Apriwanto dan Ferdinal
(Prodi Ilmu Sastra, Pascasarjana Fakultas Ilmu Budaya, Universitas Andalas)
Revolusi dalam bentuk penggulingan rezim sering terjadi di wilayah Arab pada abad ke-21, misalnya revolusi di Aljazair (Houari Boumedinne), Tunisia (Ben Ali), Libya (Muammar Khadafi), Yaman (Ali Abdullah Saleh), dan Mesir (Hosni Mubarak). Titis Dwi Nugroho, mahasiswa Universitas Sebelas Maret menyampaikan dalam artikelnya tentang gerakan transisi dari rezim diktator menuju demokrasi bisa disebabkan oleh revolusi. Revolusi merupakan suatu wujud perubahan yang terjadi secara besar besaran. Perubahan yang terjadi dapat direncanakan dan juga dapat dilakukan dengan kekerasan.
Revolusi yang terjadi di beberapa negara, salah satunya Mesir, merupakan suatu bentuk revolusi dengan penggunaan kekerasan, perjuangan, dan percepatan perubahan yang terjadi. Penguasa pada waktu itu berada pada pemerintahan Husni Mubarak. Sistem yang digunakan Mubarak dalam pemerintahan di Mesir adalah sistem demokrasi. Demokrasi yang di dalamya memuat tiga pilar, yaitu eksekutif, yudikatif dan legislatif. Demokrasi ini belum direalisasikan, bahkan tidak terjadi sama sekali. Revulousi yang terjadi di Mesir bukanlah yang pertama kalinya. Tercatat beberapa kali terjadi revolusi sejak era kerajaan hingga Alaa Al Aswany luapkan melalui karya Apartemen Yaqoubian.
Ainun Khairani, mahasiswa Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia menyampaikan, “Penyebab hancurnya negara ini adalah tidak adanya demokrasi. Jika saja sistem demokrasi yang benar ditegakkan, maka akan jadi kekuatan yang besar. Mesir telah dikuasai tirani yang pada akhirnya menyebabkan kemiskinan, kerusakan, serta kegagalan di setiap lini kehidupan.” Di dalam Novel Apartemen Yaqoubian Alaa Al Aswany mengisahkan tokoh utama, yaitu Thaha, Syeikh Syakir, dan Haji Azam. Novel ini menampilkan sebuah peristiwa kekecewaan publik hingga penggulingan rezim di Mesir, sebuah gambaran penentangan pemerintahan yang masih menggunakan sistem otoriter dalam kepemimpinan.
Penulis Alaa Al Aswany mengkritik Mesir dengan karya Apartemen Yaqoubian dan ini merupakan akumulasi kekecewaan publik yang selama puluhan tahun dikekang oleh rezim Husni Mubarak. Akumulasi kekecewaan di Mesir paralel dengan kritis politik yang terjadi di Tunisia sehingga rakyat Mesir menemukan waktu yang tepat untuk melakukan revolusi untuk penggulingan rezim Mubarak.
Alaa Al Aswani menyajikan revolusi mesir yang cukup keras dan menimbulkan konflik yang panjang hingga runtuhnya rezim Husni Mubarak, mulai dari mereka lakukan demo hingga kehilangan nyawa satu persatu. “pagi-pagi sekali gendering protes para mahasiswa di Universitas Kairo yang menentang perang teluk telah ditabuh. Mereka meliburkan kuliah dan menutup pintu kelas kemudian berdemo dan meneriakkan yel-yel sambil mengangkat baliho”.
Meskipun telah mengadopsi perangkap tertentu dari sistem demokrasi, termasuk parlemen dan penyelenggaraan pemilihan umum berkala, tidak memungkinkan partai yang berkuasa untuk melakukan konstestasi murni untuk kekuasaan. “Di partai nasional, namanya kerap menjadi “pialang politik” bagi setiap calon anggota dewan perwakilan rakat hampir di seluruh Mesir. Artinya, seseorang dari calon partai nasional, mulai dari provinsi Iskandariyah hingga provinsi Aswan, mau tak mau harus mendapat restu terlebih dahulu darinya.
Di lansir artikel Al Jazeera Mubarak menyerahkan kekuasaan kepada militer yang disampaikan oleh Wakil Presiden Omar Suleiman, mengakhiri hampir tiga dekade masa pemerintahan tangan besi. Dewan tertinggi angkatan bersejata akan menjalankan urusan negara. Selain itu, yang secara umum beroperasi sesuai dengan fakta sosial dan kenyataan, bisa saja dengan tidak sengaja mendeskripsikan mereka. Mulai dari pihak presiden hingga bawahan. “Ini berkaitan dengan pengaduan saudara kepada Tuan Presiden mengenai ketidaklulusan Saudara pada ujian masuk akademi kepolisian, kami hendak memberitahukan kepada saudara bahwa kami telah memeriksa berkas Saudara dan membicarakan lebih lanjut dengan perwira kepala akademi kepolisian, kami berkesimpulan bahwa pengaduan Saudara sangat tidak beralasan”.
Penulis Legendaris Mesir, Nawal El-Saadawi juga menuntut penggulingan Husni Mubarak selama pemberontakan. Saadawi mengatakan Mesir lebih baik tanpa Fundamentalis agama. Akumulasi kekecewaan publik inilah yang membuat rakyat mendirikan gerakan hingga berperan aktifnya media saat itu sehingga demonstran meluap dan perekonomian lumpuh total saat itu. Pada tanggal 11 Februari 2011 Husni Mubarak menyatakan turun dari jabatannya dan pasukan militer ambil alih kekuasaan.