Minggu, 01/6/25 | 19:30 WIB
  • Dapur Redaksi
  • Disclaimer
  • Pedoman Pemberitaan Media Siber
  • Tentang Kami
Scientia Indonesia
  • TERAS
  • EKONOMI
  • HUKUM
  • POLITIK
  • DAERAH
  • EDUKASI
  • DESTINASI
  • LITERASI
    • ARTIKEL
    • CERPEN
    • KLINIK BAHASA
    • KREATIKA
    • PUISI
  • RENYAH
  • TIPS
No Result
View All Result
  • TERAS
  • EKONOMI
  • HUKUM
  • POLITIK
  • DAERAH
  • EDUKASI
  • DESTINASI
  • LITERASI
    • ARTIKEL
    • CERPEN
    • KLINIK BAHASA
    • KREATIKA
    • PUISI
  • RENYAH
  • TIPS
No Result
View All Result
Scientia Indonesia
No Result
View All Result
  • TERAS
  • EKONOMI
  • HUKUM
  • POLITIK
  • DAERAH
  • EDUKASI
  • DESTINASI
  • LITERASI
  • RENYAH
  • TIPS
Home Unes

A Feminist Manifesto: Catatan Singkat Perihal Feminis

Minggu, 31/12/23 | 11:04 WIB

Lastry Monika
(Kolumnis Rubrik Renyah)

 

“Tentu saja saya seorang manusia, tetapi ada hal-hal khusus yang terjadi pada saya karena saya adalah perempuan,” tegas Chimamanda Ngozi Adichie ketika teman lelakinya mempertanyakan mengapa ia mengidentifikasikan diri sebagai wanita,mengapa tidak sebagai manusia saja.

Buku A Feminist Manifesto: Kita Semua Harus Menjadi Feminis karya Chimamanda Ngozi Adichie menjelaskan tentang peran feminisme dalam masyarakat modern. Dalam buku tersebut, Adichie menggambarkan tentang pentingnya kesetaraan gender. Ia mengajak semua orang, tanpa memandang jenis kelamin, untuk menjadi bagian dari perjuangan ini dengan membeberkan sejumlah pengalaman dan kasus-kasus relasi gender yang timpang.

Salah satu elemen yang menonjol dalam buku ini tentang pendekatan personal. Ia tidak hanya membahas isu-isu umum tentang kesetaraan gender, tetapi juga berbagi pengalaman pribadinya sebagai seorang wanita Nigeria. Melalui narasi lugas, pembaca dihadapkan pada realitas kehidupan sehari-hari yang sering diabaikan. Seperti stereotip gender dan diskriminasi yang mungkin terasa lebih kuat di berbagai lapisan masyarakat.

BACAJUGA

Sebagian Tidak Suka Orang yang Banyak Cerita

Menyulam Nilai Lewat Cerita: Inyiak Bayeh dan Cerita-cerita Lainnya

Minggu, 11/5/25 | 17:14 WIB
Sebagian Tidak Suka Orang yang Banyak Cerita

Talempong Batu: dari Batu ke Nada

Minggu, 04/5/25 | 18:02 WIB

Misalnya, terkait obsesi orang-orang terkait keperawanan perempuan. Betapa konsep perawan ditempatkan dalam ruang yang begitu sempit dan dianggap hanya bisa ditembus melalui hubungan seksual. Lagi pula, begitu sulitkah kita berpikir lebih kompleks bahwa hilangnya keperawanan adalah melibatkan dua orang dengan jenis kelamin yang berbeda? Bahkan, lebih kompleks dari hal itu, perempuan terlahir dengan selaput dara yang berbeda. Tidak sulit untuk memahami ini bila ingin memiliki perspektif yang lebih jernih.

Adichie secara tajam merinci bagaimana stereotip gender merugikan baik perempuan maupun laki-laki. Ia menyoroti konsep-konsep patriarki yang telah membentuk pandangan masyarakat terhadap perempuan, mempersempit pilihan mereka dalam berbagai aspek kehidupan. Dalam bukunya, Adichie membangun argumennya dengan kasus-kasus konkret dan contoh nyata. Misalnya pengabaian yang dilakukan seorang bos terhadap agurmen karyawan perempuan dan memuji argument serupa yang keluar dari mulut karyawan pria.

Lewat A Feminist Manifesto, Adichie juga merinci pentingnya melibatkan pria dalam perjuangan kesetaraan gender. Adichie menegaskan bahwa kesetaraan bukan hanya hak perempuan, tetapi juga keuntungan bagi seluruh masyarakat. Ia menyoroti bahaya konsep maskulinitas yang sempit dan menekankan bahwa membebaskan pria dari beban berat stereotip ini akan menghasilkan masyarakat yang lebih adil dan seimbang.

Adichie menghindari istilah teknis yang mungkin membingungkan pembaca awam. Sehingga pesan kesetaraan gender dapat diterima oleh berbagai kalangan. Gaya penulisan yang ramah dan mendidik membuat buku ini menjadi bacaan layak untuk semua orang, termasuk yang belum terbiasa dengan konsep feminisme.

Dengan membagikan pengalaman pribadinya, Adichie mengajak pembaca untuk mengidentifikasi momen-momen dalam kehidupan sehari-hari. Hal itu dapat membuat kita berkontribusi pada pembentukan masyarakat yang lebih adil. Buku ini bukan sekadar panggilan untuk menjadi feminis, tetapi sekaligus sebuah panggilan untuk refleksi dan tindakan kecil dalam keseharian untuk kesetaraan.

Tags: #Lastry Monica
ShareTweetShareSend
Berita Sebelum

Puisi-puisi Fahruzi Alfani dan Ulasannya oleh Ragdi F Daye

Berita Sesudah

Mengenal Perbedaan Kata Ulang dan Kata Majemuk

Berita Terkait

Senyuman Kecil dan Mendengar: Hal Kecil yang Berdampak Besar

Cerita dari Balik Busa dan Bilasan

Minggu, 01/6/25 | 16:05 WIB

Salman Herbowo (Kolumnis Rubrik Renyah)   Ada satu kebiasaan yang tak pernah absen menemani masa-masa kuliah saya dulu, menumpuk cucian....

Senyuman Kecil dan Mendengar: Hal Kecil yang Berdampak Besar

Jam Tangan dan Seni Menjadi Siapa

Minggu, 25/5/25 | 13:50 WIB

Salman Herbowo (Kolumnis Rubrik Renyah) Seorang teman pernah berujar tentang urgensi dari jam tangan. Ia menjelaskan tentang benda kecil yang...

Senyuman Kecil dan Mendengar: Hal Kecil yang Berdampak Besar

Tertinggal Karena Lupa, Tertawa Karena Ingat

Minggu, 18/5/25 | 16:44 WIB

Salman Herbowo (Kolumnis Rubrik Renyah)   Lupa adalah bagian tak terpisahkan dari kehidupan. Dalam keseharian, kita sering kali dibuat repot...

Sebagian Tidak Suka Orang yang Banyak Cerita

Menyulam Nilai Lewat Cerita: Inyiak Bayeh dan Cerita-cerita Lainnya

Minggu, 11/5/25 | 17:14 WIB

Lastry Monika Dosen Prodi Sastra Minangkabau FIB Unand/Kolumnis Rubrik Renyah   Dalam tiga minggu terakhir, saya selalu mengangkat tema seputar...

Sebagian Tidak Suka Orang yang Banyak Cerita

Talempong Batu: dari Batu ke Nada

Minggu, 04/5/25 | 18:02 WIB

Lastry Monika (Dosen Prodi Sastra Minangkabau FIB Unand/Kolumnis Rubrik Renyah)   Bila saya membawa teman pulang kampung, ibu hampir selalu...

Sebagian Tidak Suka Orang yang Banyak Cerita

Sastra Lisan dalam Keseharian

Minggu, 27/4/25 | 18:38 WIB

Lastry Monika (Dosen Prodi Sastra Minangkabau FIB Unand/Kolumnis Rubrik Renyah)   “Jangan menangis keras-keras! Nanti kamu dijemput Inyiak Bayeh. Rambutnya...

Berita Sesudah
Konjungsi Penanda Waktu dalam Bahasa Indonesia

Mengenal Perbedaan Kata Ulang dan Kata Majemuk

Discussion about this post

POPULER

  • Kualitas Aspal Jalan di Kecamatan IV Koto Agam Dipertanyakan

    Kualitas Aspal Jalan di Kecamatan IV Koto Agam Dipertanyakan

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Libur Panjang 29 Mei – 1 Juni 2025, Ini Rekomendasi Wisata Seru di Kota Padang

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Puisi-puisi Puti Fathiya Azzahra dan Ulasannya oleh Ragdi F Daye

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Pesan Moral dalam Cerpen “Robohnya Surau Kami”

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Zalmadi Sesalkan RS Rasidin Tolak Pasien Hingga Meninggal : Itu Tidak Manusiawi!

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Klarifikasi Wali Nagari Koto Gadang, Lahan Sawit yang Dipinjamkan ke Petani Akan Diremajakan

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Epigram 60: Perayaan Ulang Tahun Terakhir Joko Pinurbo

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
Scientia Indonesia

PT. SCIENTIA INSAN CITA INDONESIA 2024

Navigate Site

  • Dapur Redaksi
  • Disclaimer
  • Pedoman Pemberitaan Media Siber
  • Tentang Kami

Follow Us

No Result
View All Result
  • TERAS
  • EKONOMI
  • HUKUM
  • POLITIK
  • DAERAH
  • EDUKASI
  • DESTINASI
  • LITERASI
    • ARTIKEL
    • CERPEN
    • KLINIK BAHASA
    • KREATIKA
    • PUISI
  • RENYAH
  • TIPS

PT. SCIENTIA INSAN CITA INDONESIA 2024