Minggu, 13/7/25 | 16:06 WIB
  • Dapur Redaksi
  • Disclaimer
  • Pedoman Pemberitaan Media Siber
  • Tentang Kami
Scientia Indonesia
  • TERAS
  • EKONOMI
  • HUKUM
  • POLITIK
  • DAERAH
  • EDUKASI
  • DESTINASI
  • LITERASI
    • ARTIKEL
    • CERPEN
    • KLINIK BAHASA
    • KREATIKA
    • PUISI
  • RENYAH
  • TIPS
No Result
View All Result
  • TERAS
  • EKONOMI
  • HUKUM
  • POLITIK
  • DAERAH
  • EDUKASI
  • DESTINASI
  • LITERASI
    • ARTIKEL
    • CERPEN
    • KLINIK BAHASA
    • KREATIKA
    • PUISI
  • RENYAH
  • TIPS
No Result
View All Result
Scientia Indonesia
No Result
View All Result
  • TERAS
  • EKONOMI
  • HUKUM
  • POLITIK
  • DAERAH
  • EDUKASI
  • DESTINASI
  • LITERASI
  • RENYAH
  • TIPS
Home Unes

Menyadari Keterbatasan Tidak Selalu Buruk

Minggu, 21/7/24 | 20:55 WIB

Lastry Monika
(Kolumnis Rubrik Renyah)

 

Seorang teman bercerita bahwa kemampuan menulisnya begitu-begitu saja. Bahkan terkadang ia merasa tulisannya semakin buruk dan terasa tidak enak dibaca.

“Aku saja tidak tertarik membacanya, apa lagi orang lain?” tuturnya agak cemberut.

BACAJUGA

Sebagian Tidak Suka Orang yang Banyak Cerita

Menyulam Nilai Lewat Cerita: Inyiak Bayeh dan Cerita-cerita Lainnya

Minggu, 11/5/25 | 17:14 WIB
Sebagian Tidak Suka Orang yang Banyak Cerita

Talempong Batu: dari Batu ke Nada

Minggu, 04/5/25 | 18:02 WIB

Di waktu yang lain, seorang teman juga pernah mengeluhkan hal yang sama, namun di bidang yang berbeda. Ia tengah menjejaki karier sebagai illustrator pemula. Namun, menyadari kemampuannya yang terasa begitu-begitu saja membuatnya maju mundur untuk meneruskan kariernya.

Keterbatasan memang sering kali membuat kita merasa tidak percaya diri. Namun, menyadari keterbatasan bukanlah akhir dari segalanya. Sebaliknya, itu bisa menjadi titik awal untuk kita berkembang. Mengapa? Karena dengan menyadari kekurangan, kita tahu area mana yang perlu diperbaiki. Itu adalah langkah pertama menuju perbaikan.

Seorang penulis terkenal pernah berkata, “Penulis yang baik bukanlah mereka yang tidak pernah membuat kesalahan, tetapi mereka yang terus memperbaiki diri.” Sama halnya dengan bidang lainnya. Seorang illustrator mungkin merasa gambarnya tidak sehebat karya orang lain. Tapi itu bukan alasan untuk menyerah. Itu justru panggilan untuk belajar lebih banyak, mencoba teknik baru, dan berlatih lebih giat.

Kita hidup di era di mana informasi dan pembelajaran sangat mudah diakses. Jika kita merasa kemampuan kita begitu-begitu saja, ada banyak sumber daya yang bisa kita manfaatkan untuk memperbaikinya. Buku, kursus online, workshop, dan komunitas adalah beberapa contoh sumber daya yang bisa membantu kita berkembang. Jangan takut untuk mencari bantuan dan belajar dari orang lain. Setiap orang yang sukses pernah berada di posisi kita saat ini.

Selain itu, penting juga untuk memberikan waktu pada diri sendiri. Proses belajar dan berkembang tidak terjadi dalam semalam. Butuh waktu dan kesabaran. Jangan terlalu keras pada diri sendiri jika hasilnya belum sesuai harapan. Ingatlah bahwa setiap usaha yang kita lakukan, sekecil apapun itu, akan membawa kita lebih dekat pada tujuan.

Sebagai contoh, mari lihat seorang penulis dan illustrator yang berbagi pengalaman mereka. Penulis tersebut awalnya merasa tulisannya tidak menarik dan sulit dipahami. Namun, dengan rutin menulis setiap hari, membaca berbagai jenis buku, dan meminta masukan dari teman, tulisannya mulai mengalami peningkatan. Sementara itu, sang illustrator terus berlatih menggambar setiap hari, menonton tutorial online, dan mengikuti komunitas seni. Perlahan tapi pasti, karyanya semakin baik dan mendapatkan pengakuan.

Dari cerita-cerita tersebut, kita bisa belajar bahwa menyadari keterbatasan tidak selalu buruk. Itu adalah langkah pertama menuju perubahan. Setiap orang memiliki potensi untuk berkembang, asalkan mereka mau berusaha dan tidak mudah menyerah. Jadi, jika kita merasa kemampuan kita begitu-begitu saja, jangan putus asa. Gunakan itu sebagai motivasi untuk belajar lebih banyak, berlatih lebih keras, dan terus berusaha.

Terakhir, ingatlah bahwa perjalanan menuju kesuksesan tidak selalu mulus. Akan ada rintangan dan tantangan yang menghadang. Namun, dengan tekad yang kuat dan sikap pantang menyerah, kita pasti bisa mengatasinya. Jadi, jangan takut untuk menyadari keterbatasan kita. Sebaliknya, jadikan itu sebagai pendorong untuk terus belajar dan berkembang. Dengan begitu, kita bisa mencapai potensi terbaik yang kita miliki.

Tags: #Lastry Monica
ShareTweetShareSend
Berita Sebelum

Refleksi Pemikiran Hamka dalam Karya Fiksinya

Berita Sesudah

Meneroka Permukiman Masa Lalu Lembah Seribu Mejan

Berita Terkait

Senyuman Kecil dan Mendengar: Hal Kecil yang Berdampak Besar

Pesan yang Tak Pernah Usai

Minggu, 06/7/25 | 16:34 WIB

  Salman Herbowo (Kolumnis Rubrik Renyah)   Pekan lalu, tepatnya Minggu, 29 Juni 2025, saya menuliskan kembali kenangan tentang masa...

Satu Tikungan Lagi

Yang Tersembunyi di Balik Ramalan

Minggu, 29/6/25 | 19:13 WIB

Salman Herbowo (Kolumnis Rubrik Renyah)   Semasa sekolah menengah, saya dan banyak teman sebaya gemar mengakses ramalan, dari situs mistis...

Belajar dari Menunggu

Minggu, 22/6/25 | 18:32 WIB

Salman Herbowo (Kolumnis Rubrik Renyah)   Menunggu ujian bukan hanya soal duduk diam di luar ruang kelas dengan segelas air...

Senyuman Kecil dan Mendengar: Hal Kecil yang Berdampak Besar

Jalan Pagi atau Jajan Pagi

Minggu, 15/6/25 | 17:57 WIB

Salman Herbowo (Kolumnis Rubrik Renyah)   Beberapa minggu terkahir ini, di akhir pekannya saya suka jalan-jalan pagi. Niat awalnya olah...

Satu Tikungan Lagi

Masih Tentang Busa dan Bilasan

Minggu, 08/6/25 | 17:51 WIB

Salman Herbowo (Kolumnis Rubrik Renyah)   Minggu lalu, di rubrik Renyah, saya menulis tentang pengalaman mencuci pakaian—aktivitas sederhana yang diam-diam...

Senyuman Kecil dan Mendengar: Hal Kecil yang Berdampak Besar

Cerita dari Balik Busa dan Bilasan

Minggu, 01/6/25 | 16:05 WIB

Salman Herbowo (Kolumnis Rubrik Renyah)   Ada satu kebiasaan yang tak pernah absen menemani masa-masa kuliah saya dulu, menumpuk cucian....

Berita Sesudah
Sebagian Tidak Suka Orang yang Banyak Cerita

Meneroka Permukiman Masa Lalu Lembah Seribu Mejan

Discussion about this post

POPULER

  • Efisiensi di Negeri Petro Dolar: Jalan Penuh Lubang, Jembatan Reyot Vs Mobil Dinas Baru yang Lukai Rasa Keadilan

    Efisiensi di Negeri Petro Dolar: Jalan Penuh Lubang, Jembatan Reyot Vs Mobil Dinas Baru yang Lukai Rasa Keadilan

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • 100 Hari Kerja Wali Kota Padang Capai Kepuasan 80 Persen

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Penggunaan Kata Ganti Engkau, Kau, Dia, dan Ia

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Mambangkik Batang Tarandam dalam Naskah Drama “Orang-orang Bawah Tanah” karya Wisran Hadi

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Forum Mahasiswa Dharmasraya Soroti Konflik Perusahaan dengan Masyarakat, Desak Bupati Bertindak Tegas

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Psikologi Kekuasaan dalam Cerpen “Seekor Beras dan Sebutir Anjing”

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Keunikan Kata Penghubung Maka dan Sehingga

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
Scientia Indonesia

PT. SCIENTIA INSAN CITA INDONESIA 2024

Navigate Site

  • Dapur Redaksi
  • Disclaimer
  • Pedoman Pemberitaan Media Siber
  • Tentang Kami

Follow Us

No Result
View All Result
  • TERAS
  • EKONOMI
  • HUKUM
  • POLITIK
  • DAERAH
  • EDUKASI
  • DESTINASI
  • LITERASI
    • ARTIKEL
    • CERPEN
    • KLINIK BAHASA
    • KREATIKA
    • PUISI
  • RENYAH
  • TIPS

PT. SCIENTIA INSAN CITA INDONESIA 2024