Jumat, 12/12/25 | 16:10 WIB
  • Dapur Redaksi
  • Disclaimer
  • Pedoman Pemberitaan Media Siber
  • Tentang Kami
Scientia Indonesia
  • TERAS
  • EKONOMI
  • HUKUM
  • POLITIK
  • DAERAH
  • EDUKASI
  • DESTINASI
  • LITERASI
    • ARTIKEL
    • CERPEN
    • KLINIK BAHASA
    • KREATIKA
    • PUISI
  • RENYAH
  • TIPS
No Result
View All Result
  • TERAS
  • EKONOMI
  • HUKUM
  • POLITIK
  • DAERAH
  • EDUKASI
  • DESTINASI
  • LITERASI
    • ARTIKEL
    • CERPEN
    • KLINIK BAHASA
    • KREATIKA
    • PUISI
  • RENYAH
  • TIPS
No Result
View All Result
Scientia Indonesia
No Result
View All Result
  • TERAS
  • EKONOMI
  • HUKUM
  • POLITIK
  • DAERAH
  • EDUKASI
  • DESTINASI
  • LITERASI
  • RENYAH
  • TIPS
Home Unes

Princess Mononoke: Feminitas yang Liar dan Ganas

Minggu, 30/7/23 | 11:59 WIB

Lastry Monika
(Kolumnis Rubrik Renyah)

 

Tampaknya tidaklah keliru bila mengatakan film-film animasi Studio Ghibli didominasi oleh protagonis anak perempuan hingga perempuan muda. Sebut saja Only Yesterday, The Secret Life of Arrietty, The Cat Returns, Kiki’s Delivery Service, Princess Mononoke, dan masih banyak lagi film-film lainnya dengan protagonis seperti yang disebutkan.

Selain didominasi protagonis anak perempuan dan perempuan muda, film animasi Studio Ghibli juga menghadirkan sudut pandang yang tidak sederhana. Princess Mononoke misalnya, menghadirkan kepada pemirsa pemahaman yang lebih luas tentang pahlawan wanita dan tipe karakter yang tidak hanya hitam dan putih atau baik dan jahat. Film yang dirilis pada tahun 1997 itu juga menonjolkan karakter wanitanya dengan atribut yang lebih kompleks dari sekadar feminin yang lembut, lemah, dan penurut.

Setidaknya ada dua karakter perempuan yang menonjol dalam Princess Mononoke. Karakter tersebut ialah San dan Lady Eboshi. San tentu saja dapat disebut sebagai tokoh protagonis utama yang mewakili kepahlawanan perempuan. Di sisi lain ada Lady Eboshi dengan peran yang lebih kompleks antara antagonis dengan sisi kepahlawanannya.

BACAJUGA

Suatu Hari di Sekolah

Saat Ide Mengalir di Detik Terakhir

Minggu, 05/10/25 | 20:02 WIB
Suatu Hari di Sekolah

Antara Deadline dan Bedcover

Minggu, 14/9/25 | 18:56 WIB

Lady Eboshi adalah pemimpin yang tampil anggun dan berwibawa. Di awal kemunculannya dengan peluru besi yang menghancurkan dewa babi hutan, penonton mungkin saja memberi cap ‘penjahat’ kepada dirinya. Namun di antara kekuasaannya yang tampak ganas, Eboshi adalah penyelamat bagi orang-orang yang terpinggirkan dalam kehidupan sosial. Ia merawat para penderita kusta dan membasuh daging mereka yang membusuk. Ia juga membebaskan para perempuan dari rumah bordil dan mengembalikan kebebasan mereka di komunitas Tataraba yang dipimpin oleh Eboshi.

Selain Lady Eboshi dengan kekuasaan dan keanggunannya, hal yang sama juga terlihat pada San. Setelah pertempurannya dengan Eboshi, ia mundur kehutan dan di sana ia menghisap dan memuntahkan darah beracun dari tubuh Moro, ibu serigalanya. Melalui wajahnya yang berlumuran darah, tersirat perpaduan antara atribut feminin sekaligus sengit. Sisi kepahlawanan perempuan dalam Princess Mononoke tidak ditampilkan hanya melalui satu atribut dengan mengabaikan yang lain.

Feminitas dan kekuatan juga terlihat dalam diri Maro. Ia adalah roh gunung dalam bentuk serigala yang mengasuh dan membesarkan San. Serigala di sini tidak hadir sebagai hewan buas ganas yang memangsa, melainkan melindungi. Ia melindungi hutannya, ia melindungi kedua anaknya, ia melindungi San meskipun sewaktu kecil ia diserahkan oleh orang tuanya untuk dimangsa.

Di salah satu adegan, San yang mencoba menghentikan kemarahan Okkoto justru terbenam dalam tubuh dewa babi hutan tersebut. Di sinilah Moro membentak agar putrinya dikembalikan dengan berusaha menyelamatkan San. Ia membenamkan moncongnya pada tubuh Okkoto untuk menyeret San dari tubuh dewa babi hutan yang telah busuk dan beringas itu. Sebuah adegan yang menampilkan naluri keibuan yang ganas, sebab menyelamatkan San dari Okkoto sama artinya dengan menyongsong racun untuk dirinya sendiri.

Sebagaimana kerumitan untuk menilai karakter protagonis dan antagonis, akhir dari kisah animasi ini juga tidak memberikan kemenangan untuk protagonis dan kekalahan untuk antagonis.

Lady Eboshi yang sempat ditampilkan begitu ambisius mengeksploitasi hutan untuk kekuasaan dan komunitasnya, tidak dilenyapkan dan tidak dijatuhkan. Ia hanya kehilangan lengannya yang menandakan keterbatasannya untuk mengeksploitasi hutan lebih lanjut. Kemudian, yang lebih penting dari itu ialah kesadarannya atas ambisi kekuasaan yang salah arah. Pada akhir cerita yang tampak baru dimulai ini, Lady Eboshi berjanji mengarahkan kekuasaannya untuk membangun desa yang berdampingan dengan alam dan makhluk liar lainnya.

Tags: #Lastry Monica
ShareTweetShareSend
Berita Sebelum

Puisi-puisi Yudi Muchtar dan Ulasannya oleh Ragdi F. Daye

Berita Sesudah

Menyusuri Makna Frasa Negasi “Tidak Tahu-Menahu”

Berita Terkait

Lagu yang Tak Selesai-selesai

Ketika Waktu Tak Menunggu

Minggu, 07/12/25 | 22:22 WIB

Salman Herbowo (Kolumnis Rubrik Renyah)   Saya sering bangun tergesa, seolah pagi datang lebih cepat dari dugaan. Waktu terus berjalan...

Lagu yang Tak Selesai-selesai

Hujan yang Merawat Diam

Minggu, 23/11/25 | 19:52 WIB

Salman Herbowo (Kolumnis Rubrik Renyah)   Hujan selalu punya cara sederhana untuk membuat saya berhenti sejenak. Di antara rintik yang...

Lagu yang Tak Selesai-selesai

Tentang Usaha yang Tidak Terlihat

Minggu, 09/11/25 | 20:13 WIB

Salman Herbowo (Kolumnis Rubrik Renyah)   Dalam setiap pertandingan olahraga selalu ada dua kemungkinan, menang atau kalah. Dari kejauhan semuanya...

Lagu yang Tak Selesai-selesai

Ketika Hasil Tak Sepenting Perjalanan

Minggu, 26/10/25 | 21:50 WIB

Salman Herbowo (Kolumnis Rubrik Renyah)   Libur kuliah dahulu selalu terasa seperti lagu merdu yang menandai kebebasan. Setelah berminggu-minggu bergulat...

Lagu yang Tak Selesai-selesai

Satu Lagu Untuk Pulang

Minggu, 19/10/25 | 20:11 WIB

Salman Herbowo (Kolumnis Rubrik Renyah)   Minggu lalu, saya menulis tentang kebiasaan aneh tapi menyenangkan, mendengarkan satu lagu saja, berulang-ulang...

Lagu yang Tak Selesai-selesai

Lagu yang Tak Selesai-selesai

Minggu, 12/10/25 | 19:23 WIB

Salman Herbowo (Kolumnis Rubrik Renyah)   Entah mengapa, hari itu saya hanya ingin mendengarkan satu lagu. Satu lagu saja! Padahal...

Berita Sesudah
Fungsi Bahasa dalam Kehidupan Sosial

Menyusuri Makna Frasa Negasi “Tidak Tahu-Menahu”

Discussion about this post

POPULER

  • Bupati JFP dan Wabup Candra Apresiasi Aksi Cepat IMLG-RTIK Sumbar Bantu Korban Bencana

    Bupati JFP dan Wabup Candra Apresiasi Aksi Cepat IMLG-RTIK Sumbar Bantu Korban Bencana

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Diduga Buang Limbah ke Sungai, PT Dharmasraya Lestarindo Jadi Sorotan Warga

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Tim Lupak Satresnarkoba Polres Dharmasraya Ringkus Dua Pengedar Ganja di Jalan Lintas Sumatra Gunung Medan

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Kejaksaan Dharmasraya Tetapkan Satu Tersangka Korupsi BKD, Rugikan Negara Rp589 Juta

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Walhi Sumbar Kritik Keras Pernyataan Gubernur: Pemprov dan KLHK “State Actors” Utama Bencana Ekologis

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Apakah Kata “bapak” dan “ibu” Harus Ditulis dalam Huruf Kapital ?

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Sumbang 12 untuk Puti Bungsu Minangkabau

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
Scientia Indonesia

PT. SCIENTIA INSAN CITA INDONESIA 2024

Navigate Site

  • Dapur Redaksi
  • Disclaimer
  • Pedoman Pemberitaan Media Siber
  • Tentang Kami

Follow Us

No Result
View All Result
  • TERAS
  • EKONOMI
  • HUKUM
  • POLITIK
  • DAERAH
  • EDUKASI
  • DESTINASI
  • LITERASI
    • ARTIKEL
    • CERPEN
    • KLINIK BAHASA
    • KREATIKA
    • PUISI
  • RENYAH
  • TIPS

PT. SCIENTIA INSAN CITA INDONESIA 2024