Lastry Monika
(Kolumnis Rubrik Renyah)
“Tentu saja saya seorang manusia, tetapi ada hal-hal khusus yang terjadi pada saya karena saya adalah perempuan,” tegas Chimamanda Ngozi Adichie ketika teman lelakinya mempertanyakan mengapa ia mengidentifikasikan diri sebagai wanita,mengapa tidak sebagai manusia saja.
Buku A Feminist Manifesto: Kita Semua Harus Menjadi Feminis karya Chimamanda Ngozi Adichie menjelaskan tentang peran feminisme dalam masyarakat modern. Dalam buku tersebut, Adichie menggambarkan tentang pentingnya kesetaraan gender. Ia mengajak semua orang, tanpa memandang jenis kelamin, untuk menjadi bagian dari perjuangan ini dengan membeberkan sejumlah pengalaman dan kasus-kasus relasi gender yang timpang.
Salah satu elemen yang menonjol dalam buku ini tentang pendekatan personal. Ia tidak hanya membahas isu-isu umum tentang kesetaraan gender, tetapi juga berbagi pengalaman pribadinya sebagai seorang wanita Nigeria. Melalui narasi lugas, pembaca dihadapkan pada realitas kehidupan sehari-hari yang sering diabaikan. Seperti stereotip gender dan diskriminasi yang mungkin terasa lebih kuat di berbagai lapisan masyarakat.
Misalnya, terkait obsesi orang-orang terkait keperawanan perempuan. Betapa konsep perawan ditempatkan dalam ruang yang begitu sempit dan dianggap hanya bisa ditembus melalui hubungan seksual. Lagi pula, begitu sulitkah kita berpikir lebih kompleks bahwa hilangnya keperawanan adalah melibatkan dua orang dengan jenis kelamin yang berbeda? Bahkan, lebih kompleks dari hal itu, perempuan terlahir dengan selaput dara yang berbeda. Tidak sulit untuk memahami ini bila ingin memiliki perspektif yang lebih jernih.
Adichie secara tajam merinci bagaimana stereotip gender merugikan baik perempuan maupun laki-laki. Ia menyoroti konsep-konsep patriarki yang telah membentuk pandangan masyarakat terhadap perempuan, mempersempit pilihan mereka dalam berbagai aspek kehidupan. Dalam bukunya, Adichie membangun argumennya dengan kasus-kasus konkret dan contoh nyata. Misalnya pengabaian yang dilakukan seorang bos terhadap agurmen karyawan perempuan dan memuji argument serupa yang keluar dari mulut karyawan pria.
Lewat A Feminist Manifesto, Adichie juga merinci pentingnya melibatkan pria dalam perjuangan kesetaraan gender. Adichie menegaskan bahwa kesetaraan bukan hanya hak perempuan, tetapi juga keuntungan bagi seluruh masyarakat. Ia menyoroti bahaya konsep maskulinitas yang sempit dan menekankan bahwa membebaskan pria dari beban berat stereotip ini akan menghasilkan masyarakat yang lebih adil dan seimbang.
Adichie menghindari istilah teknis yang mungkin membingungkan pembaca awam. Sehingga pesan kesetaraan gender dapat diterima oleh berbagai kalangan. Gaya penulisan yang ramah dan mendidik membuat buku ini menjadi bacaan layak untuk semua orang, termasuk yang belum terbiasa dengan konsep feminisme.
Dengan membagikan pengalaman pribadinya, Adichie mengajak pembaca untuk mengidentifikasi momen-momen dalam kehidupan sehari-hari. Hal itu dapat membuat kita berkontribusi pada pembentukan masyarakat yang lebih adil. Buku ini bukan sekadar panggilan untuk menjadi feminis, tetapi sekaligus sebuah panggilan untuk refleksi dan tindakan kecil dalam keseharian untuk kesetaraan.
Discussion about this post