
Oleh: Annisa Aulia Amanda
(Mahasiswa Prodi Sastra Indonesia, Fakultas Ilmu Budaya, Universitas Andalas)
Analisis terhadap sebuah karya seni merupakan bentuk apresiasi seorang penikmat sastra terhadap karya tersebut. Aminuddin (2019) menegaskan bahwa apresiasi mengandung makna pengenalan melalui perasaan atau pun kepekaan batin dan pengakuan terhadap unsur-unsur keindahan yang diungkapkan oleh pengarangnya. Dalam mengkaji sebuah karya sastra akan dilihat bagaimana hubungan antar unsur-unsur dalam karya saling berinteraksi dengan memperhatikan pendekatan atau teori yang digunakan (Aminuddin dalam Setiawan, 2016).
Analisis naskah drama ini menggunakan pendekatan objektif. Pendekatan objektif dalam pengkajian naskah drama adalah suatu metode yang berfokus pada struktur naskah drama itu sendiri (Irianto, 2022). Pendekatan ini melibatkan studi struktural (unsur intrinsik) dan semiotik. Dalam konteks ini, pendekatan struktural merujuk pada bagaimana unsur-unsur intrinsik dalam karya saling berkaitan membentuk sebuah seni (Wahyungnityas, 2017), sedangkan studi semiotik adalah studi tentang simbol dan tanda dalam drama dan bagaimana simbol digunakan untuk mengkomunikasikan makna. Dalam praktiknya, pendekatan objektif digunakan dalam analisis naskah drama untuk memahami bagaimana unsur-unsur intrinsik drama, seperti plot, karakter, tema, dan lainnya saling berinteraksi dan membentuk keseluruhan seni dan makna dari karya tersebut.
Dalam membentuk suatu karya naskah drama, terdapat dua unsur yaitu unsur intrinsik dan ekstrinsik. Unsur intrinsik adalah unsur-unsur yang berasal dari dalam drama itu sendiri, yaitu: (1) lakon atau cerita yaitu plot atau alur cerita dalam drama. Ini adalah rangkaian peristiwa yang saling terkait dan membentuk cerita secara keseluruhan; (2) pemain adalah karakter atau individu yang memainkan peran dalam drama dan mereka adalah orang-orang yang membawa cerita menjadi hidup di atas panggung; (3) tempat adalah lokasi atau setting di mana aksi dalam drama berlangsung; (4) dan penonton atau publik adalah orang-orang yang menonton drama dan mereka adalah bagian penting dari pengalaman drama karena reaksi dan interpretasi mereka terhadap drama dapat mempengaruhi bagaimana drama itu dipahami dan dinikmati.
Unsur ekstrinsik adalah unsur-unsur yang berasal dari luar drama itu sendiri, tetapi mempengaruhi cara drama itu diciptakan dan dipahami, meliputi: (1) konteks sosial adalah kondisi sosial di mana drama itu diciptakan dan dipentaskan. Ini bisa mencakup norma-norma sosial, struktur sosial, dan isu-isu sosial yang relevan pada waktu itu; (2) budaya adalah nilai-nilai, keyakinan, dan praktik budaya yang mempengaruhi penciptaan dan interpretasi drama; (3) dan sejarah di mana drama itu diciptakan dan dipentaskan. Ini bisa mencakup peristiwa sejarah, periode waktu, atau tren sejarah yang mempengaruhi drama. Dengan memahami dan mempertimbangkan kedua unsur ini, penulis naskah drama dapat menciptakan karya yang mendalam dan berarti. Unsur instrinsik akan digunakan untuk menganalisis naskah drama “Orang-Orang di Tikungan Jalan” karya dari W. S. Rendra.
Rendra adalah seorang sastrawan terkenal di Indonesia. Naskah drama “Orang-Orang di Tikungan Jalan: telah ada dan dipentaskan untuk pertama kali pada tahun 1985. Drama ini merupakan salah satu karya W. S. Rendra yang mendapatkan penghargaan dari Bagian Kesenian PP & K Jogjakarta (Ulandari, 2022). Drama ini berlatar malam hari di sebuah tikungan jalan kecil yang diterangi oleh lampu listrik. Cerita berpusat pada beberapa tokoh, yaitu Sri, Djoko, Botak, Surati, dan Surya. Drama ini juga menunjukkan simpati Rendra terhadap orang miskin dan pada kenyataan hidup yang konkret. Melalui drama ini, Rendra ingin menggambarkan realitas sosial yang ada di masyarakat yang dapat dilihat melalui unsur intrinsik berikut ini.
1. Tema
Chaer menjelaskan bahwa tema merupakan ide yang mendasari suatu cerita, berperan sebagai pangkal tolak pengarang dalam memaparkan karya fiksi yang diciptakannya. Tema adalah ide sentral yang membatasi suatu karya seni dan memberikan titik fokus arah kepenulisan bagi pengarang. Tema sering ditemukan oleh penikmat sastra sebagai refleksi bermakna yang muncul setelah membenamkan diri dalam kedalaman sebuah karya sastra. Drama ini menggali kehidupan orang-orang di pinggiran masyarakat dan tantangan yang mereka hadapi. Ini mencakup tema-tema lainnya seperti masalah percintaan, kemiskinan, pelecehan, dan harapan untuk kehidupan yang lebih baik. Rendra mengambil sebuah sisi yang dekat dengan masyarakat namun tak dipedulikan oleh masyarakat itu sendiri.
2. Latar
Indrawati (2009) menjelaskan bahwa latar atau setting adalah ruang, waktu dan suasana yang digunakan dalam suatu kisah. Suparmin (2009) menyebutkan bahwa latar berupa tempat dan waktu dalam suatu karya sastra yang mempengaruhi inti cerita yang diungkapkan penulis. Berarti latar adalah jawaban dari pertanyaan di mana, kapan, dan bagaimana suatu peristiwa dalam cerita tersebut terjadi. Latar dalam drama berlangsung pada malam hari di sebuah tikungan jalan kecil yang diterangi lampu listrik. Situasi ketika itu adalah dinginnya malam hari yang menciptakan obrolan antar tokoh terlihat lebih serius dan penuh emosional. Rendra menunjukkan bagaimana di tikungan jalan itu terdapat bagaimana tokoh-tokoh berinteraksi dan bekerja ketika masyarakat lainnya beristirahat dan tertidur.
3. Alur
Rusyana memaparkan bahwa alur bukan serangkaian cerita dari A sampai Z, namun bagaimana hubungan kausalitas yang terjadi antara satu peristiwa dengan peristiwa lain di dalam cerita (Irianto, 2022). Peristiwa di dalam suatu cerita memiliki hubungan, contohnya tokoh Botak ikut menimbrung bercerita bersama Djoko dan Sri dikarenakan Sri yang menyapanya terlebih dahulu ketika ia akan membeli wedang kacang. Satu tindakan menghasilkan rentetan kejadian yang saling berkaitan.
Cerita dalam naskah drama diawali dengan seorang pria yang bernama Djoko yang termenung sendiri di tikungan jalan. Kemudian, muncul berbagai karakter dengan latar belakang dan cerita hidup mereka masing-masing yang dimulai dengan Sri, seorang wanita yang menjalani hidup sebagai pekerja seks komersial dan memiliki harapan di dalam hatinya untuk tidak berakhir seperti temannya, Iyeng. Lalu, juga ada tokoh yang bernama Botak, seorang pria dengan topi lucu yang memiliki pandangan filosofis tentang kehidupan. Dengan menyantap wedang kacang dari seorang pedagang, mereka berbicara mengenai banyak hal dengan berbagai kacamata, melihat bagaimana “orang-orang” di tikungan jalan tersebut. Pelacur yang tak mendapat bayaran setelah melayani pelanggannya, seorang pemuda gila mencari bapaknya, dan seorang pemabuk yang menyanyikan sajak-sajak. Naskah ini membahasa tentang sisi lain dunia yang benar-benar terjadi tapi mungkin tak pernah dipikirkan orang lain.
Jadi, alur dalam naskah ini adalah maju yang berarti peristiwa-peristiwa disajikan sesuai dengan urutan waktu terjadinya. Hal ini mencerminkan bahwa semua peristiwa dalam naskah berlangsung secara dinamis, mengikuti aliran waktu dari awal hingga akhir. Ada beberapa peristiwa bayangan atau flashback, di mana suatu tokoh menceritakan kisah di masa lalu.
4. Tokoh dan Penokohan
Dalam terminologi yang lebih sederhana, tokoh merujuk pada “siapa” dalam cerita, sementara penokohan menjelaskan “bagaimana” karakter tersebut digambarkan. Tokoh dapat dipandang sebagai representasi fisik dari penokohan. Berbeda dengan penokohan, yang merupakan representasi karakteristik atau perilaku dari tokoh. Dalam naskah drama ini ada tiga orang tokoh utama, yaitu: 1. Djoko, tokoh utama yang memiliki sifat yang terlalu ramah, temperamental dan memiliki ketertarikan yang unik terhadap nama seseorang, 2. Sri, tokoh utama yang merupakan pelacur yang genit namun memiliki kepedulian yang tinggi terhadap sesama. Ia memiliki hati yang lembut dan mudah berempati, dan 3. Botak, tokoh utama yang merupakan pengelana yang memiliki pemikiran panjang dan pandai berbicara. Ia selalu berusaha untuk terlihat menyenangkan dan berani.
5. Amanat
Kosasih (2006) juga menyebutkan amanat sebagai pesan yang disampaikan pengarang terhadap penikmat karya seni. Jadi, amanat adalah pesan moral yang dituliskan atau terimplisit di dalam cerita yang disampaikan penulis. Dan di sini, Rendra menyiratkan berbagai amanat dan pesan. Beberapa dari amanat yang dapat peneliti temukan, yaitu: 1. Menjadi manusia yang lebih peduli terhadap manusia lainnya, 2. Jangan menutup mata terhadap penderitaan orang lain, 3. Tidak memandang rendah seseorang karena mereka memiliki cerita yang tak kita ketahui, 4. Tidak ada salahnya mendengar kisah orang agar mendapatkan pelajaran dari kisah hidup orang lain, dan 5. Hal sedikit dapat berdampak besar tanpa disadari.
Secara keseluruhan, naskah drama ini telah mengungkapkan sisi lain dunia dengan cerita yang menarik dan berkesan. Dengan melihat unsur intrinsik, kita dapat melihat bahwa Rendra telah berhasil menciptakan tokoh yang memiliki karakter yang unik dan plot yang menarik. Dialog-dialog dalam naskah ini tidak hanya berfungsi untuk mendorong cerita, tetapi juga untuk mengungkapkan kepribadian dan motivasi yang ada pada setiap karakter. Pesan yang disampaikan secara implisit juga menambah kedalaman dan kompleksitas cerita. Meski demikian, naskah ini bukan hanya tentang cerita dan karakter, tetapi juga tentang bagaimana Rendra menggunakan bahasa dan struktur drama untuk menciptakan efek tertentu. Rendra telah menunjukkan keterampilan dan imajinasi yang luar biasa dalam menciptakan dunia drama yang begitu hidup dari kehidupan orang-orang miskin yang ada di tikungan jalan, yang mungkin tidak pernah dipikirkan oleh orang kebanyakan.
Padang, 2024-04-22










Discussion about this post