
Kata –nya sangat sering digunakan di dalam bahasa Indonesia. Frekuensi penggunaan kata –nya yang begitu tinggi, terkadang membuat kata ini juga ditempatkan di dalam konteks yang sesungguhnya tidak diperlukan. Untuk itu, mari kita pahami kembali, apa sebenarnya makna dari kata –nya agar kita bisa mengerti mengapa kata ini sering sekali digunakan di dalam percakapan sehari-hari.
Sebelum memahami maknanya, kita perlu melihat cara penulisan kata –nya yang sesuai dengan kaidah ejaan bahasa Indonesia. Pertama, kata –nya ditulis serangkai dengan kata sebelumnya (tanpa spasi) seperti tasnya (tas + -nya), bajunya (baju + -nya), dan negaranya (negara + -nya). Kedua, kata -nya diawali dengan huruf kapital N jika kata ini digunakan sebagai kata ganti Tuhan. Karena kata ini dimulai dengan huruf kapital N, maka sebelum kata -nya harus didahului dengan tanpa pisah (-), seperti larangan-Nya, hamba-Nya, di sisi-Nya, dan petunjuk-Nya. Penggunaan tanda pisah (-) pada contoh ini diperlukan karena antara kata -nya dan kata sebelumnya tidak memiliki huruf yang sama (huruf kecil) sehingga tidak bisa langsung digabung seperti laranganNya. Hal ini juga berlaku sebaliknya. Jika kata sebelumnya berupa singkatan yang semuanya berhuruf kapital, sebelum kata -nya juga perlu diberi tanda pisah (-), seperti KTP-nya dan SIM-nya. Alasannya sama dengan sebelumnya, antara singkatan (huruf kapital) dan -nya tidak memiliki jenis huruf yang sama (tidak semuanya kapital).
Setelah memahami cara penulisan kata -nya, pembahasan ini akan beralih ke fungsi dari kata tersebut. Berikut ini adalah beberapa makna dan fungsi kata –nya. Pertama, kata –nya digunakan sebagai pengganti kata kepemilikan dari orang ketiga tunggal, yaitu dia, beliau, atau seseorang yang sedang dibicarakan. Contoh dari uraian ini adalah buku dia (bukunya), nama beliau (namanya), sepatu adik saya (sepatunya), dan mobil laki-laki itu (mobilnya). Kata –nya yang berperan sebagai pengganti kata kepemilikan biasanya digunakan sebagai rujukan pronomina atau kata petunjuk orang yang telah disebutkan sebelumnya di dalam kalimat tersebut, seperti:
- Dia sedang mencari bukunya (kata –nya digunakan sebagai rujukan untuk subjek dia).
- Beliau bingung karena namanya tidak ada di dalam daftar ini (kata –nya digunakan sebagai rujukan untuk subjek beliau).
- Adik saya sedang mencuci sepatunya (kata –nya digunakan sebagai rujukan untuk subjek adik saya).
- Hari ini, laki-laki itu tidak mengendarai mobilnya (kata –nya digunakan sebagai rujukan untuk laki-laki itu).
Kedua, hampir sama dengan poin pertama, kata -nya masih berlaku sebagai penanda kepemilikan. Akan tetapi, dalam hal ini, kata -nya digunakan sebagai penegasan. Contoh dari poin ini adalah bukunya Rani, sepatunya Cilla, dan rumahnya nenek. Sesungguhnya, dalam contoh ini, kata -nya tidak terlalu dibutuhkan, tetapi di dalam percakapan sehari-sehari sering digunakan. Frasa bukunya Rani tidak berbeda dengan buku Rani (tanpa -nya), sepatunya Cilla tidak berbeda dengan sepatu Cilla, dan rumahnya nenek tidak berbeda dengan rumah nenek. Namun, dalam konteks lain, kata -nya yang sesuai dengan poin ini memiliki peran yang sangat penting ketika digabungkan dengan beberapa kata yang membingungkan seperti kata ibu. Kata ibu menjadi cukup unik dari panggilan orang tua lainnya karena bisa dipasangkan dengan dua lawan kata rujukan untuk laki-laki, yaitu ayah dan bapak. Kata ibu bisa dipasangkan dengan bapak, bisa juga dipasangkan dengan ayah. Jika kata ibu dipasangkan dengan ayah, kita bisa mudah memahami bahwa dua panggilan ini tertuju untuk orang tua. Jika kata ibu dipasangkan dengan bapak, kita memiliki dua kemungkinan referen. Pertama, panggilan umum untuk laki-laki dan perempuan dewasa. Kedua, panggilan untuk orang tua juga. Akan tetapi, kata bapak dan ibu pada umumnya digunakan untuk laki-laki dan perempuan dewasa (terutama dalam ranah pekerjaan, pidato, dan sebagainya), seperti dalam tuturan pidato: Bapak dan Ibu yang saya hormati.
Berdasarkan pemahaman tersebut, jika ada nama setelah kata bapak dan ibu, kita bisa mengetahui bahwa nama tersebut adalah nama dari bapak dan ibu yang sedang dibicarakan. Berikut ini adalah contoh-contoh penggunaannya:
- Rapat kali ini akan dipimpin oleh Bapak Anton.
- Semua pegawai sudah Bersiap menunggu kedatangan Ibu Riana.
- Acara itu akan dibuka oleh Bapak Galih.
Lalu bagaimana dengan kata ayah dan ibu? Karena kata ayah dan ibu digunakan untuk panggilan orang tua (bukan panggilan untuk masyarakat umum lainnya, hanya untuk anak dari orang tua itu), jika setelah kata itu ada nama, kita bisa memahami bahwa nama tersebut adalah nama anaknya (bukan namanya sendiri), seperti:
- Saya akan bertemu dengan ayah Maya (ayah dari Maya).
- Kemarin, saya melihat ayah Bella masuk ke ruang kepala sekolah (ayah dari Bella).
- Bu, tadi saya bertemu dengan ayah Dayana di masjid. Beliau memberi saya minuman ini (ayah dari Dayana).
Untuk kata ayah, hal ini tidak cukup membingungkan. Akan tetapi, ketika kata ibu ditambah dengan nama orang, ini sedikit membingungkan. Apakah kata ibu yang dimaksud adalah ibu panggilan umum (untuk perempuan dewasa, pasangan kata bapak) atau ibu panggilan untuk orang tua (pasangan kata ayah)? Mari kita baca kalimat berikut: Guru kami mengatakan ibu Maya akan datang ke sekolah. Siapa ibu Maya? Apakah ibu dari Maya atau seorang ibu yang bernama Maya? Jika kalimat ini ditulis dengan huruf kapital yang tepat, tidak akan ada kerancuan, seperti:
- Guru kami mengatakan Ibu Maya akan datang ke sekolah (kata ibu yang diawali huruf kapital I, bermakna seorang ibu yang bernama Maya).
- Guru kami mengatakan ibu Maya akan datang ke sekolah (kata ibu yang tidak diawali huruf kapital i, bermakna ibu dari Maya).
Namun, jika kalimat ini diucapkan, kita akan sedikit bingung (sebab tidak ada penanda huruf kapital dalam bahasa lisan). Bagaimana cara membedakannya? Di sinilah, kata -nya memiliki peran yang penting, seperti: Guru kami mengatakan ibunya Maya akan datang ke sekolah. Frasa ibunya Maya memberi penegasan bahwa ibu itu milik anaknya yang bernama Maya (ibu dari Maya). Untuk konteks ini, kata –nya memang sangat dibutuhkan.
Ketiga, kata -nya digunakan sebagai kata ganti untuk petunjuk orang atau benda lainnya. Kata –nya dalam konteks ini kembali digunakan untuk orang ketiga tunggal (dia, beliau, atau seseorang), tetapi bukan bermakna kepemilikan. Kata –nya dalam konteks ini memiliki peran yang sama seperti objek di dalam kalimat. Berikut ini adalah contoh penggunaannya:
- Dia adalah orang yang selalu ada di sampingku. Aku sangat mencintainya.
- Dia harus tahu tentang ini. Aku akan menghubunginya
- Hingga saat ini, aku belum menemukan surat itu. Aku akan mencarinya
Keempat, kata –nya digunakan untuk membuat sebuah kalimat terasa lebih ringan. Kata –nya dalam konteks ini sering digunakan ketika menanyakan nama atau sesuatu yang dimiliki seseorang kepada orang tersebut. Kita sering mendengar tuturan berikut:
- Halo, Dik. Namanya siapa?
- Hai, Kak. Kalau boleh tahu, namanya siapa?
- Ih kamu lucu banget, namanya siapa sih?
- Permisi, Dek. Mamanya ada?
Secara harfiah, kata –nya di sini memang tidak tepat digunakan (karena kita bertanya langsung tentang sesuatu yang dimiliki oleh orang tersebut, bukan orang lain). Akan tetapi, kata –nya membuat kalimat yang berkaitan dengan pertanyaan kepemilikan ini menjadi lebih santai dan tidak terlalu kaku. Kita bisa membandingkannya dengan contoh berikut:
- Halo, Dik. Nama adik siapa?
- Halo, Dik. Nama kamu siapa?
- Hai, Kak. Kalau boleh tahu, nama kakak siapa?
- Hai, Kak. Kalau boleh tahu, nama Anda siapa?
- Ih, kamu lucu banget, nama kamu siapa sih?
- Permisi, Dek. Mama kamu ada?
Kelima, kata –nya digunakan sebagai pengganti sangat, sekali, atau banget. Biasanya, kata-kata ini sering digunakan dalam tuturan ekspresi informal, seperti:
- Duh, cantiknya…
- Dinginnya kota ini…
- Ya ampun lucunya…
Keenam, kata –nya digunakan sebagai rujukan untuk kata itu sendiri. Kita bisa melihat contoh-contoh berikut:
- Bagaimana acaranya? Sukses? (kata –nya digunakan sebagai rujukan acara yang dimaksud. Jika kata –nya tidak digunakan di dalam kalimat ini, maknanya tidak akan bisa diterima dengan baik, seperti bagaimana acara? Sukses?)
- Bagaimana ujiannya? Lancar?
- Masalahnya apa sih?
- Bukan itu masalahnya, tapi…
Ketujuh, kata –nya digunakan untuk merujuk suatu sumber yang tidak jelas atau suatu sumber yang disamarkan (tidak ingin disebutkan). Kita bisa melihat contoh-contoh berikut:
- Eh, kabarnya kakakmu akan menikah ya? (kata kabarnya di sini merujuk suatu sumber informasi tetapi sumber tersebut tidak jelas atau tidak diutarakan dengan gamblang).
- … katanya sih begitu. Tapi aku juga nggak tahu, benar atau salah.
Kedelapan, kata –nya memberi makna lain dari suatu kata. Dalam konteks ini, kita bisa mengambil dua contoh kata yang sering digunakan di dalam kehidupan sehari-hari, yaitu biasa dan seperti. Kata biasa dan seperti jika ditambah dengan kata –nya akan memiliki makna yang berbeda. Kita bisa melihat contoh perbedaannya sebagai berikut:
- biasa dan biasanya
- Menurutku, film itu biasa saja (tidak istimewa).
- Kabarku biasa saja (tidak ada yang istimewa).
- Harga tiket pada hari biasa lebih murah daripada akhir pekan (bukan hari libur).
- Biasanya, saya naik bus ke sana (rutinitas).
- Saya biasanya makan siang di sana (rutinitas).
- Biasanya, ibu saya datang setiap akhir pekan (rutinitas).
- seperti dan sepertinya
- Cara berjalan orang itu seperti ibu saya (menyerupai).
- Karakter kakak saya sangat mirip seperti ayah saya (menyerupai).
- Saya tidak suka film seperti
- Sepertinya, hari akan hujan (prediksi atau kemungkinan).
- Maaf, sepertinya besok saya tidak bisa datang (kemungkinan).
- Sepertinya, dia sedang sedih (prediksi atau kemungkinan).
Sesungguhnya, kata -nya sangat sering digunakan. Oleh sebab itu, tidak menutup kemungkinan masih banyak berbagai fungsi lainnya yang kerap terdengar di dalam kehidupan sehari-hari, tetapi tidak terangkum di dalam artikel ini. Hal ini juga senada dengan sifat bahasa yang dinamis dan konvensional. Semoga dengan adanya penjelasan ini, membuat kita semakin memahami perkembangan bahasa Indonesia itu sendiri. Demikian berbagai hal yang berkaitan dengan kata –nya. Semoga bermanfaat.