Salman Herbowo
(Kolumnis Rubrik Renyah)
Pada tahun 2022, saya pernah menulis tentang bijak dalam bermedia sosial di rubrik Renyah ini. Saya kira topik media sosial memang tidak ada habisnya untuk dibahas. Selalu ada hal baru yang bisa diulik dari berbagai sudut pandang. Kali ini saya ingin mengupasnya lagi, tentu dengan perspektif yang lebih segar dan relevan dengan kondisi saat ini.
Media sosial kini telah menjadi bagian tak terpisahkan dari keseharian kita. Lewat media sosial, kita bisa terhubung dengan siapa saja, mendapatkan beragam informasi, hingga membangun citra diri. Namun, di balik segala kemudahan itu, kita perlu lebih dari sekadar menjadi pengguna, tapi mampu menjadi pengendali.
Dalam perjalanan saya kembali ke media sosial, saya mencoba untuk lebih selektif dalam penggunaannya. Saya mulai dengan menentukan tujuan yang jelas: apakah saya ingin sekadar hiburan, mencari informasi, atau membangun koneksi profesional? Dengan begitu, saya bisa mengontrol diri agar tidak terjebak dalam scrolling tanpa arah yang hanya membuang waktu.
Salah satu langkah yang saya lakukan untuk lebih bijak dalam bermedia sosial adalah menyortir akun-akun yang saya ikuti. Dulu, saya sering mengikuti banyak akun hanya karena sedang viral atau sekadar ikut-ikutan teman. Tapi sekarang, saya lebih selektif dengan hanya mengikuti akun bermanfaat, seperti akun yang berbagi konten edukatif atau hiburan (biasanya konten humor).
Meskipun sudah berusaha untuk lebih bijak, godaan media sosial tetap saja sulit dihindari. Ada kalanya saya kembali terjebak dalam hal-hal yang tidak bermanfaat dalam bermedia sosial. Begitulah media sosial, selalu menghadirkan kejutan yang tak terduga dan bergerak begitu cepat, seolah-olah ada hal baru yang harus diikuti setiap saat.
Meski begitu, saya sadar bahwa menjauh sepenuhnya dari media sosial bukanlah pilihan yang bijak. Di era serba cepat seperti sekarang, media sosial justru menjadi sumber informasi yang paling aktual. Dengan tetap aktif, saya bisa dengan mudah mendapatkan informasi terkini, terutama tentang hal-hal penting seperti kondisi lalu lintas yang sangat berguna untuk mobilitas sehari-hari.
Pada akhirnya, bermedia sosial itu ibarat menikmati hidangan prasmanan. Berlimpah pilihan, menggoda selera, tapi tidak semuanya perlu kita ambil. Jika tidak bijak memilah, kita bisa saja kalap, mengambil terlalu banyak, dan akhirnya merasa ‘kekenyangan’ informasi yang justru membebani pikiran. Alih-alih merasa terhubung, kita malah tenggelam dalam arus yang tak berujung. Maka, yang terpenting adalah menikmati media sosial dengan kesadaran. Memilih yang benar-benar memberi manfaat, dan sesekali mengambil jeda agar kita tetap bisa menikmati hidup yang nyata.