Oleh: Riza Andesca Putra
(Dosen Departemen Pembangunan dan Bisnis Peternakan Unand dan Mahasiswa Program Doktor Penyuluhan dan Komunikasi Pembangunan UGM)
Secara harfiah, manusia tidak akan sanggup hidup sendiri, baik pria maupun wanita. Hampir semua manusia butuh hidup berkelompok karena pada hakikatnya seluruh aktivitas, seperti bekerja, belajar, ibadah, hingga bermain terjadi dalam sebuah kelompok. Aristoteles, seorang filsuf ternama, mengatakan bahwa manusia adalah makhluk yang selalu hidup bermasyarakat. Manusia tidak bisa dipisahkan dari kelompok masyarakat tempat saling berinteraksi satu sama lain. Itu bukti manusia sebagai makhluk sosial.
Proses sebagai makhluk sosial tersebut sudah terjadi semenjak manusia lahir ke muka bumi. Pada saat bayi, manusia sudah menjalin interaksi sosial dengan ayah dan ibunya serta keluarga terdekat. Masa kanak-kanaknya dilalui dengan bermain dengan teman sebaya. Selanjutnya, waktu dewasa manusia memasuk lingkungan yang semakin luas, baik kelompok formal maupun informal serta kelompok sosial maupun bisnis. Meskipun manusia butuh hidup berkelompok, motivasi hidup berkelompok dapat berbeda-beda. Selain untuk memenuhi kebutuhan dasar secara lahiriah, motivasi orang hidup berkelompok juga untuk memenuhi tiga hal berikut: Pertama, menyelesaikan pekerjaan yang lebih besar. Keterbatasan sebagai individu dapat tertutupi atau terbantu dengan berkelompok, misalnya mengangkat sebuah batang kayu besar tidak bisa dilakukan sendirian namun jika dilakukan oleh beberapa orang, usaha itu bisa dilakukan dengan baik.
Kedua, mencapai tujuan tertentu. Banyak keinginan dan harapan manusia tidak bisa dipenuhi jika dilakukan sendirian. Terdapat beberapa hambatan, salah satunya hambatan administrasi. Contohnya di Indonesia bantuan pupuk subsidi atau beberapa bantuan lainnya tidak dapat diberikan kepada rakyat secara individu namun mesti diberikan kepada masyarakat yang tergabung ke dalam sebuah kelompok tani.
Ketiga, sebagai eksistensi diri. Berkelompok tidak hanya semata-mata karena faktor kebutuhan dasar dan ekonomi semata. Sebagian orang berkelompok dan rela mengeluarkan sumber daya yang banyak, malah hanya untuk ingin dihargai, serta untuk kebebasan berekspresi dan diakui eksistensinya. Contohnya seperti kelompok anak punk dan ibu-ibu sosialita. Anak punk berkelompok hanya ingin bebas mengekspresikan diri dan menunjukkan eksistensinya. Sementara itu, ibu-ibu sosialita berkelompok hanya ingin dihargai dan dipuji keberadaannya.
Begitu banyak opsi motivasi seseorang yang bergabung dalam kelompok dan menjadi sebuah keniscayaan adanya dinamika dalam kelompok tersebut. Dinamika merupakan gerak kelompok karena adanya kekuatan yang mempengaruhi baik internal maupun eksternal. Gerak kelompok tersebut memunculkan interaksi antarindividu dalam kelompok. Interaksi menimbulkan kerja sama, dukungan, dan berbagi. Di sisi lain, interaksi juga dapat menimbulkan perbedaan pendapat, ketersinggungan sampai perselisihan. Semua ini lumrah terjadi dalam kelompok. Jika dapat dikelola dengan baik, dinamika kelompok akan menjadi faktor pendorong dalam kesuksesan kelompok. Namun, jika kita tidak berhasil mengelolanya, dinamika tersebut akan menjadi benalu dalam kelompok.
Dalam pengelolaan dinamika kelompok, di antaranya terdapat dua unsur utama yang mesti menjadi perhatian, yaitu tujuan bersama dan peran-peran dalam kelompok. Setiap kelompok mesti memiliki tujuan bersama. Tujuan bersama merupakan penggabungan tujuan-tujuan individu menjadi sebuah tujuan baru yang ingin dicapai secara bersama-sama. Dengan kata lain, setelah disepakatinya tujuan bersama, dengan sendirinya tujuan-tujuan individu mestinya hilang atau terminimalisasi. Namun perlu digarisbawahi, tujuan bersama tersebut mesti jelas dan mengakomodasi tujuan individu dalam kelompok.
Tujuan yang jelas dan akomodatif akan mempengaruhi koordinasi dan sinkronisasi antarindividu untuk mampu mencapainya. Di sisi lain, tujuan yang tidak jelas dan tidak akomodatif akan menimbulkan kegalauan dalam kelompok dan kegagalan menerapkan ide sehingga hasilnya tidak sesuai dengan yang diharapkan. Oleh sebab itu, perumusan tujuan bersama dalam kelompok mesti dilakukan dengan baik dan partisipatif sehingga semua individu memahaminya dan merasa bertanggung jawab untuk mewujudkannya.
Dalam pencapaian tujuan bersama dalam kelompok, terdapat peran-peran yang mesti dimainkan oleh setiap individu. Peran tersebut tentu saja tidak sama antara yang satu dengan yang lain, unik, dan saling melengkapi. Masing-masing individu memainkan perannya masing-masing sesuai dengan kebutuhan untuk pencapaian tujuan bersama. Secara struktur, ada yang berperan sebagai manajer, ketua, supervisor, departemen tertentu, bawahan, anggota biasa, dan peran lainnya. Tidak mungkin dalam sebuah kelompok semuanya berperan sebagai manager atau semua sebagai bawahan. Mesti ada pembagian peran dalam kelompok. Menjadi bawahan yang baik tidak lebih jelek dari pada menjadi manager atau sebaliknya. Semua peran tersebut bermakna penting bagi kesuksesan kelompok dan semuanya saling mempengaruhi.
Jika tujuan bersama dan peran-peran dalam kelompok tersebut dapat dijalankan dengan baik, dengan sendirinya kelompok akan sukses. Setiap individu dalam kelompok akan merasa senang dengan keberadaannya dalam kelompok. Secara prinsip keberadaan kelompok mesti memberikan manfaat kepada individu yang ada di dalamnya. Manfaat tersebut tidak melulu dinilai dari sisi ekonomi namun bisa saja dari sisi yang lainnya, seperti kebutuhan berinteraksi sosial maupun eksistensi diri.
Kemampuan kelompok meramu dan mewujudkan kebermanfaatan yang ingin diterima oleh setiap individu di dalam kelompok, akan sangat mempengaruhi keberlanjutan dan kesuksesan kelompok tersebut.
*Artikel ini merupakan bagian pertama dari beberapa bagian lainnya tentang Sukses Mengelola Kelompok.
Discussion about this post