Minggu, 01/6/25 | 06:28 WIB
  • Dapur Redaksi
  • Disclaimer
  • Pedoman Pemberitaan Media Siber
  • Tentang Kami
Scientia Indonesia
  • TERAS
  • EKONOMI
  • HUKUM
  • POLITIK
  • DAERAH
  • EDUKASI
  • DESTINASI
  • LITERASI
    • ARTIKEL
    • CERPEN
    • KLINIK BAHASA
    • KREATIKA
    • PUISI
  • RENYAH
  • TIPS
No Result
View All Result
  • TERAS
  • EKONOMI
  • HUKUM
  • POLITIK
  • DAERAH
  • EDUKASI
  • DESTINASI
  • LITERASI
    • ARTIKEL
    • CERPEN
    • KLINIK BAHASA
    • KREATIKA
    • PUISI
  • RENYAH
  • TIPS
No Result
View All Result
Scientia Indonesia
No Result
View All Result
  • TERAS
  • EKONOMI
  • HUKUM
  • POLITIK
  • DAERAH
  • EDUKASI
  • DESTINASI
  • LITERASI
  • RENYAH
  • TIPS
Home LITERASI KLINIK BAHASA

Serba-serbi Kritik Sosial Habis Lebaran

Minggu, 13/4/25 | 12:56 WIB
Oleh: Dr. Ria Febrina, S.S., M.Hum. (Dosen Prodi Sastra Indonesia FIB Universitas Andalas)

Lebaran telah usai. Namun, serba-serbi tentang Lebaran belum berakhir. Salah satunya berkenaan dengan kreativitas bahasa. Ada saja plesetan-plesetan yang dihasilkan oleh masyarakat. Plesetan adalah sebuah bentuk permainan kata atau frasa yang sengaja digelincirkan maknanya untuk tujuan humor atau hiburan. Plesetan melibatkan perubahan atau penambahan suku kata, huruf, atau struktur kalimat sehingga menciptakan makna baru yang berbeda dari makna aslinya.

Di Indonesia, sejumlah plesetan dihasilkan oleh masyarakat. Ada yang menghasilkan kata, frasa, kalimat, bahkan menggubah lagu untuk menyampaikan apa yang dirasakan. Pertama, permohonan maaf. Selama Lebaran, semua masyarakat saling mengucapkan permohonan maaf melalui kalimat, “Minal aizin walfaizin, mohon maaf lahir dan batin”. Namun, kalimat ini dimanfaatkan oleh masyarakat untuk menciptakan kritik terhadap diri sendiri. Kritik tersebut dapat dilihat sebagai berikut.

(1) Setelah Lebaran, giliran ATM yang minta maaf.
“Maaf saldo Anda tidak mencukupi”

Meskipun tahu bahwa banyak uang yang dihabiskan selama Lebaran, masyarakat tidak pernah kecewa dan merasa sedih karena Lebaran menjadi satu-satunya kesempatan bagi mereka untuk mudik dan bertemu dengan keluarga di kampung halaman. Selama satu tahun mereka merantau dan bekerja mencari uang. Uang yang dikumpulkan tersebut yang dipakai untuk berbagi rezeki dengan sanak saudara di kampung.

BACAJUGA

Dr Ria Febrina Isi Kegiatan Linguist Speak-Ngaji Linguistik edisi ke-10, Bahas Soal Linguistik Korpus

Dr Ria Febrina Isi Kegiatan Linguist Speak-Ngaji Linguistik edisi ke-10, Bahas Soal Linguistik Korpus

Rabu, 21/5/25 | 13:35 WIB
Serba-serbi Kritik Sosial Habis Lebaran

Indonesia dalam Korpus Histori Bahasa Inggris

Minggu, 18/5/25 | 10:49 WIB

Kedua, mengubah lirik lagu. Setelah Lebaran berakhir, masyarakat dengan sangat kreatif mengubah sejumlah lirik lagu, baik yang bertema Idulfitri maupun tidak. Lirik lagu bertema Idulfitri yang diubah dapat dilihat sebagai berikut.

(2) Ketipak ketipuk sayang
     Libur lebaran sudah habis ke sayang?
    Kalau sudah mari bekerja
    Selamat kembali kerja, semua!
    (Ketipak Ketipuk Raya, 2024)

Lagu “Ketipak Ketipung Raya” merupakan kolaborasi karya penyanyi Malaysia, Aisha Retno dan musisi Brunei Darussalam, Aziz Harun. Lagu yang dirilis pada Kamis, 21 Maret 2024 ini diciptakan oleh Aisha Retno, Aziz Harun, dan Glowrush. Lagu “Ketipak Ketipung Raya” menjadi musik latar untuk konten-konten bertemakan Idulfitri di Indonesia sejak 2024 lalu.

Pada lagu “Ketipak Ketipung Raya”, masyarakat Indonesia mengubah beberapa lirik, yaitu (i) baju raya ‘dah beli dengan libur lebaran ‘dah habis; (ii) kalau sudah, mari beraya dengan kalau sudah, mari bekerja; dan (iii) selamat hari raya, semua dengan selamat bekerja, semua. Jika dilihat kosakata yang dipilih, tampak bahwa muncul makna tidak menyenangkan setelah Lebaran.

Jika kosakata Lebaran berkenaan dengan baju raya, beraya, dan hari raya, kosakata setelah Lebaran justru berkenaan dengan libur lebaran habis, mari bekerja, dan selamat bekerja. Hari Raya memberikan waktu yang santai untuk berkumpul bersama keluarga, sedangkan bekerja memberikan waktu yang berat karena akan ada lagi pekerjaan, tekanan, dan kesibukan yang membuat waktu bersama keluarga menjadi hilang.

Berbeda dengan lirik lagu “Ketipak Ketipung Raya”, ada satu lagi lagu dari Malaysia yang populer di Indonesia. Namun, lirik lagu ini justru menjadi kritik sosial karena di tengah kebahagiaan Lebaran, masih ada masyarakat yang mengalami kondisi ekonomi yang tidak baik. Jika Lebaran menjadi kesempatan untuk membeli baju raya, berbagi tunjangan hari raya, lagu ini justru menunjukkan bahwa Hari Raya bagi sebagian orang juga ada yang menyedihkan.

(3) Petang-petang semua happy
     Hanya aku yang sendiri

Frasa semua happy menjelaskan bahwa semua orang menyambut Idulfitri dengan penuh kebahagiaan, tetapi aku dalam lirik lagu tersebut justru merasa sendiri. Faktor yang menyebabkan dia bersedih hati adalah sejumlah hal yang tercantum dalam lirik berikut.

(4) Nak beli tiket dah tak sempat
     Nak sewa kereta dah terlambat
     …
    Kuih raya tak jadi-jadi
    Kelam-kabut anyam ketupat
    Rendang hangus dalam kualt
    …
    Baju raya pun lupa beli

Potongan lirik dalam lagu tersebut menjelaskan betapa tidak beruntungnya aku lirik. Dia tidak sempat membeli tiket pesawat, tidak bisa menyewa mobil karena sudah terlambat, tidak sempat membuat kue raya, tidak selesai menganyam ketupat, rendang yang dibuat menjadi hangus, serta juga tidak sempat membeli baju raya. Di satu sisi, hal tersebut menunjukkan bahwa ada orang-orang yang tidak beruntung secara finansial dalam menyambut Hari Raya. Namun, di sisi lain, irama riang yang mengiringi lagu tersebut menjelaskan bahwa kondisi tersebut tidak menyebabkan orang-orang berhenti merayakan Idulfitri. Mereka akan selalu bersukaria menyambut hari raya.

Meskipun lagu tersebut sudah menjadi kritik sosial, masyarakat tetap kreatif menciptakan kritik lainnya. Hal ini tampak pada beberapa lirik yang diubah sebagai berikut.

(5) Alamak kerja lagi
    Cuti raya dah habis hari ini
    (Alamak Raya Lagi, 2024)

Lagu “Alamak Raya Lagi!” merupakan lagu yang dibawakan oleh penyanyi trio Malaysia, De Fam. Mereka terdiri atas Azira Shafinaz, Sophia Liana, dan Cik Manggis. Lagu yang diciptakan oleh Faithful Music ini juga dirilis pada Maret 2024. Pada lirik lagu ini, ada kritik lain yang disampaikan, yaitu (i) raya lagi menjadi kerja lagi dan (ii) kuih raya tak jadi-jadi menjadi cuti raya dah habis hari ini. Hal tersebut menunjukkan bahwa ada masyarakat yang tidak mengalami hal-hal baik, baik pada waktu sebelum Idulfitri maupun pada waktu setelah Idulfitri.

Selain lagu bertema Idulfitri, ada satu lagi lagu yang tidak bertema Idulfitri, tetapi menjadi plesetan. Lagu yang dimaksud adalah lagu Korea yang populer di Indonesia berkat film Squid Game. Lirik lagu asli dapat dilihat sebagai berikut.

(6) Rallallalla jeulgeoupge chumchuja
     Ring a ring a ring a ring a ring a ring
     Ring a ring a ring a ring a ring a ring

Namun, masyarakat Indonesia membuat status media sosial dengan mengubah lirik tersebut menjadi dua hal, yaitu:

(7) Terpantau setelah Lebaran, isi dompet dan ATM:
     ring garing garing garing garing garing
    ring garing garing garing garing garing

(8) Terpantau setelah Lebaran, isi dompet dan ATM:
     ring kering kering kering kering kering
     ring kering kering kering kering kering

Ada dua kata yang dipakai dalam status tersebut untuk menunjukkan kondisi setelah Lebaran, yaitu garing dan kering. Kedua kata ini bersinonim dalam KBBI yang merujuk pada kata kering yang bermakna ‘sudah habis atau kosong (tentang uang dan sebagainya)’.

Selain plesetan ini, masih banyak plesetan lain yang menunjukkan kondisi fisik masyarakat Indonesia. Di antaranya konten yang menunjukkan bahwa sebelum Lebaran orang-orang pamer baju, kue, dan piknik, sekarang setelah Lebaran, masyarakat pamer koyo di kepala karena uang habis. Konten-konten tersebut merupakan kritik sosial cenderung ditujukan kepada diri sendiri karena hampir semua masyarakat mengalami hal yang sama. Bagi orang yang memiliki finansial baik, uang tersebut hanya berkurang dalam tabungan, tetapi bagi orang-orang yang memiliki finansial kurang baik, uang dalam tabungan benar-benar menjadi habis.

Namun, satu hal yang menarik dari fenomena dan juga kreativitas bahasa yang terjadi selama Lebaran adalah, tidak satu pun orang menyesali dan jera terhadap yang terjadi. Jika Lebaran datang lagi tahun depan, mereka akan melakukan hal yang sama. Hal tersebut terjadi karena ini merupakan kebiasaan yang telah menjadi sebuah tradisi.  Orang-orang saling memahami bahwa cara-cara yang dilakukan ini merupakan yang paling baik dan paling benar sehingga menjadi adat kebiasaan turun-temurun yang harus dilakukan. Begitulah kemudian, realitas membentuk bahasa dan sebaliknya, bahasa juga membentuk realitas kehidupan masyarakat.

Tags: #Ria Febrina
ShareTweetShareSend
Berita Sebelum

Pembentukan Identitas Hibrid Tokoh Imigran dalam Dua Cerpen karya Vladimir Kaminer

Berita Sesudah

Viral Vidio Kemacetan di Jalur Lintas Sumatera, Kabiro Adpim Sumbar: Tidak Ada Penutupan Jalan

Berita Terkait

Struktur Kalimat Peraturan Perundang-undangan

Struktur Kalimat Peraturan Perundang-undangan

Minggu, 25/5/25 | 17:21 WIB

Oleh: Elly Delfia (Dosen Prodi Sastra Indonesia dan S2 Linguistik Universitas Andalas) Kali ini kita akan membahas tentang bahasa hukum,...

Serba-serbi Kritik Sosial Habis Lebaran

Indonesia dalam Korpus Histori Bahasa Inggris

Minggu, 18/5/25 | 10:49 WIB

Oleh: Dr. Ria Febrina, S.S., M.Hum. (Dosen Prodi Sastra Indonesia Universitas Andalas) Setelah menelusuri kosakata bahasa Indonesia dari berbagai kamus-kamus...

Perbedaan Kata “kepada”, “untuk”, dan “bagi”

Mengenal Angka Romawi

Minggu, 11/5/25 | 07:47 WIB

Oleh: Reno Wulan Sari (Dosen Tamu di Busan University of Foreign Studies) Angka romawi menjadi salah satu angka yang digunakan...

Memaknai Kembali Arti THR

AI dan Kecerdasan Bahasa Indonesia

Minggu, 04/5/25 | 13:26 WIB

Oleh: Elly Delfia (Dosen Prodi Sastra Indonesia dan S2 Linguistik Universitas Andalas) Pengaruh AI (Artificial Intelligence) atau kecerdasan buatan tidak...

Perbedaan Kata “kepada”, “untuk”, dan “bagi”

Makna Kata “Cukup” yang Tak Secukupnya

Minggu, 27/4/25 | 09:02 WIB

Oleh: Reno Wulan Sari (Dosen Tamu di Busan University of Foreign Studies) Pembahasan Klinik Bahasa Scientia kali ini akan mengulik...

Memaknai Kembali Arti THR

Memaknai Kembali Arti THR

Minggu, 06/4/25 | 12:37 WIB

Oleh: Elly Delfia (Dosen Prodi Sastra Indonesia dan Prodi S2 Linguistik Universitas Andalas) Salah satu fenomena yang menarik saat Hari...

Berita Sesudah
Viral Vidio Kemacetan di Jalur Lintas Sumatera, Kabiro Adpim Sumbar: Tidak Ada Penutupan Jalan

Viral Vidio Kemacetan di Jalur Lintas Sumatera, Kabiro Adpim Sumbar: Tidak Ada Penutupan Jalan

POPULER

  • Kualitas Aspal Jalan di Kecamatan IV Koto Agam Dipertanyakan

    Kualitas Aspal Jalan di Kecamatan IV Koto Agam Dipertanyakan

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Libur Panjang 29 Mei – 1 Juni 2025, Ini Rekomendasi Wisata Seru di Kota Padang

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Klarifikasi Wali Nagari Koto Gadang, Lahan Sawit yang Dipinjamkan ke Petani Akan Diremajakan

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Firdaus : Welly Suhery, Kader PKB untuk Masyarakat Pasaman

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Bukittinggi Harus Bisa Tarik Banyak Minat Wisatawan Berkunjung

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Welly Suhery dan Parulian Resmi Dilantik sebagai Bupati dan Wakil Bupati Pasaman 2025–2030

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Tanda Titik pada Singkatan Nama Perusahaan

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
Scientia Indonesia

PT. SCIENTIA INSAN CITA INDONESIA 2024

Navigate Site

  • Dapur Redaksi
  • Disclaimer
  • Pedoman Pemberitaan Media Siber
  • Tentang Kami

Follow Us

No Result
View All Result
  • TERAS
  • EKONOMI
  • HUKUM
  • POLITIK
  • DAERAH
  • EDUKASI
  • DESTINASI
  • LITERASI
    • ARTIKEL
    • CERPEN
    • KLINIK BAHASA
    • KREATIKA
    • PUISI
  • RENYAH
  • TIPS

PT. SCIENTIA INSAN CITA INDONESIA 2024