Enam
Kupetik enam tangkai bunga di tanah melankolis sendu
Kelopaknya yang anggun, kulihat batangnya gatal berbulu
Seperti kau, dulu harap sekarang luluh
Nyatanya, sudah enam tahun berlalu
Ketidakpastian atas segala sesuatu
Mekar subur antara kini dan masa lalu
Enam tidak cukup tuk menjawab pandangan sentimental
Atau harap yang sudah dirunut hingga tetiba batal
Enam pun tak cukup tuk memohon kabul yang kental
Sudah berkali-kali hujan pada tahun keenam
Dingin dan gelap yang menyisakan kelam
Kau tinggalkan aku pada sudut jalan malam
Tanpa sebuah kepak elang yang lalu-lalang
Katanya, diri ini adalah pehobi
Yang menyukai merah jambu tanpa basa-basi
Melumat habis ikrar janji tanpa pernah ditepati
Enam, terlalu lelah tuk kembali
Berpura memilih hati bertopeng sok adil
Teringat, ketika enam, berlindung pada rumah Tuhan
Berselimut ka’bah dari hujan deras dan petir yang mengagetkan
Menunggu harap untuk segara datang memberi kepastian
Ini bukan rasa dan karsa namanya!
Penuh dengan ketidaksadaran semata!
Enam hanyalah enam, bukan sebuah tanda!
Lepaslah, maka enam pun akan bebas di udara!
Lampung, 2022
Hampa
Kucoba untuk menyusuri ruang sanubari yang hampa
Kutengok kau duduk di tengah ruang itu bersiram cahaya fana
Termenung dan mendengar ciutan orang-orang berbisa
Kutengok kau di sana, begitu gelap dan kusut berselimut tanya
Namun, kutahu Tuhan sangat apik tuk merangkai cerita
Kutahu, kau menjelma sebagai tokoh dan penokohan antagonis
Kulihat kau beberapa kali ingin keluar dari ruang ini dengan sinis
Namun, segera kututup pintu dan kubuang kunci itu keluar baris
Berharap waktu dan kenangan mengantarkan ingatan manis
Nyatanya, lelah tuk menahan suatu yang ingin pergi
Kubisikkan ke telingamu agar kau kembali cari kunci
Bukalah pintu itu lebar-lebar
Kupersilakan kau pergi tanpa kabar
Dengan hati yang penuh sabar
Bersahabatlah dengan waktu tuk menggembara ke tempat baru
Namun, menolak tuk melambai tanganmu itu
Sesungguhnya kuingin semuanya seperti dahulu
Kau berada dalam posisi lamamu
Tertawa di bukit binatang penuh harapan syahdu
Lalu, menyantap langit penuh bintang yang menyentuh kalbu
Mari kita ke ruang lain bersama membuat cerita baru
Bawa aku pergi dari ruang hampa tanpa ragu dan lagu
Bekasi, 2022
Biodata Penulis:
Roma Kyo Kae Saniro merupakan alumni Magister Ilmu Susastra Universitas Indonesia dan Dosen CPNS Jurusan Sastra Indonesia, Fakultas Ilmu Budaya, Universitas Andalas. Ia juga aktif menulis dan meneliti tentang perempuan dalam karya sastra.
Discussion about this post