
Hujan dan Macam-Macam Ketertundaan
Oleh: Salwa Ratri Wahyuni
september mengasuh nyawa bumi,
dingin, lembab, serta berkabut pekat,
radius tak lagi nyata,
sebab ketidakpastian telah mengaburkannya
dan katanya tiap tetes yang luluh adalah ketertundaan
mamalia dan satwa liar kurang suka,
sebab begitu, pun ia termasuk kegagalan
aku yang bukan bagian manapun memilih tertawa
kemudian menyesap semangkuk indomie
dengan sepotong telur mata sapi di atasnya
mereka yang berakar akan berkidung
barangkali sebuah tembang tidur
supaya bumi cepat lelap
usai menyusu seharian
Padang, 17 September 2024
Mari Menepi Sejenak, Kawan
Oleh: Salwa Ratri Wahyuni
sebab tiap manusia adalah pendusta dan munafik
maka mampir dan rehatlah sejenak, kawan
bukankah, kita kebangsaan penat yang mengagungkan rehat?
lepas topeng, serta cangkang kau lebih dulu,
telanjang pun tak mengapa
kita akan bermain peran, aku menjadi “aku”
dan kau menjadi “kau”
tiada pengharapan atau takut disalahkan,
kita hanya sedang berbahagia,
menjadi sepotong partikel paling jujur di dunia
jika sudah puas, mari berdiskusi soal puisi
lalu menenggak air putih yang dingin dan hambar
barangkali berkeliling kota?
abaikan matahari menggelegak itu
mari berdebat soal Dante, Nietzsche, atau mungkin Han Kang?
Padang, 05 November 2024
Ksatria Berkuda Hitam
Oleh: Salwa Ratri Wahyuni
jamur-jamur akan terkembang
pada penghujung bulan november
satu-dua insan berteduh di bawah tudungnya
sedang aku berlabuh di antara pilar berjudul coba
tak usah badai menari, aku sudah cukup keras dari berlian
maka akan kuproklamirkan mantra itu—dari kau yang begitu lucu
bahwa gagal sepupu jauhku
dan “coba” akan sunnah seratus kali
Padang, 29 November 2024
Sepotong Kemeja Biru Milikmu
Oleh: Salwa Ratri Wahyuni
terdapat sepotong lazuardi tertinggal di kemejamu
menimbulkan bencana bagiku
duhai, kusambut ia dengan sayang
meski rongga jantungku kosong sebagian
dan kemudian,
bahasa mana lagi yang dapat mengartikan sempurna, Tuan?
sial, betapa biru begitu cantik
bila wujud nyatanya selalu kau
Padang, 30 November 2024
Sakit
Oleh: Salwa Ratri Wahyuni
mari merayakan malam sekarat
sebab jarum di rongga jantungku
telah lama beranak pinak
ia menetaskan duri-duri jahanam
mengutuknya jadi bisu
hingga asing bertetesan
kini jantungku rongga kosong,
kepalaku hendak pecah menerka-nerka
adakah wujud nyata dari memuakkan adalah aku?
adakah bentuk paling “menjijikkan” itu aku?
sebab kau tak pernah memulai
tiada percakapan, tanya pun enggan
dan bukannya aku tuli atau bisu
hanya saja
aku hanyalah aku.
Padang, 29 November 2024
Biodata Penulis:
Salwa Ratri Wahyuni, lahir di Rengat 14 Juni 2005, saat ini merupakan mahasiswa SastraIndonesia dan bergiat di Labor Penulisan Kreatif FIB Universitas Andalas. Penulis dapat disapa melalui akun Instagram @waa.tashi