Oleh: Dini Maulia
(Dosen Prodi Sastra Jepang Universitas Andalas dan Mahasiswa Program Doktor Ilmu-Ilmu Humaniora Universitas Gadjah Mada)
Sejak tingkat sekolah dasar, kita telah mengenal bahwa susunan suatu konstruksi kalimat terdiri dari subjek, predikat, dan objek yang disingkat dengan SPO. Adapun konstruksi kalimat yang lebih lengkap, memiliki keterangan di dalamnya dan disingkat menjadi SPOK (subjek, predikat, objek, dan keterangan). Ketika kita mengenal subjek, predikat, objek, dan keterangan sebagai bagian yang membangun sebuah kalimat, kita telah mengenal posisi sebuah kata di dalam struktur kalimat. Kata-kata yang mengisi posisi di dalam kalimat tersebut dapat dibedakan lagi sesuai kategori atau kelas kata yang dalam istilah bahasa Inggris disebut dengan part of speech. Bahasa di dunia memiliki klasifikasi part of speech yang dipengaruhi oleh tipologi bahasa. Tipologi bahasa selain membedakan posisi kata dalam membentuk konstruksi kalimat, juga mengklasifikasikan part of speech sesuai dengan karakteristik bahasa.
Dalam bidang ilmu linguistik, klasifikasi kelas kata lebih merujuk kepada definisi gramatikal dibandingkan definisi semantis. Adapun perbedaan kelas kata pada suatu kata dengan kata yang lainnya lebih memungkinkan dibedakan berdasarkan posisi yang diisi kata tersebut di dalam kalimat dibandingkan definisi kata tersebut secara semantis. Pengklasifikasian kategori atau kelas kata dilakukan para linguis untuk melakukan investigasi terhadap bahasa-bahasa yang tidak familiar sehingga dapat digeneralisasi berdasarkan klasifikasi part of speech (Schachter dan Shopen, 2007:1).
Robin mengklasifikasikan part of speech menjadi open classes dan closed classes (1964:230). Open classes merujuk pada kelompok kata yang keanggotaannya memiliki aturan tidak terbatas, bervariasi dari waktu ke waktu, dan memiliki perbedaan bentuk dari suatu penutur dengan penutur lainnya. Berbeda dengan closed classes yang mengacu pada kelompok kata yang memiliki keanggotaan tetap dan biasanya berada dalam jumlah kecil, yang secara mendasar memiliki aturan yang sama untuk semua penutur bahasa atau dialek.
Kelas kata terbuka atau open classes dapat dilihat pada jenis nomina (kata benda), verba (kata kerja), adjektiva (kata sifat), dan adverbia (kata keterangan), sedangkan kelas kata tertutup atau closed classes dapat dilihat pada jenis pronomina (kata ganti) dan konjungsi (kata hubung). Klasifikasi ini berbeda untuk setiap bahasa yang juga dipengaruhi oleh tipologi bahasa tersebut. Definisi maupun klasifikasi kategori atau kelas kata dapat diuraikan dengan cara yang berbeda secara semantis maupun gramatikal.
Nomina sebagai salah satu kategori kelas kata terbuka juga dapat didefinisikan dan diklasifikasikan dengan sudut pandang yang beragam. Misalnya saja, secara semantis, nomina atau yang juga dikenal dengan istilah kata benda dalam definisi tradisional merujuk pada penamaan terhadap orang, tempat, dan benda. Definisi ini dikatakan Schachter dan Shopen dapat melampaui definisi gramatikal dan lebih mengarah pada definisi nomina secara semantis (2007:5).
Definisi semantis terhadap nomina juga diajukan oleh Langacker (1987) dan Wierzbicka (1986) yang mengatakan bahwa nomina merupakan wilayah cakupan dalam suatu domain kata. Langacker kemudian menguraikan secara semantis bagaimana sebuah nomina dalam bahasa Inggris dapat dibedakan menjadi count nouns dan non count atau mass nouns dikatakan oleh Langacker memiliki referen yang terbatas atau bounded dalam ruang yang memiliki entitas tunggal sehingga dapat membentuk kelompok entitas berupa kerumunan.
Nomina yang memiliki karakteristik untuk membentuk sebuah kerumunan perlu ditandai secara ruang dengan proses infleksi untuk menandai jumlah jamak. Hal ini kemudian menyebabkan nomina seperti dog, tree, dan lainnya memiliki penanda dalam bentuk jamak di dalam bahasa Inggris.
Berbeda dengan nomina yang termasuk dalam jenis non count atau mass nouns. Nomina jenis ini memiliki ruang yang tidak terbatas sehingga sulit untuk menentukan perluasan jumlah. Oleh karenanya, nomina seperti milk, sincerity, dan lainnya tidak memiliki penanda jamak di dalam bahasa Inggris.
Definisi semantis terhadap nomina juga dikemukakan Wierzbicka untuk membedakannya dengan kategori dan adjektiva. Dalam uraian Wierzbicka dikatakan bahwa nomina lebih cenderung digunakan untuk menggambarkan entitas keadaan yang bersifat permanen, sedangkan adjektiva digunakan untuk keadaan yang sementara dan kurang mencolok.
Wierzbicka memberikan contoh kalimat she is a cripple dalam bahasa Inggris. Dalam kalimat tersebut, nomina cripple lebih tepat digunakan untuk menggambarkan keadaan yang permanen. Bedakan dengan kalimat she is sick, adjektiva sick dalam kalimat menunjukkan keadaan yang lebih bersifat sementara dalam waktu tertentu dan dapat berubah. Karena perbedaan definisi semantis di antara nomina dan adjektiva, dalam pandangan Wierzbicka, nomina lebih mudah disematkan pada referen tertentu dibandingkan adjektiva.
Definisi kategori atau kelas kata secara gramatikal dapat dilihat pada fungsi kata di dalam sebuah kalimat. Kategori atau kelas kata dapat dibedakan secara morfologis maupun sintaksis berdasarkan gender, kasus, dan ketakrifan. Perbedaan kasus pada nomina akan ditandai ketika menempati fungsi subjek, objek langsung, dan objek tak langsung di dalam kalimat (Schachter dan Shopen, 2007:7).
Definisi gramatikal akan menguraikan kategori atau kelas kata berdasarkan konstituen penanda atau proses gramatikal yang dapat terlibat pada kata tersebut. Misalnya, dalam kalimat bahasa Jepang kodomo wa gakkou de eigo o benkyoushimasu ‘Anak-anak belajar bahasa Inggris di sekolah’. Terdapat tiga nomina kodomo ‘anak-anak’ , gakkou ‘sekolah’, dan eigo ‘bahasa Inggris’ di dalam kalimat tersebut. Ketiga nomina memiliki fungsi berbeda yang dapat dilihat pada posposisi yang digunakan dalam kalimat. Nomina kodomo memiliki penanda partikel wa yang menunjukkan subjek dalam kalimat, nomina gakkou diikuti partikel de untuk menunjukkan keterangan tempat, dan nomina eigo diikuti partikel o untuk menandai objek dalam kalimat.
Definisi gramatikal terhadap nomina juga dapat dilihat bagaimana kategori atau kelas kata nomina dibedakan menjadi common nouns dan proper nouns. Common nouns merujuk pada suatu kelompok seperti kata girl, city, dan lainnya dalam bahasa Inggris, sedangkan proper nouns merujuk pada kata dengan referen yang lebih spesifik, seperti Marry, Boston, dan lainnya. Dalam bahasa Inggris, common nouns dan proper nouns akan dibedakan berdasarkan penggunaan kata sandang atau articles, sedangkan dalam bahasa Tagalog yang tidak memiliki kata sandang di dalam sistem bahasanya, membedakan common nouns dan proper nouns dengan menggunakan pemarkah kasus dan pemarkah topik.
Bahasa Indonesia juga memiliki klasifikasi nomina yang dapat dibedakan berdasarkan acuannya (Moeliono, dkk, 2017:259). Jenis nomina ini berbeda secara gramatikal berdasarkan proses pengulangan yang dapat terjadi pada kata tersebut. Kata seperti guru, meja, dan lainnya digolongkan sebagai nomina terbilang karena dapat mengalami proses pengulangan menghasilkan kata guru-guru dan meja-meja. Berbeda dengan kata seperti, rambut, hormat, dan lainnya yang digolongkan ke dalam nomina tak terbilang karena tidak dapat mengalami proses pengualangan untuk menunjukkan jumlah jamak. Apabila dibentuk menjadi kata ulang, kata *rambut-rambut dan *hormat-hormat menjadi bentuk yang tidak lazim digunakan dalam bahasa Indonesia (Moeliono, dkk, 2017:259).
Masing-masing bahasa memiliki definisi serta klasifikasi kategori atau kelas kata yang berbeda di antara satu dan lainnya. Sebagian karakteristik dapat digeneralisasi, namun sebagian lainnya memiliki kaidah tersendiri yang sebagian besar dipengaruhi oleh tipologi bahasa.