Selasa, 01/7/25 | 22:21 WIB
  • Dapur Redaksi
  • Disclaimer
  • Pedoman Pemberitaan Media Siber
  • Tentang Kami
Scientia Indonesia
  • TERAS
  • EKONOMI
  • HUKUM
  • POLITIK
  • DAERAH
  • EDUKASI
  • DESTINASI
  • LITERASI
    • ARTIKEL
    • CERPEN
    • KLINIK BAHASA
    • KREATIKA
    • PUISI
  • RENYAH
  • TIPS
No Result
View All Result
  • TERAS
  • EKONOMI
  • HUKUM
  • POLITIK
  • DAERAH
  • EDUKASI
  • DESTINASI
  • LITERASI
    • ARTIKEL
    • CERPEN
    • KLINIK BAHASA
    • KREATIKA
    • PUISI
  • RENYAH
  • TIPS
No Result
View All Result
Scientia Indonesia
No Result
View All Result
  • TERAS
  • EKONOMI
  • HUKUM
  • POLITIK
  • DAERAH
  • EDUKASI
  • DESTINASI
  • LITERASI
  • RENYAH
  • TIPS
Home LITERASI KLINIK BAHASA

Bunyi-bunyi Bahasa Indonesia

Minggu, 09/10/22 | 09:32 WIB
Oleh: Ria Febrina (Dosen Jurusan Sastra Indonesia Universitas Andalas dan Mahasiswa Program Doktor Ilmu-Ilmu Humaniora Universitas Gadjah Mada)

Sejak pandemi Covid-19, salah satu iklan yang mulai akrab di telinga masyarakat ialah iklan You C-1000 yang merupakan salah satu produk minuman bervitamin. Masyarakat percaya bahwa banyak mengonsumsi vitamin dapat membantu tubuh melawan virus ini.

Gencarnya iklan You C-1000 menyebabkan masyarakat tidak sulit melafalkan [yu si wən thouzənd]. Oleh karena nama produk ini berbahasa Inggris, tidak ada yang salah jika kita melafalkan dalam bahasa Inggris. Namun, sangat keliru jika [vitamin ce] dilafalkan dengan [vitamin si] atau [vitamin se] ketika kita sedang berbicara dalam bahasa Indonesia. Hal ini bisa dilihat pada kalimat berikut.

1. Jambu biji merupakan buah yang kaya vitamin c.
Kalimat tersebut menjadi salah jika dilafalkan dengan:
1a. Jambu biji merupakan buah yang kaya dengan vitamin [se].
1b. Jambu biji merupakan buah yang kaya dengan vitamin [si].

Bunyi [si] dan bunyi [se] bukan bunyi konsonan dalam bahasa Indonesia. Dalam Ejaan Bahasa Indonesia yang Disempurnakan Edisi V (EYD Kelima), dicantumkan bahwa huruf c dilafalkan [ce], seperti kita mengucapkan celana, ceria, dan celup. Dengan demikian, pelafalan yang benar sebagai berikut.

BACAJUGA

Serba-serbi Kritik Sosial Habis Lebaran

Dialek-dialek Bahasa Minangkabau yang (akan) Mulai Hilang

Minggu, 08/6/25 | 07:19 WIB
Dr Ria Febrina Isi Kegiatan Linguist Speak-Ngaji Linguistik edisi ke-10, Bahas Soal Linguistik Korpus

Dr Ria Febrina Isi Kegiatan Linguist Speak-Ngaji Linguistik edisi ke-10, Bahas Soal Linguistik Korpus

Rabu, 21/5/25 | 13:35 WIB

1c. Jambu biji merupakan buah yang kaya dengan vitamin [ce].

Sayangnya, kekeliruan ini juga terjadi pada sejumlah kosakata dalam bahasa Indonesia yang berawalan huruf u. Huruf u dalam bahasa Indonesia harus dilafalkan dengan [u] sebagaimana mengucapkan usaha dan ucapan. Namun, ada gejala tertentu yang dialami pengguna bahasa Indonesia bahwa pada kondisi tertentu mereka mencampurkan bunyi-bunyi bahasa Inggris ke dalam kosakata bahasa Indonesia. Tidak secara utuh, tetapi sepenggal-sepenggal, seperti kosakata berikut.

  1. unik
  2. unit
  3. universal
  4. universitas

Kata unik yang seharusnya dilafalkan dengan [unik] justru dilafalkan dengan [yunik], misalnya ketika seseorang akan mengucapkan kalimat “Mode pakaianmu sangat unik”, dilafalkan dengan “Mode pakaianmu sangat [yunik]”.

Begitu juga dengan kata unit, yang seharusnya dilafalkan dengan [unit] justru dilafalkan dengan [yunit], misalnya ketika seseorang mengucapkan kalimat “Ada unit-unit yang dibentuk oleh sekelompok orang dalam menyampaikan aspirasi”, justru dilafalkan dengan “Ada [yunit-yunit] yang dibentuk oleh sekelompok orang dalam menyampaikan aspirasi”.

Hal yang sama juga terjadi pada kata universal, yang seharusnya dilafalkan dengan [universal] justru dilafalkan dengan [yuniversal], misalnya ketika seseorang akan mengucapkan kalimat “Mari kita bahas tema lingkungan secara universal!”, justru dilafalkan dengan “Mari kita bahas tema lingkungan secara [yuniversal]!”.

Kata universitas yang seharusnya dilafalkan dengan [universitas] juga dilafalkan dengan [yuniversitas]. Misalnya, ketika seseorang akan mengucapkan kalimat “Universitas kita berhasil meraih akreditasi A”, justru dilafalkan dengan “[Yuniversitas] kita berhasil meraih akreditasi A”.

Kata-kata unik, unit, universal, dan universitas merupakan kosakata asing yang sudah diserap ke dalam bahasa Indonesia, baik berupa penyerapan sebagian maupun berupa penyerapan utuh. Pelafalan kosakata tersebut dapat menggunakan bunyi-bunyi dalam bahasa Indonesia berupa [unik], [unit], [universal], dan [universitas].

Gejala ini menunjukkan bahwa bahasa Indonesia belum menjadi jati diri bagi seorang penutur bahasa Indonesia. Dalam kajian linguistik, proses ketika seseorang membawa elemen struktural dari bahasa lama atau bahasa sumber ke dalam bahasa yang baru atau bahasa kedua disebut dengan interferensi (Bhatia, 2013). Hal ini sangat wajar karena ada dominasi atau pengaruh yang kuat dari bahasa Indonesia ke dalam bahasa asing—dalam hal ini bahasa Inggris.

Gejala ini bisa kita lihat pada kosakata bahasa Inggris yang sebagian diucapkan dengan lafal bahasa Indonesia dan sebagian lagi diucapkan dengan lafal bahasa Inggris, misalnya KFC yang merupakan singkatan dari Kentucky Fried Chicken seharusnya dilafalkan dengan [kei ef si], justru dilafalkan dengan [ka ef si]. Bunyi [ka] yang hadir pada singkatan tersebut menunjukkan bahwa bahasa Indonesia memiliki pengaruh yang kuat ketika penutur bahasa Indonesia melafalkan kata dari bahasa Inggris. Penutur bahasa Indonesia membawa elemen tersebut karena mengalami kesulitan untuk memisahkan dua bahasa yang dikuasai.

Dalam kajian linguistik, interferensi sebagai gangguan berbahasa merupakan sebuah penyakit yang dapat merusak kemurnian suatu bahasa (Chaer dan Agustina, 1998). Dalam definisi ini, kita bisa menyatakan bahwa penutur bahasa Indonesia dapat merusak kemurnian bahasa Inggris, seperti kasus KFC tadi. Namun, pada pelafalan [yunik], [yunit], [yuniversal], dan [yuniversitas], tampak bahwa penutur bahasa Indonesia tidak memiliki kompetensi bahasa Indonesia yang baik sehingga bahasa Indonesia tidak menjadi dominasi terhadap bahasa asing yang masuk. Sebaliknya, penutur bahasa Indonesia sangat mudah dipengaruhi oleh penutur bahasa asing.

Bahasa merupakan jati diri. Siapa kita akan tercermin dari bahasa. Ketika seseorang mengungkapkan bahwa dia sangat mencintai bahasa Indonesia, hal itu akan tercermin dari caranya menggunakan bahasa Indonesia. Pencinta bahasa Indonesia atau orang yang menyukai bahasa Indonesia akan melafalkan bahasa Indonesia sesuai dengan bunyi-bunyi dalam bahasa Indonesia.

Kita tidak akan mendengar kata [yunit] ketika ingin menyampaikan kata unit. Kita juga tidak akan mendengar kata [yuniversitas] ketika ingin menyampaikan kata universitas. Artinya, penutur bahasa Indonesia harus semakin menyadari posisi dalam menggunakan bahasa. Kita bisa menjadikan Anggun C. Sasmi sebagai duta bahasa. Meskipun menguasai tiga bahasa, yakni bahasa Perancis, bahasa Inggris, dan bahasa Indonesia, Anggun C. Sasmi berusaha konsisten menggunakan masing-masing bahasa.

Ketika dia menggunakan bahasa Perancis, dia berusaha tidak memasukkan kosakata bahasa Inggris ke dalamnya. Begitu juga ketika dia menggunakan bahasa Inggris atau bahasa Indonesia, dia berusaha tidak memasukkan kosakata selain bahasa tersebut. Hal ini menunjukkan bahwa Anggun C. Sasmi sangat menyadari situasi bahasa yang sedang dia hadapi. Dia menggunakan bahasa pada situasi yang tepat sehingga menunjukkan betapa sangat kompeten ia menguasai suatu bahasa.

Sangat penting kiranya kita melakukan hal yang sama dengan Anggun C. Sasmi. Tuturkanlah bahasa Indonesia sesuai dengan kaidah ketika sedang menggunakan bahasa Indonesia. Begitu juga dengan situasi bahasa asing, tuturkanlah bahasa asing apa pun—bahasa Inggris, bahasa Arab, atau bahasa daerah—sesuai dengan konteks bahasa asing tersebut.

Upaya memurnikan bahasa Indonesia pada situasi berbahasa Indonesia menunjukkan kompetensi kita sebagai pengguna bahasa Indonesia yang baik. Ketika Vietnam sudah menyatakan bahasa Indonesia sebagai bahasa resmi kedua pada Desember 2007, referensi penggunaan bahasa Indonesia bagi mereka adalah kita sebagai penutur asli bahasa Indonesia.

Hal yang sama kita lakukan ketika menggunakan bahasa Inggris sebagai bahasa komunikasi internasional. Kita merujuk penutur bahasa Inggris untuk melafalkan kosakata bahasa Inggris. Namun, ketika penutur bahasa Indonesia tidak berupaya memurnikan bahasa yang dipakai, kepada siapa mereka akan merujuk? Mari tingkatkan kemampuan berbahasa Indonesia untuk mengukuhkan bahasa Indonesia sebagai jati diri bangsa.

Tags: #Ria Febrina
ShareTweetShareSend
Berita Sebelum

Komersialisasi Tari Kecak

Berita Sesudah

Sisi Gelap Pembaca Buku

Berita Terkait

Perbedaan Kata “kepada”, “untuk”, dan “bagi”

Persoalan Kata Hidup dan Mati

Minggu, 29/6/25 | 08:02 WIB

Oleh: Reno Wulan Sari (Dosen Tamu di Busan University of Foreign Studies) Kata hidup dan mati termasuk dua kata yang...

Struktur Kalimat Peraturan Perundang-undangan

Syarat Sebuah Paragraf yang Ideal

Minggu, 22/6/25 | 20:22 WIB

Oleh: Elly Delfia (Dosen Prodi Sastra Indonesia dan S2 Linguistik FIB Universitas Andalas) Mengenal syarat paragraf yang ideal dalam membuat...

Serba-serbi Kritik Sosial Habis Lebaran

Dialek-dialek Bahasa Minangkabau yang (akan) Mulai Hilang

Minggu, 08/6/25 | 07:19 WIB

Oleh: Dr. Ria Febrina, S.S., M.Hum. (Dosen Fakultas Ilmu Budaya Universitas Andalas) Selasa lalu (3 Mei 2025) mahasiswa Sastra Indonesia...

Perbedaan Kata “kepada”, “untuk”, dan “bagi”

Perbedaan Kata “Agak”, “Sedikit”, “Cukup”, dan “Lumayan”

Minggu, 01/6/25 | 11:00 WIB

Oleh: Reno Wulan Sari (Dosen Tamu Busan University of Foreign Studies, Korea Selatan) Edisi Klinik Bahasa Scientia kali ini akan...

Struktur Kalimat Peraturan Perundang-undangan

Struktur Kalimat Peraturan Perundang-undangan

Minggu, 25/5/25 | 17:21 WIB

Oleh: Elly Delfia (Dosen Prodi Sastra Indonesia dan S2 Linguistik Universitas Andalas) Kali ini kita akan membahas tentang bahasa hukum,...

Serba-serbi Kritik Sosial Habis Lebaran

Indonesia dalam Korpus Histori Bahasa Inggris

Minggu, 18/5/25 | 10:49 WIB

Oleh: Dr. Ria Febrina, S.S., M.Hum. (Dosen Prodi Sastra Indonesia Universitas Andalas) Setelah menelusuri kosakata bahasa Indonesia dari berbagai kamus-kamus...

Berita Sesudah
Beragam Kemungkinan Seseorang Tidak Bisa Pegang Omongan

Sisi Gelap Pembaca Buku

Discussion about this post

POPULER

  • Ketua DPD Partai Golkar Sumbar terpilih, Khairunnas saat menerima dokumen persidangan. [foto : ist]

    Khairunnas Kembali Pimpin Golkar Sumbar, Terpilih Secara Aklamasi dalam Musda

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Tanda Titik pada Singkatan Nama Perusahaan

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Musda Golkar Sumbar Digelar Besok, Ketua Umum Bahlil Lahadalia dan Sejumlah Tokoh Nasional Hadir

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Sumbang 12 untuk Puti Bungsu Minangkabau

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Penggunaan Kata Depan “dari” dan “daripada” yang Tidak Tepat

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Waspada Korsleting, Yosrizal Ingatkan Warga Cek Instalasi Listrik di Rumah

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Fraksi PKB Ummat DPRD Padang: Selamat Hari Bhayangkara, Polri Harus Terus Hadir untuk Masyarakat

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
Scientia Indonesia

PT. SCIENTIA INSAN CITA INDONESIA 2024

Navigate Site

  • Dapur Redaksi
  • Disclaimer
  • Pedoman Pemberitaan Media Siber
  • Tentang Kami

Follow Us

No Result
View All Result
  • TERAS
  • EKONOMI
  • HUKUM
  • POLITIK
  • DAERAH
  • EDUKASI
  • DESTINASI
  • LITERASI
    • ARTIKEL
    • CERPEN
    • KLINIK BAHASA
    • KREATIKA
    • PUISI
  • RENYAH
  • TIPS

PT. SCIENTIA INSAN CITA INDONESIA 2024