Tingkuluak Kompong dalam Lemari
Tingkuluak kompong dalam lemari
Berbisik merintih perih
Tak lagi beranjak
Pergi pada keabadian tak tersentuh generasi
Kuno dan tak berarti
Malu menunjukkan jati diri
Sesungguhnya makna sejati kesopanan seorang padusi
Tingkuluak kompong dalam lemari
Tak lagi bersama menjadi sejoli
Baju basiba entah kemana kini
Hanya dipakai oleh amai-amai bersugi
Atau hanya ibu-ibu pejabat tinggi
Dalam helatan resepsi demi prestise negeri
Tingkuluak kompong kemana kini
Hanya sebagai hiasan para penari
Dalam acara perhelatan nagari
Yang dijual untuk katanya masih berbudaya dalam negeri
Padahal para pemudi tak peduli
Bukan tren lagi di tengah pandemi
Apalagi tak ada pesta negeri
Tingkuluak kompong tak lagi makna sopan diri
Kato nan ampek punah bersama bak embun pagi yang pergi
Semua berlomba jadi cantik sesuai acara di televisi
Tingkuluak kompong hanya tinggal tradisi
Tersimpan dalam peti di lemari, berdebu dan tak bersih lagi.
Gadis Belia di Kaki Merapi
Mencari sejumput jiwa suci
Dalam nyanyian daun di pagi
Tak ada suara terucap
Kebekuan gunung, membisu
Hanya satu yang terharap
Antara seribu harap
Kapan buah pena menjadi nyata
Dalam karya membahana
Di tangan gadis belia
Kaki gunung memberi asa
Kapan pena terasah mendunia
Memenuhi persada semesta
Membentuk moral membaja
Demi bangsa ternoda
Kapan pernah terasah
Dari tangan sang gadis belia
Batusangkar, 7 Mei 2006
Kenangan PonPes Thawalib untuk adik-adik tercinta
Bulan Bintang Bercahaya
Bagai langit dan bumi
Bersahabat didampingi pelangi
Seperti aku dan negeri
Akrab di tanah ini
Indonesia negara merdeka
Penjajah tak lagi bertahta
Di bumi persada nusantara
Karena jasa pahlawannya
Nusantara negeri kaya
Bagai bintang di langit raya
Bercahaya di jagat semesta
Pondasinya di tangan pemuda
Ratu malam bersinar bercahaya
Dengan senyum yang serupa
Memandang pembangunan bangsa
Bak mercusuar yang perkasa
Mari pemuda pemudi bangsa
Bela Negara Indonesia
Meski suku bangsa berbeda
Tetap satu dalam jiwa
Biodata Penulis:
Linda Tanjung adalah nama pena Lindawati. Guru SMP Islam Raudhatul Jannah Payakumbuh ini sedang merintis kembali rumah baca Pustaka Dua-2. Linda dapat dihubungi di FB:Linda Wati, IG:@lin_tanjung, dan channel YouTube:Bu Lin. No HP/Wa:081363318346. Selain sebagai guru,Ummi F4 ini juga penggiat literasi dan pemerhati pendidikan keluarga dan anak (parenting).
Kata-kata Bernyala Nyali
Oleh : Ragdi F. Daye
(buku terbaru yang memuat puisinya Sebuah Usaha Memeluk Kedamaian, 2021)
Mari pemuda pemudi bangsa
Bela Negara Indonesia
Meski suku bangsa berbeda
Tetap satu dalam jiwa
Agustus adalah bulan kemerdekaan. Di mana-mana bendera merah-putih berkibar menggelorakan nasionalisme dalam diri setiap anak bangsa. Umbul-umbul dan aneka macam asesoris bernuansa warna bendera dan atribut perjuangan turut menyemarakkan peringatan hari ulang tahun Republik Indonesia. Kemerdekaan yang merupakan hak semua bangsa memang layak dirayakan dan, terutama, disyukuri.
Perjuangan kemerdekaan tak lepas dari perhatian dan dukungan sastra. Kisah-kisah perjuangan yang yang menguatkan gagasan tentang perjuangan mencapai kemerdekaan dan mempertahankannya. Karya sastra yang berisi tentang kehidupan manusia dapat menjadi dokumentasi tentang kondisi zaman yang mengalami dinamika.
Mujiyanto (2007) mengungkapkan bahwa sastra mewakili kehidupan, dan secara umum, kehidupan adalah sebuah realitas sosial. Penyair, sebagai anggota masyarakat mempunyai status sosial tertentu. Hal ini berarti dia mendapatkan beberapa derajat penghargaan sosial. Dia menulis untuk audiens tertentu. Jadi, sastra biasanya tumbuh dari hubungan yang dekat dengan lembaga sosial tertentu. Lebih dari keeratan hubungan antara puisi dan sastra dengan masyarakat dalam arti komunitas orang-orang, puisi ditengarai memiliki medan jelajah yang tak terbatas, yang tembus ruang dan waktu serta punya arti yang sangat luas.
Puisi dipandang sebagai ungkapan interaksi dunia dalam seseorang dengan dunia luar. Dari pandangan inilah, semua hal di dunia ini bagi seorang penyair adalah puisi. Ia hanya perlu sedikit ruang sunyi di sebuah sudut yang tidak diperhatikan orang lain. Dari situ, ia dapat memandang hal-hal dari sudut yang lain pula, sudut pandang yang tidak dilihat orang kebanyakan.
Bagi sebagian penyair, puisi dituntut untuk memberi manfaat langsung dalam kehidupan praktis. Dari mereka, kemudian muncullah sajak-sajak yang berkomunikasi secara langsung, vulgar dan tanpa basa-basi. Isinya bisa mengajak, memprovokasi, mengajari. Puisi-puisi tradisional relatif lebih langsung dari segi bahasa karena ditujukan untuk bercerita atau menasihati. Sebagian yang lain percaya puisi adalah bahasa renung yang bersifat pribadi. Dari mereka, dihasilkan sajak-sajak yang gelap atau ‘remang-remang” sehingga diperlukan kejernihan hati dan kepekaan perasaan untuk berinteraksi dengan sajak-sajak tersebut. Dari sisi penyair, dia mengasah rasa kemanusiaannya melalui proses penciptaan puisi. Dari sisi pembaca, mereka mengasah kepekaan rasa untuk berdialog dengan puisi tersebut. Interaksi yang terjadi lebih pada level spiritual, sedangkan pada kelompok lain, interaksi lebih pada level praktis.
Menurut Pradopo (1987), puisi mengekspresikan pemikiran yang membangkitkan perasaan dan merangsang imajinasi indrawi, dengan menggunakan susunan kata berirama dan menarik, yang merupakan rekaman dan interpretasi pengalaman manusia. Unsur-unsur yang penting dari puisi adalah emosi, imajinasi, pemikiran, ide, nada, irama, kesan alat indera, susunan kata, kata-kata kiasan, kepadatan, dan perasaan. Ada tiga elemen yang membangun puisi, yakni elemen pemikiran, ide, dan emosi, kedua elemen bentuk, dan ketiga elemen kesan yang terwujud dengan media bahasa.
Edisi kali ini, Kreatika memuat tiga buah puisi dari Linda Tanjung. Ketiganya berjudul “Tingkuluak Kompong dalam Lemari”, “Gadis Belia di Kaki Merapi”, dan “Bulan Bintang Bercahaya”. Puisi-puisi ibu guru ini bernada lantang berisi suara kritis tentang problematika kehidupan yang menjadi perhatian sang penyair.
Puisi pertama mengekspresikan kegelisahan penyair tentang perubahan perilaku masyarakat (Minangkabau) dalam berpakaian, khususnya kaum perempuan. Budaya Minang yang bersendi agama Islam menuntun kaum perempuan untuk menggunakan pakaian yang menutup aurat, pakaian perempuan Minang yang disebut baju kurung basiba, produk budaya yang perlu dilestarikan.
Tingkuluak kompong dalam lemari/ Tak lagi bersama menjadi sejoli/ Baju basiba entah kemana kini/ Hanya dipakai oleh amai-amai bersugi/ Atau hanya ibu-ibu pejabat tinggi/ Dalam helatan resepsi demi prestise negeri// Tingkuluak kompong kemana kini/ Hanya sebagai hiasan para penari/ Dalam acara perhelatan nagari/ Yang dijual untuk katanya masih berbudaya dalam negeri/ Padahal para pemudi tak peduli/ Bukan tren lagi di tengah pandemi/ Apalagi tak ada pesta negeri.
Puisi kedua mengungkapkan tentang kreativitas di negeri yang beralam indah. Sumatera Barat yang memiliki kekayaan alam dan budaya adalah modal besar untuk inspirasi kreator. Tak aneh bila dari ranah ini banyak lahir sastrawan dan seniman besar. Hanya satu yang terharap/ Antara seribu harap/ Kapan buah pena menjadi nyata/ Dalam karya membahana/ Di tangan gadis belia
Menyinggung momen peringatan kemerdekaan, Linda Tanjung menyuarakan kritiknya terhadap kondisi kehidupan kebangsaan yang mengalami krisis karena munculnya kubu-kubu perseteruan. Kesatuan dan persatuan antarkomponen bangsa adalah sesuatu yang sangat penting. Indonesia negara merdeka/ Penjajah tak lagi bertahta/ Di bumi persada nusantara/ Karena jasa pahlawannya// Nusantara negeri kaya/ Bagai bintang di langit raya/ Bercahaya di jagat semesta/ Pondasinya di tangan pemuda.
Sebagai penutup, mari kita simak puisi “Persetujuan Dengan Bung Karno” karya Chairil Anwar:
Ayo! Bung Karno kasih tangan, mari kita bikin janji
Aku sudah cukup lama dengan bicaramu
Dipanggang di atas apimu
Digarami lautmu dari mulai tanggal 17 Agusutus 1945
Aku melangkah ke depan berada rapat di sisimu
Aku sekarang api, Aku sekarang laut
Bung Karno! Kau dan aku satu zat satu urat
Di zat mu, di zat ku kapal-kapal kita berlayar
Di urat mu, di urat ku kapal-kapal kita bertolak dan berlabuh.[]
Catatan:
Kolom ini diasuh oleh FLP Sumatera Barat bekerja sama dengan Scientia.id. Kolom ini diperuntukkan untuk pemula agar semakin mencintai dunia sastra (cerpen dan puisi). Adapun kritik dalam kolom ini tidak mutlak merepresentasikan semua pembaca. Kirimkan cerpen atau puisimu ke karyaflpsumbar@gmail.com.