Antaro Pitih jo Amak
Cerpen: Dilha Rahmanadia Putri
Bumantara tampak indah dengan guratan jingga dari sang mentari yang akan menampakkan diri untuk menghangatkan bentala yang penuh dengan kehidupan. Dari arah Talago Mandeh Rubiah, terlihat dua gadis yang sibuk mengisi jerigen mereka dengan air bersih nan segar dari telaga itu. Suhu rendah di sekitaran mereka tak di gubris sama sekali. Hewan-hewan tengah menunggu mereka pergi agar bisa mendatangi telaga itu sambil menyambut sinar hangat mentari. Terlihat seekor monyet mendatangi bibir telaga di seberang mereka, monyet itu hanya menatap mereka. Setelah jerigen yang mereka bawa penuh, mereka langsung angkat kaki dari sana dan monyet itu langsung memanggil teman-temannya saat dua saudara itu telah meninggalkan telaga.
“Lai cukuik aia nyo ko, Mak,” Tanya salah satu gadis sambil meletakkan jerigennya.
“Lah cukuik tu,” ucap wanita paruh baya yang tangannya begitu cekatan memindahkan jagung rebus ke dalam keranjang yang akan ia jual.
Seorang gadis yang sudah selesai berkemas langsung memikul satu keranjang yang berisi jagung rebus. Ia pikul keranjang itu di punggung untuk memudahkannya menuruni lereng, ia tampak tak kesusahan membawa keranjang yang ukurannya dua kali lebih besar dari tubuhnya.
“Pai Meli lai, Mak, assalamu’alaikum.” Meli pamit setelah memakai sepatunya yang mulai rusak.
“Walaikumsalam, elok-elok di jalan.” Pesan amak.
Meli menelusuri jalan setapak dengan semangat karena hari ini adalah hari terakhir UN dilaksanakan. Meli menyapa ramah orang-orang yang ia temui, juga ada beberapa orang yang menghentikannya untuk membeli jagung rebus yang ada di keranjangnya.
“Bilo ujian kau salasai,” tanya seorang bapak tua yang memikul cangkul di pundaknya.
“Kini hari terakhir ujian, Pak Uwo.” Jawab Meli seraya menerima uang untuk ditukar dengan jagung rebus miliknya.
Sesampainya Meli di gerbang sekolah, jagung yang ia bawa tinggal setengah dan itu akan ia titipkan ke warung. Meli memasuki kelas dan duduk di meja yang sudah sejak kemarin ia tempati. Sejak UN hari pertama, Meli selalu berusaha semaksimal mungkin agar mendapat nilai yang memuaskan. Beberapa menit setelah itu, seorang guru masuk dengan membawa kertas soal.
Discussion about this post