Minggu, 24/8/25 | 23:18 WIB
  • Dapur Redaksi
  • Disclaimer
  • Pedoman Pemberitaan Media Siber
  • Tentang Kami
Scientia Indonesia
  • TERAS
  • EKONOMI
  • HUKUM
  • POLITIK
  • DAERAH
  • EDUKASI
  • DESTINASI
  • LITERASI
    • ARTIKEL
    • CERPEN
    • KLINIK BAHASA
    • KREATIKA
    • PUISI
  • RENYAH
  • TIPS
No Result
View All Result
  • TERAS
  • EKONOMI
  • HUKUM
  • POLITIK
  • DAERAH
  • EDUKASI
  • DESTINASI
  • LITERASI
    • ARTIKEL
    • CERPEN
    • KLINIK BAHASA
    • KREATIKA
    • PUISI
  • RENYAH
  • TIPS
No Result
View All Result
Scientia Indonesia
No Result
View All Result
  • TERAS
  • EKONOMI
  • HUKUM
  • POLITIK
  • DAERAH
  • EDUKASI
  • DESTINASI
  • LITERASI
  • RENYAH
  • TIPS
Home LITERASI RENYAH

Sastra Lisan dalam Keseharian

Minggu, 27/4/25 | 18:38 WIB

Lastry Monika
(Dosen Prodi Sastra Minangkabau FIB Unand/Kolumnis Rubrik Renyah)

 

“Jangan menangis keras-keras! Nanti kamu dijemput Inyiak Bayeh. Rambutnya panjang, matanya sebesar telur ayam, kukunya panjang dan tajam, telinganya lebar, mulutnya juga lebar. Dia suka menculik anak-anak yang suka menangis keras-keras.” Begitulah dulu kata nenek saya setiap kali saya menangis menjerit-jerit. Semakin lama saya menangis, semakin panjang pula cerita nenek tentang Inyiak Bayeh.

“Setelah diculik, kamu akan diberi makan telur semut setiap hari,” begitu lanjutnya. Biasanya saya tidak langsung berhenti menangis, tetapi memelankan suara saja. Saya terus merengek hingga bosan. Bila sudah begini, nenek akan mengeluarkan seruan andalannya.

BACAJUGA

Sebagian Tidak Suka Orang yang Banyak Cerita

Rumah dan Kenangan yang Abadi

Minggu, 24/8/25 | 21:15 WIB
Sebagian Tidak Suka Orang yang Banyak Cerita

Tuah Rumah

Minggu, 17/8/25 | 19:03 WIB

“Nyiak Bayeh, jemputlah cucuku ini!” Ujarnya ke arah bukit di belakang rumah. Namanya Bukit Tusom. Konon, dari cerita nenek, Inyiak Bayeh tinggal di sana. Saya tidak punya pilihan. Membayangkan Inyiak Bayeh saja sudah seram, apalagi dijemput dan dijadikan cucunya.

Cerita ini sering diulang-ulang nenek setiap kali saya rewel. Nenek juga sering bercerita tentang Urang Bunian. Cerita ini muncul di sela-sela waktu senggang. Konon, Urang Bunian dulunya manusia biasa. Suatu hari, Nabi hendak mengadakan acara bodua (berdoa). Urang Bunian diberi kepercayaan untuk memasak gulai kambing. Akan tetapi, bukannya menyembelih kambing, mereka justru menyembelih kucing kesayangan Nabi untuk dimasak menjadi gulai. Nabi marah dan mengasingkan mereka ke rimba-rimba.

Ketika kecil dulu, Urang Bunian ini cukup popular di kampung saya. Mereka diyakini dapat membuat seseorang tersesat. “Mungkin dibawa Urang Bunian.,” begitulah kata yang muncul ketika ada orang yang tersesat dan menghilang beberapa saat. Urang Bunian juga sering dijadikan alasan bagi kami anak-anak kecil untuk menjaga sikap agar tidak takabur dan tidak mengambil apapun ketika beraktivitas di tempat-tempat sepi. Tentu saja, kami takut dan lebih wawas diri.

Jarak antara rumah dan sekolah dasar saya cukup jauh, kira-kira menempuh perjalanan sejauh 2,5 kilometer. Bila cuaca cerah, perjalanan ke sekolah akan ditempuh menggunakan motor. Bila hujan, kadang harus jalan kaki, karena licin sekali. Di tengah perjalanan, kadang ibu bercerita tentang Rawang Selendang. Konon ada seorang anak perempuan cantik, namun memiliki laku yang tidak baik. Suatu hari ia ke pasar bersama ibunya. Ketika seseorang bertanya tentang siapa yang berjalan di belakangnya, ia menjawab bahwa perempuan paruh baya itu adalah pembantunya.

“Ibunya berdoa agar sang anak mendapat pelajaran. Sang anak pun tenggelam ke dalam rawang (lumpur sawah yang dalam) hingga hanya menyisakan selendang,” kira-kira begitulah ibu saya bertutur. Cerita ini sering ia ceritakan lagi dan lagi.

Bila diingat-ingat kembali, rupanya banyak sekali cerita-cerita lisan berkesan sewaktu kecil dulu. Saya tumbuh dilingkungan yang tidak menerapkan aturan A B C D, tetapi aturan agar tetap berlaku baik dan sewajarnya tersebut tersirat lewat cerita-cerita lisan. Ketika dewasa, barulah saya memahami bahwa kisah-kisah yang dituturkan oleh nenek dan ibu saya itu tergolong sastra lisan. Rupanya begitu dekat dalam keseharian.

Tags: #Lastry Monica
ShareTweetShareSend
Berita Sebelum

Puisi-puisi Feiruzy Azzahra dan Ulasannya oleh Ragdi F Daye

Berita Sesudah

Ronaldo Ditemukan Meninggal Dunia di Bawah Jembatan

Berita Terkait

Sebagian Tidak Suka Orang yang Banyak Cerita

Rumah dan Kenangan yang Abadi

Minggu, 24/8/25 | 21:15 WIB

Lastry Monika (Dosen Prodi Sastra Minangkabau FIB Unand)   Minggu lalu, tepat pada 17 Agustus 2025, saya menulis sebuah catatan...

Sebagian Tidak Suka Orang yang Banyak Cerita

Tuah Rumah

Minggu, 17/8/25 | 19:03 WIB

Lastry Monika (Dosen Prodi Sastra Minangkabau FIB Unand)   Dalam dua tahun terakhir, rumah saya di kampung lebih sering sepi....

Senyuman Kecil dan Mendengar: Hal Kecil yang Berdampak Besar

Rahasia di Balik Semangkuk Mi Rebus

Minggu, 10/8/25 | 19:24 WIB

Salman Herbowo (Kolumnis Rubrik Renyah)   Sore itu, hujan mengguyur tanpa henti sejak siang, menebar hawa dingin yang merayap masuk...

Sebagian Tidak Suka Orang yang Banyak Cerita

Melangkah Pelan dalam Dunia Pernaskahan: Catatan dari Masterclass Naskah Sumatera

Minggu, 03/8/25 | 21:28 WIB

Lastry Monika (Dosen Prodi Sastra Minangkabau FIB Unand)   Menjadi peserta Masterclass Naskah Sumatera yang diadakan oleh SOAS University of...

Suatu Hari di Sekolah

Fiksi dan Fakta: Dua Sayap Literasi

Minggu, 27/7/25 | 16:28 WIB

Lastry Monika (Dosen Prodi Sastra Minangkabau FIB Unand/Kolumnis Rubrik Renyah)   Perdebatan soal bacaan fiksi dan nonfiksi kerap muncul di...

Sebagian Tidak Suka Orang yang Banyak Cerita

Ruang Bernama Kita

Minggu, 20/7/25 | 21:04 WIB

Lastry Monika (Dosen Prodi Sastra Minangkabau FIB Unand/Kolumnis Rubrik Renyah)   Pada 16 Februari 2025, saya pernah menulis di rubrik...

Berita Sesudah
Ronaldo Ditemukan Meninggal Dunia di Bawah Jembatan

Ronaldo Ditemukan Meninggal Dunia di Bawah Jembatan

POPULER

  • Aduh! Maarten Paes Cedera, Absen Bela Timnas Indonesia 6-8 Minggu

    Aduh! Maarten Paes Cedera, Absen Bela Timnas Indonesia 6-8 Minggu

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Sumbar Raih Penghargaan Nasional Perhutanan Sosial 2025

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • PCNU Dharmasraya Gelar Konfercab ke-V

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Duka Kecelakaan Kereta di Padang: Wagub Sumbar Desak Perbaikan Sistem Keselamatan

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Ormas dan OKP Tak Dilibatkan dalam Kebijakan Pemkab, Sekretaris KNPI Dharmasraya: Bentuk Keangkuhan Bupati

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • IPNU-IPPNU Pesisir Selatan Cetak Pemimpin Baru, Teguhkan Semangat Kaderisasi Pelajar NU

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Sumbang 12 untuk Puti Bungsu Minangkabau

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
Scientia Indonesia

PT. SCIENTIA INSAN CITA INDONESIA 2024

Navigate Site

  • Dapur Redaksi
  • Disclaimer
  • Pedoman Pemberitaan Media Siber
  • Tentang Kami

Follow Us

No Result
View All Result
  • TERAS
  • EKONOMI
  • HUKUM
  • POLITIK
  • DAERAH
  • EDUKASI
  • DESTINASI
  • LITERASI
    • ARTIKEL
    • CERPEN
    • KLINIK BAHASA
    • KREATIKA
    • PUISI
  • RENYAH
  • TIPS

PT. SCIENTIA INSAN CITA INDONESIA 2024