulah bisa langsung mempelajari gaya-gaya penulisannya dengan memahami makna yang tertulis untuk menambah pengetahuan. Saat membuat puisi, pikirkan suasana apa yang harus dibangun untuk membuat puisi tersebut sampai ke hati. Misalnya tentang cinta yang suasananya tentang kesedihan, kehilangan cinta, atau kebahagian yang sedang dirasakan.
Hal yang tak kalah penting diperhatikan penulis pemula dalah penggunaan diksi, yaitu dalam penggunaan diksi atau pemilihan kata yang tepat. Bahasa yang membangun sebuah puisi bukanlah bahasa sehari-hari, maka metafora menjadi sangat penting yang bersifat prismatis (kaya akan makna). Metafora merupakan pemakaian kata atau kelompok kata bukan dengan arti yang sebenarnya, melainkan sebagai lukisan yang berdasarkan persamaan atau perbandingan. Ketika menggunakan metafora, puisi akan menjadi prismatis, segar dan indah.
Aspek lain yang juga perlu menjadi perhatian penulis puisi adalah bunyi. Hakikatnya, puisi adalah bunyi karena itu puisi harus enak didengar ketika dibacakan. Di dalam puisi, harus ada rima yang membuatnya seapik mungkin dengan bunyi seirama. Sebagai contoh dapat kita cermati kutipan puisi “Misalkan Kita Di Sarajevo” karya Goenawan Mohamad (1998) berikut:
Misalkan kita di Sarajevo; mereka akan mengetuk
dengan kanon sepucuk
dan bertanya benarkah ke Sarajevo
ada secelah pintu masuk.
….
Tapi misalkan kita di Sarajevo
Di dekat museum itu kita juga akan takzim
membersihkan diri: Biarkan aku mati
dalam warna kirmizi.”
Lalu aku pergi
kau pergi, berangkat, tak memucat
seperti awal pagi
di warna kirmizi
Bagaimana dengan puisi Rara Permata B. yang terpilih untuk memghiasi rubrik Kreatika pekan ini? Ada tiga judul puisi Rara yang tampil, yakni “Kaulah Ibu”, “Persinggahan Waktu Asar”, dan “Bernama Rara”.
Puisi-puisi Rara menunjukkan minat sang penulis untuk berkomunikasi secara kreatif melalui larik-larik puisi. Gagasan yang hendak disampaikan sangat gamblang, misalnya cinta dan penghormatan kepada ibu, serta seruan religious untuk lebih mendekatkan diri kepada Tuhan, khususnya pada waktu asar yang sering terlalaikan oleh sebagian besar umat Islam karena disibukkan dengan penyelesaian pekerjaan pada hari yang bersangkutan sebelum pulang ke rumah.
Puisi tentang ibu ini masih sederhana: ‘Kaulah semangat kala lemah meringkup hidupku/ Kaulah udara kala sesak menyelimutiku/ Kaulah tegar kala ujian menerpaku Kaulah ibu/ Dunia indah dengan senyummu/ Dan dunia lengkap adamu// Kaulah pasir penguat debur ombak/ Kaulah mentari dalam dingin pagi/ Kaulah ibu// Hadiah Tuhan dengan syurga di telapak kakimu/ Mulialah milikmu/ Cintalah kasih sayangmu/ Kaulah ibu’. Puisi tentang asar juga sama: ‘Sebutlah nama-Nya untuk damai/ Rukuklah untuk menuang segala resah/ Rangkullah gelisah dengan seribu doa/ Dialah kedamaian, jawaban segala gundah, penyejuk dalam dahaga/ Dialah Tuhan penyeluruh alam’.
Metafora adalah pekerjaan rumah Rara yang perlu dikerjakan dengan tekun bila ingin menghasilkan puisi yang lebih indah dan berbobot. Rara perlu berlatih terus merangkai kata untuk menemukan bentuk-bentuk ungkapan yang menarik dan bermakna. Larik-larik ‘Menyentuh goresan tinta dengan aksara/ Mengukir cerita dalam larik, baris, puisi/ Menyeruak dalam biru awan,/ berkabar melewati pahit manis putaran kopi/ Rara namanya’ ini cukup bagus yang dijadian formula repetisi pada puisi ketiga. Tinggal mencoba kemungkinan-kemungkin bentuk ungkap lain yang menggugah.[]
Catatan:
Kolom ini diasuh oleh FLP Sumatera Barat bekerja sama dengan Scientia.id. Kolom ini disediakan untuk penulis pemula agar semakin mencintai dunia sastra (cerpen dan puisi). Adapun kritik dalam kolom ini tidak mutlak merepresentasikan semua pembaca. Kirimkan cerpen atau puisimu ke karyaflpsumbar@gmail.com.