“Simpan semua yang tidak berhubungan dengan ujian.” Ucap tegas guru itu. Suasana kelas seketika hening setelah guru tersebut membagikan soal.
Seusai sekolah, Meli pergi ke warung tadi untuk mengambil keranjang yang ia titipkan tadi pagi. Ia lihat isi keranjang itu. Kosong, senyum senang terukir di wajah manisnya, pemilik warung memberikan sejumlah uang pada Meli seharga semua jagung rebus miliknya. Meli kembali melewati jalan setapak dengan wajah riang. UN selesai, jagung rebus nya habis. Ondeh, sanangnyo hati ko.
“Lai lancar ujian kau,” tanya kakak ke empat Meli saat Meli memasuki rumah.
“Alhamdulillah lai, ni. Ko pitih jaguang tadi.” Ucap Meli seraya memberikan uang.
Setelah selesai mengganti pakaian, Meli mengambil jerigen kosong untuk diisi kembali dengan air bersih. Ia menapaki tanah lembab tanpa alas kaki. Tampak Talago Mandeh Rubiah yang begitu indah dengan riak air yang tenang dan berkilau memantulkan cahaya matahari. Setelah selesai mengisi jerigen nya, Meli duduk sejenak seraya menatap keindahan telaga. Ia termenung sejenak lalu mengambil keempat jerigen untuk dibawa kembali ke rumah.
Malam pun tiba tanpa dapat dicegah oleh siapapun. Salah satu rumah di pinggang gunung Talamau itu tengah terjadi sebuah perdebatan. Sang ibu ingin anaknya untuk menikah dengan salah satu anak kenalannya, sedangkan sang anak berusaha menolak karena ingin tetap melanjutkan sekolah.
“Jan lai-lai se Meli, awak ndak urang bapitih, makan se lah payah, alun lai adiak-adiak kau yang sabanta lai nak sakola, lo.” Ucap amak.
“Meli nio sakola, mak. Meli ndak nio amak nikahan kini. Meli nio jadi urang bia abak sanang di ateh sinan mancaliak Meli.” Ucap Meli masih tetap dengan pendiriannya.
“Kalau Meli amak nikahan kini, iduik Meli bisa lebih elok.” Ucap amak dengan wajah teduhnya.
“Ndak ado yang menjamin iduik Meli lebih elok kalau Meli manikah kini.” Tolak Meli lagi.
“Mak, Lia nio lalok jo Amak.” Ucap anak ke delapan yang menghampiri amak diikuti dua adiknya yang lain.
“Bisuak se lai awak pikian, lah malam,” ucap amak pergi mengajak tiga anaknya untuk tidur. Di rumah itu hanya ada dua kamar, dan kamar itu dapat dikatakan sempit untuk anggota keluarga yang cukup ramai.
Discussion about this post