Salman Herbowo
(Kolumnis Rubrik Renyah)
Hal pertama yang terpikirkan bagi saya saat berbicara tentang lemari buku adalah rak-rak kayu dengan deretan buku. Dengan aroma kertas yang lembut dan debu yang menempel. Bagi saya lemari buku menjadi tempat penyimpanan berharga, dengan buku-buku di dalamnya merupakan jendela pengetahuan yang tidak terbatas. Tentu saja pandangan itu tidak terlepas dari lemari buku kayu yang saya miliki.
Dalam lemari buku kayu itu, terdapat buku-buku beragam tema yang mengundang untuk dibaca. Beberapa buku tersusun rapi seakan menunggu dengan tertib untuk diambil dan dibaca, sementara yang lainnya berserakan seolah menawarkan eksplorasi tak terduga bagi siapa saja yang melihatnya. Ini menariknya tentang lemari buku kayu di sudut kamar saya, dari satu sisi terdapat buku-buku teks tebal yang penuh pengetahuan, sedangkan sisi-sisi lainnya tertumpuk buku-buku fiksi dengan beragam tema.
Bagi saya isi dari lemari buku kayu ini seakan hidup. Buku-buku di dalamnya, baik itu yang tersusun rapi atau berserakan, seakan bergandengan menciptakan koleksi yang menghadirkan pilihan yang luas. Saya selalu bergumam, bahwa dalam lemari ini bersembunyi keajaiban pengetahuan dan hiburan yang memberikan kebebasan menjelajahi dunia buku dengan metode yang diinginkan.
Namun begitu, lemari buku kayu ini juga mempunyai tantangan tersendiri dalam merawatnya. Bukan berati tidak memiliki masalah sama sekali, misalnya saat mencari buku tertentu maka harus menggali di antara rak-rak yang padat atau menggeser tumpukan buku yang berantakan. Selain itu, debu yang menempel pada buku-buku menjadi hal yang menyebalkan dan tentu tidak menyehatkan.
Terkadang isi dari lemari buku kayu ini juga menghadirkan hal-hal yang mengejutkan. Hal unik dan mengejutkan yang paling membekas bagi saya adalah saat menemukan uang dari tumpukan-tumpukan buku dalam lemari tersebut. Kemungkinan besar, kebiasaan saya meletakkan uang kertas di antara halaman buku atau di atas tumpukan buku dalam waktu yang lama membuat saya lupa akan hal itu. Mungkin saja uang itu sisa kembalian saat masih kuliah dahulu.
Selain itu, saya juga menemukan lembaran jawaban ujian saat masih kuliah dahulu. Saya menjadi deg-degkan saat membaca jawaban dan melihat nilai yang tertera. Temuan itu membawa saya kembali ke malam-malam yang begitu berat untuk begadang, mencoba memahami materi kuliah dan menyelsaikan segala tugas yang harus dikumpul besok paginya. Lembar ujian itu juga mengingatkan saya pada usaha, keringat, dan terkadang kebingungan, bingung akan jawaban yang ditulis.
Dalam lemari buku kayu ini, saya menemukan banyak hal tak terduga. Buku-buku memberikan pengetahuan dan hiburan, sementara uang dan lembaran jawaban ujian mengingatkan pada perjalanan pendidikan. Lemari ini adalah penyimpanan kenangan dan jendela menuju pengetahuan tanpa batas, meskipun tantangannya kadang membingungkan. Semua ini membuat lemari buku ini penuh cerita, meninggalkan bekas di ingatan. Semoga setiap lemari buku, seperti yang saya miliki, menjadi bagian berharga dalam perjalanan bacaan dan kenangan setiap individu.
Discussion about this post