Pada mata pelajaran atau mata kuliah bahasa Indonesia, kita sering mendengar istilah frasa. Beberapa ahli menyebut frasa dengan frase. Akan tetapi, di dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) kata baku untuk satuan gramatikal tersebu adalah frasa. Frasa dalam KBBI memiliki makna “gabungan dua kata atau lebih yang bersifat nonpredikatif”. Berdasarkan itu, kita bisa menarik kesimpulan terkait ciri-ciri frasa, yaitu nonpredikatif. Kata nonpredikatif bermakna tidak bersifat predikat karena di dalam sebuah frasa tidak ada unsur tersebut. Inilah hal dasar yang kemudian membedakan frasa dengan klausa dan kalimat.
Secara singkat, berikut adalah paparan ciri-ciri frasa. Pertama, seperti yang sudah ada di dalam KBBI, frasa adalah satuan gramatikal yang nonpredikatif. Kedua, frasa terdiri dari dua kata atau lebih (contohnya: tas baru, ayah saya, di kamar ibu, dan sebagainya). Ketiga, kata-kata yang tergabung di dalam frasa tidak bisa dibolak-balik karena maknanya akan berbeda (contohnya teman kakak ketika dibalik menjadi kakak teman memiliki makna yang berbeda. Frasa nasi goreng tidak bisa dibalik menjadi goreng nasi). Keempat, satuan-satuan frasa hanya bisa menempati masing-masing unsur, misalnya di dalam subjek saja atau predikat saja. Contoh dari ciri yang keempat bisa dilihat pada kalimat berikut: Ayah saya selalu menonton berita pada malam hari. Pada kalimat tersebut, terdapat empat unsur kalimat yaitu ayah saya sebagai subjek, selalu menonton sebagai predikat, berita sebagai objek, dan pada malam hari sebagai keterangan waktu. Di dalam tiap unsur tersebut (subjek, predikat, objek, dan keterangan waktu), diisi oleh satu hingga tiga kata. Unsur-unsur yang diisi lebih dari dua kata disebut sebagai frasa. Satu frasa hanya bisa menempati satu unsur kalimat, yaitu ayah saya (hanya subjek), selalu menonton (hanya predikat), dan pada malam hari (hanya keterangan tempat). Berita di dalam kalimat tersebut bukanlah frasa melainkan kata.
Sama seperti satuan gramatikal lainnya, frasa juga memiliki banyak jenis dan bentuk. Hal yang paling umum dipahami orang dalam frasa adalah struktur frasa yang dikenal dengan bagian diterangkan dan menerangkan. Contoh dari bagian diterangkan dan menerangkan adalah frasa majalah bulanan. Kata majalah adalah unsur yang diterangkan dan kata bulanan adalah unsur yang menerangkan majalah bahwa majalah tersebut terbit setiap bulan. Frasa ini termasuk dalam contoh frasa benda. Frasa benda juga memiliki banyak jenis, yaitu frasa benda setara dan bertingkat. Contoh dari frasa benda setara dan bertingkat adalah udang goreng, lima orang, sepeda motor, dosen bahasa Indonesia, lampu tidur, dan Presiden Indonesia. Selain frasa benda, juga ada frasa kerja. Frasa kerja ini menempati unsur predikat di dalam kalimat. Contoh-contoh dari frasa kerja adalah sedang membaca, belum datang, hanya melihat, sudah ujian, belajar lagi, selalu berolahraga, dan tidak hadir.
Selanjutnya adalah frasa sifat. Sesuai dengan namanya, frasa sifat mengandung makna sifat atau adjektiva. Contoh-contoh dari frasa sifat adalah cantik sekali, sangat murah, kuning emas, cukup besar, dan kurang lebar. Selain frasa benda, kerja, dan sifat juga ada frasa keterangan yang terkait dengan keterangan tempat dan keterangan waktu. Contoh-contoh untuk frasa ini adalah pada hari Kamis, pada tahun 2019, pada pukul 10.00 pagi, di kamar ibu, ke pasar, dan dari kantor. Ini adalah beberapa dari banyaknya jenis-jenis frasa. Selain yang sudah dituliskan tersebut, ada frasa yang terbentuk karena kehadiran kata yang. Contoh dari kehadiran kata yang ini bisa dilihat dalam tulisan berikut:
- Bola saya berwarna cokelat.
- bola saya yang berwarna cokelat.
- Petani sedang menanam padi.
- petani yang sedang menanan padi
Contoh nomor (1) dan (3) merupakan kalimat karena dimulai dengan huruf kapital, diakhiri dengan tanda baca titik, dan ada subjek serta predikat. Contoh nomor (2) dan (4) adalah frasa. Contoh tersebut tidak bisa dikatakan sebagai kalimat karena tidak memenuhi syarat-syarat kalimat. Contoh-contoh itu juga tidak bisa dikatakan sebagai klausa karena tidak ada predikat. Contoh nomor (2) dan (4) memang memiliki verba, yaitu berwarna dan menanam. Akan tetapi, dua verba tersebut tidak bisa menempati unsur predikat karena diawali kata yang. Hal ini membuat dua verba tersebut menjadi bagian atau sesuatu yang menerangi kata bola dan petani. Oleh sebab itu, bola saya yang berwarna cokelat dan petani yang sedang menanam padi adalah frasa karena hanya menempati satu unsur kalimat saja. Kita bisa menguji keakuratan bahwa contoh nomor (2) dan (4) adalah frasa dengan melengkapinya seperti:
- Bola saya yang berwarna cokelat sedang dipinjam oleh Rani.
- Rani meminjam bola saya yang berwarna cokelat.
- Petani yang sedang menanam padi itu selalu bekerja setiap hari.
- Ayah saya memanggil petani yang sedang menanam padi itu.
Frasa bola saya yang berwarna cokelat pada kalimat (1) menempati unsur subjek dan pada kalimat (2) menempati unsur predikat. Frasa petani yang sedang menanam padi pada kalimat (3) menempati unsur subjek dan pada kalimat (4) menempati unsur objek.
Selanjutnya, muncullah pertanyaan. Apa fungsi frasa di dalam kehidupan? Salah satu fungsi frasa yang banyak kita temui dalam kehidupan adalah sebagai judul atau nama yang bukan idtentitas diri. Sebuah karya ilmiah akan menampilkan sebuah judul yang baik. Beberapa syarat judul yang baik adalah menggambarkan isi, padat, singkat, dan berupa frasa. Sebuah judul yang ideal, terutama untuk penulisan karya ilmiah bukanlah berupa kalimat atau klausa. Hal ini bisa dilihat pada beberapa judul-judul buku ajar. Kita bisa mengambil beberapa contoh judul buku bahasa Indonesia yaitu, Linguistik Umum (Abdul Chaer), Asas-Asas Linguistik Umum (J.W.M Verhaar), dan Linguistik Forensik (Endang Sholihatin). Untuk membuktikan bahwa judul-judul tersebut adalah frasa, kita bisa memasukkannya ke dalam kalimat dan melihat unsur kalimat apa yang ditempatinya:
- Dia membaca buku Linguistik Umum.
- Saya akan membeli buku Asas-Asas Linguistik Umum.
- Buku Linguistik Forensikditulis oleh Endang Sholihatin.
Frasa-frasa tersebut hanya menempati satu unsur kalimat yaitu objek pada contoh (1) dan (2), serta subjek pada contoh (3). Selain buku bahasa, kita juga bisa mengambil contoh dari judul novel, cerpen, film, dan sebagainya. Akan tetapi, novel, cerpen, dan film adalah bentuk karya semiilmiah dan nonilmiah sehingga penggunaan bahasa atau judul tidak terlalu taat kaidah seperti karya ilmiah. Dengan demikian, kita juga bisa menemukan beberapa judul novel, cerpen, sinetron yang seperti sebuah kalimat. Berikut adalah contoh-contoh karya semiilmiah atau nonilmiah yang menggunakan frasa sebagai judulnya dan ketika menjadi bagian dari kalimat:
1. Kupu-Kupu Banda Mua (Kumpulan Cerpen karya Elly Delfia)
2. Saya membaca Kupu-Kupu Banda Mua (sebagai objek)
3. “Pengabdi Setan”(film yang disutradarai oleh Joko Anwar)
4. Film “Pengabdi Setan”merupakan salah satu film horor terbaik Indonesia.
5. “Surga yang Tak Dirindukan”(film yang disutradarai oleh Kuntz Agus)
6. Kami akan menonton film “Surga yang Tak dirindukan”.
7. Bumi Manusia(Novel karya Pramoedya Ananta Toer)
8. Hari ini, saya menulis sinopsis novel Bumi Manusia. (sebagai objek)
Selain judul-judul tersebut, frasa juga sering kita temui untuk penamaan, seperti kantor, lembaga, program, seminar, transportasi, dan lokasi. Contoh-contoh dari penamaan tersebut adalah mata kuliah Bahasa Indonesia, Universitas Andalas, Fakultas Ekonomi, Candi Borobudur, sinetron Ikatan Cinta, dan Plaza Andalas. Oleh sebab itu, ketika kita akan memberi suatu judul atau nama sebaiknya kita menggunakan frasa.
Discussion about this post