Oleh:
Alex Darmawan, Rizky Amalya Furqan, Aslinda, dkk.
(Dosen Program Studi Indonesia, Fakulta Ilmu Budaya, Universitas Andalas)
Indonesia terdiri dari berbagai macam suku bangsa dan pulau. Masing-masing suku bangsa memiliki adat-istiadat yang unik, termasuk di dalamnya aneka ragam cerita daerah. Tradisi mendongeng sebagai tradisi penuturan cerita di Indonesia sebenarnya sudah tumbuh sejak berabad-abad silam. Duhulu, pada masa pemerintahan kerajaan, hidup para pendongeng dijamin oleh raja dan mereka pun mendapat gelar kehormatan dari kerajaan. Pada saat raja berduka, pendongeng diundang ke Istana sebagai pelipur lara. Tak heran bila, pada masa itu dongeng memiliki peranan penting sebagai penghibur bagi keluarga kerajaan. Dongeng tidak hanya dilakukan di istana saja, tetapi juga berkembang di luar istina. Nenek moyang kita telah membangun tradisi mendongeng dengan mengembangkan berbagai cerita untuk diceritakan kembali kepada masyarakat secara turun-temurun dari generasi ke generasi.
Pesatnya perkembangan teknologi modern dan perubahan tatanan sosial budaya masyarakat saat ini agaknya memberikan pengaruh terhadap minimnya minat dan perhatian masyarakat pada masalah mendongeng. Padahal, bila dilihat dari sisi yang lain, mendongeng merupakan bagian dari upaya penyampaian pendidikan moral yang baik pada diri anak-anak. Dengan demikian, hal ini juga akan menumbuhkan minat baca pada anak.
Dongeng adalah bagian dari cerita prosa rakyat dan dianggap tidak benar-benar terjadi. Dongeng diceritakan, terutama untuk hiburan. Walaupun, banyak juga yang melukiskan kebenaran berisikan pelajaran moral atau bahkan sindirin (Danandjaya, 1991:83). Dongeng sering diidentikan sebagai cerita bohong, bualan, khayalan, atau cerita yang mengada-ada sera tidak ada manfaatnya. Bahkan, ada yang menganggap dongeng sebagai cerita yang tidak masuk akal. Dongeng memang cerita rekaan, tetapi bukan berarti dongeng tidak ada manfaatnya. Contoh sederhana saja, melalui tradisi mendongeng seorang anak bisa mengetahui budaya yang ada di suatu masyarakat.
Dahulu ketika seorang anak menduduki bangku taman anak-anak dan sekolah dasar, seorang guru biasanya akan mendongeng pada murid-muridnya pada setiap pagi atau menjelang saat pulang sekolah. Namun, pemandangan semacam ini cukup langka atau jarang kita lihat sekarang ini. Faktor kesibukan guru yang semakin meningkat, misalnya mengurus berbagai administrasi pendidikan ataupun disebabkan kehadiran teknologi modern, seperti internet dan smartphone yang menggantikan sarana hiburan bagi anak-anak.
Perkembangan zaman saat ini banyak hal yang berubah, misalnya seorang anak tertidur bukan lagi dengan dongeng pengantar tidur yang diceritakan oleh orang tuanya, tetapi yang terjadi adalah anak tidur tanpa sepengetahuan orang tua dengan gawai di tangan sebagai pengantar tidurnya. Kondisi lain yang sering terjadi adalah, Ibu masih asik di depan televisi beserta gawainya pula sehingga tidak sempat lagi mengantar tidur anaknya dengan dongeng-dongeng yang memiliki pesan moral yang baik. Meski tampak sepele, dongeng sangat berarti bagi perkembangan jiwa anak.
Masa anak-anak adalah fase perkembangan manusia yang pada saat itu imajinasi mulai bersanubari dalam diri anak-anak. Kegiatan mendongeng bagi anak-anak sebenarnya tidak sekedar bersifat hiburan belaka, melainkan memiliki tujuan yang lebih luhur, yakni pengenalan terhadap budaya-budaya bangsa, budi pekerti, dan mendorong anak-anak berprilaku positif. Cakrawala pemikiran anak anak dapat berkembang sesuai dengan nalurinya. Jika kita perhatikan secara seksama, anak-anak mempunyai perasaan yang halus dan mudah terpengaruh. Begitu pula dengan rasa keingintahuan mereka yang begitu tinggi terhadap sesuatu hal yang menarik minat anak-anak sehingga menimbulkan fantasi serta imajinasinya.
Dengan latar belakang di atas, Program Studi Sastra Indonesia Fakultas Ilmu Budaya Universitas Andalas melakukan pengabdian masyarakat di Taman Baca Tanah Ombak dengan tema “Membangun Tradisi Mendongeng pada Anak”. Program Studi Sastra Indonesia, Fakultas Ilmu Budaya, Universitas Andalas yang diketuai oleh Dr. Aslinda, M.Hum telah membangun kerja sama dengan Tanah Ombak yang dipimpin oleh Bapak Syuhendri. Kerja sama ini dibangun satu tahun yang lalu dalam bingkai pengabdian masyarakat untuk anak-anak dan masyarakat nelayan tepi pantai Padang.
Pelatihan mendongeng pada anak-anak nelayan tepi pantai Padang untuk pertama kali dilaksanakan oleh prodi Sastra Indonesia pada tanggal 12 April 2021. Pada pelaksanaan pengabdian pertama tersebut dibuka dengan dongeng oleh Rizky Amelya Furqan, salah seorang dosen pada prodi Sastra Indonesia dengan menggunakan media boneka tangan. Dongeng yang ia sampaikan berjudul Kenapa Air Laut Asin. Hal ini dilakukan untuk menarik minat anak-anak untuk ikut serta mendongeng. Ada 2 orang anak dari Taman Baca Tanah Ombak yang ikut mendongeng setalahnya, yaitu Mici dan Sherin. Acara pengabdian mendongeng pertama ini ditutup dengan dongeng oleh M. Yusuf, salah seorang dosen pada prodi Sastra Indonesia, dengan judul Bapak Belalang.
Pengabdian masyarakat ini tidak berhenti sampai di situ saja. Pada tanggal 30 Oktober 2021 dilakukan pengabdian kedua dengan cara membawa kertas origami yang bisa dijadikan sebagai media mendongeng oleh anak-anak di Taman Baca Tanah Ombak. Antusias anak-anak pada pelaksanaan pengabdian mendongeng kedua ini sangat tinggi karena ada hadiah juga untuk setiap anak yang mau mendongeng ke depan. Rezi salah seorang anak di Taman Baca Tanah Ombak yang sudah kelas 1 SMP bercerita tentang Lebah dan Kawannya. Kemudian, pengabdian ini ditutup dengan dongeng yang berjudul Kucing dan Harimau Dahulu Sama Besar yang disampaikan oleh Bapak Ronidin, salah seorang dosen Sastra Indonesia.
Pelaksanaan pengabdian ini direncanakan akan terus berlanjut agar anak-anak mulai tertarik untuk membaca dongeng ataupun cerita lain. Dengan harapan, anak-anak tidak hanya menghabiskan waktu untuk bermain game online pada gawai yang mereka miliki. Menurut Danandjaya, dongeng berfungsi sebagai alat pendidikan (pedagogi) pada anak, misalnya pada dongeng Kancil, kita disuruh untuk berfikir cerdas bukan melawan dengan fisik (1991:141). Demikianlah betapa pentingnya kita mengembangun imajinasi anak-anak dengan cara bercerita melalui dongeng. Selain itu juga, dongeng bisa mengajarkan, memberikan, dan menanamkan nilai-nilai luhur budaya Indonesia kepada anak tanpa harus menggurui. Semoga.
Discussion about this post