Kamis, 31/7/25 | 04:22 WIB
  • Dapur Redaksi
  • Disclaimer
  • Pedoman Pemberitaan Media Siber
  • Tentang Kami
Scientia Indonesia
  • TERAS
  • EKONOMI
  • HUKUM
  • POLITIK
  • DAERAH
  • EDUKASI
  • DESTINASI
  • LITERASI
    • ARTIKEL
    • CERPEN
    • KLINIK BAHASA
    • KREATIKA
    • PUISI
  • RENYAH
  • TIPS
No Result
View All Result
  • TERAS
  • EKONOMI
  • HUKUM
  • POLITIK
  • DAERAH
  • EDUKASI
  • DESTINASI
  • LITERASI
    • ARTIKEL
    • CERPEN
    • KLINIK BAHASA
    • KREATIKA
    • PUISI
  • RENYAH
  • TIPS
No Result
View All Result
Scientia Indonesia
No Result
View All Result
  • TERAS
  • EKONOMI
  • HUKUM
  • POLITIK
  • DAERAH
  • EDUKASI
  • DESTINASI
  • LITERASI
  • RENYAH
  • TIPS
Home LITERASI RENYAH

Sein Ke Kiri, Belok Kanan

Minggu, 11/12/22 | 11:46 WIB

Salman Herbowo
(Kolumnis Rubrik Renyah Scientia.id)

 

“Berhati-hatilah dalam  berkendaraan, utamakan keselamatan, ada keluarga menunggu di rumah”.

Begitu himbuannya, melalui iklan layanan masyarakat di media cetak atau elektronik. Iklan yang sering dijumpai di jalanan, muncul di televisi dan mungkin juga di radio. Pesan ini penting karena kecelakaan tidak mengenal siapa saja dan dapat terjadi kapan saja. Utamakan keselamatan.

Begitu juga dengan perilaku berkendaraan. Kita harus tertib. Patuhi segala aturan berlalu lintas, mulai dari perlengkapan pengemudi dan kendaraan hingga perilaku berkendaraan. Semuanya harus dipatuhi demi kenyamaan dan keselamatan berlalu lintas.

Kendaraan yang digunakan tentu harus sesuai dengan standar dan aturan berlalu lintas, misalnya adanya kaca spion, tidak menggunakan knalpot yang tidak sesuai dengan standar, hingga surat-surat kendaraan juga lengkap. Paling tidak, kendaraan yang digunakan sesuai dengan tujuan rute perjalanan. Mana tau ada kendaraan yang gunanya untuk pergi ke kebun.

BACAJUGA

Senyuman Kecil dan Mendengar: Hal Kecil yang Berdampak Besar

Crack! Sebuah Denting Kecil

Minggu, 13/7/25 | 18:39 WIB
Senyuman Kecil dan Mendengar: Hal Kecil yang Berdampak Besar

Pesan yang Tak Pernah Usai

Minggu, 06/7/25 | 16:34 WIB

Bagi saya hal “menggemaskan” justru pada cara berkendara. Dalam sebuah obrolan, seorang teman berkelakar bahwa ia selalu deg-deg kan kalau beriringan dengan pengendara yang lampu seinnya selalu hidup. Bahkan, sampai ia berhenti di tempat tujuan. Hal itu memancing tawa kami karena bukan hanya ia seorang yang mengalami itu.

Persoalan berkendara selalu menghadirkan hal unik dan filosofis untuk dibicarakan. Tindakan tidak berbelok sesuai sein yang diarahkan atau lupa menghidupkan lampu sein tentu akan berdampak buruk. Tidak hanya kepada pengemudinya, tapi juga pengendara lain yang berada di depan atau belakangnya.

Tidak sedikit pula pemberitaan kecelakaan akibat lampu sein ini. Lampu sein bukan perkara sepele. Ini menandakan arah ke mana si pengemudi hendak berbelok. Jika lampu sein yang dinyalakan sebelah kanan, pengemudi harus berbelok ke kanan, tidak ke kiri atau malah lurus. Begitu seharusnya.

Begitu pun saat pengemudi lupa menghidupkan lampu sein ketika hendak berbelok, hal ini juga berpotensi menimbulkan kecelakaan. Sama-sama berbahaya. Namun, yang cukup sering dijumpai di jalanan ialah arah belokan yang tidak sesuai dengan sisi lampu sein yang dihidupkan, misalnya sein kiri, tetapi malah belok ke kanan. Dengan banyaknya kasus serupa ini, orang-orang pun mungkin mempertanyakan Surat Izin Mengemudi (SIM) yang ia miliki.

Mengapa bisa terjadi sein kiri, tetapi malah belok kanan? Apakah ini murni keteledoran si pengendara atau kesalahpahaman dalam memahami kegunaan lampu sein? Misalnya, selama ini ia justru memahami bahwa lampu sein berguna untuk mempersilakan pengendara mendahauluinya dari sisi kiri, sebab ia akan berbelok ke kanan. Loh, bisa saja bukan? Bila memang seperti itu, si pengendara perlu mendapat edukasi lalu lintas dan mengedukasi dirinya sendiri. Sebab, pemahaman serupa itu (bila memang ada) sangat membahayakan pengendara lain, bahkan diri sendiri.

Kembali teringat kelakar obrolan teman sebelumnya, kalau sein kiri, belok kanan itu filosofis. Sebenarnya, itu sebuah kebiasaan, begitu katanya. Kebiasaan kita sering menyampaikan hal berbeda dengan yang sebenarnya dan itu berdampak buruk bagi orang lain. Paling tidak saya memahaminya sebagai sikap berbohong. Sebuah sikap yang tidak terpuji dan berpotensi besar untuk dilakukan oleh siapa saja dan mungkin juga oleh saya.

Tags: #Salman Herbowo
ShareTweetShareSend
Berita Sebelum

Mari Acuhkan Bahasa!

Berita Sesudah

Enam Kerawanan pada Pemilu Tahun 2024

Berita Terkait

Suatu Hari di Sekolah

Fiksi dan Fakta: Dua Sayap Literasi

Minggu, 27/7/25 | 16:28 WIB

Lastry Monika (Dosen Prodi Sastra Minangkabau FIB Unand/Kolumnis Rubrik Renyah)   Perdebatan soal bacaan fiksi dan nonfiksi kerap muncul di...

Sebagian Tidak Suka Orang yang Banyak Cerita

Ruang Bernama Kita

Minggu, 20/7/25 | 21:04 WIB

Lastry Monika (Dosen Prodi Sastra Minangkabau FIB Unand/Kolumnis Rubrik Renyah)   Pada 16 Februari 2025, saya pernah menulis di rubrik...

Senyuman Kecil dan Mendengar: Hal Kecil yang Berdampak Besar

Crack! Sebuah Denting Kecil

Minggu, 13/7/25 | 18:39 WIB

Salman Herbowo (Kolumnis Rubrik Renyah)   Akhir tahun lalu, saya pernah menulis tentang raket nyamuk di rubrik “Renyah” ini. Tulisan...

Senyuman Kecil dan Mendengar: Hal Kecil yang Berdampak Besar

Pesan yang Tak Pernah Usai

Minggu, 06/7/25 | 16:34 WIB

  Salman Herbowo (Kolumnis Rubrik Renyah)   Pekan lalu, tepatnya Minggu, 29 Juni 2025, saya menuliskan kembali kenangan tentang masa...

Satu Tikungan Lagi

Yang Tersembunyi di Balik Ramalan

Minggu, 29/6/25 | 19:13 WIB

Salman Herbowo (Kolumnis Rubrik Renyah)   Semasa sekolah menengah, saya dan banyak teman sebaya gemar mengakses ramalan, dari situs mistis...

Belajar dari Menunggu

Minggu, 22/6/25 | 18:32 WIB

Salman Herbowo (Kolumnis Rubrik Renyah)   Menunggu ujian bukan hanya soal duduk diam di luar ruang kelas dengan segelas air...

Berita Sesudah
Enam Kerawanan pada Pemilu Tahun 2024

Enam Kerawanan pada Pemilu Tahun 2024

Discussion about this post

POPULER

  • Eks TA TPP Kemendes PDT Provinsi Sumatera Barat, Wendriadi.[foto : ist]

    Wendriadi: Pemutusan Kontrak Sepihak TPP oleh Kemendes Cacat Prosedur

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Sumbang 12 untuk Puti Bungsu Minangkabau

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Rumah Doa Dibubarkan, Anak Terluka, Negara Tak Boleh Cukup dengan “Maaf”

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Ombudsman RI: Ada Maladministrasi dalam Pemutusan Kontrak TPP oleh Kementerian Desa

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Kepala Sekolah se-Sumbar Ikuti Workshop Mutu Pendidikan di Bukittinggi

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Mahasiswa KKN Unand Sosialisasikan PHBS dan Cyber Bullying di MAN 4 Pasbar

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Payakumbuh Lantik Kepala Sekolah dan Pengawas Baru, Fokus Tingkatkan Kualitas Pendidikan

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
Scientia Indonesia

PT. SCIENTIA INSAN CITA INDONESIA 2024

Navigate Site

  • Dapur Redaksi
  • Disclaimer
  • Pedoman Pemberitaan Media Siber
  • Tentang Kami

Follow Us

No Result
View All Result
  • TERAS
  • EKONOMI
  • HUKUM
  • POLITIK
  • DAERAH
  • EDUKASI
  • DESTINASI
  • LITERASI
    • ARTIKEL
    • CERPEN
    • KLINIK BAHASA
    • KREATIKA
    • PUISI
  • RENYAH
  • TIPS

PT. SCIENTIA INSAN CITA INDONESIA 2024