Minggu, 13/7/25 | 15:56 WIB
  • Dapur Redaksi
  • Disclaimer
  • Pedoman Pemberitaan Media Siber
  • Tentang Kami
Scientia Indonesia
  • TERAS
  • EKONOMI
  • HUKUM
  • POLITIK
  • DAERAH
  • EDUKASI
  • DESTINASI
  • LITERASI
    • ARTIKEL
    • CERPEN
    • KLINIK BAHASA
    • KREATIKA
    • PUISI
  • RENYAH
  • TIPS
No Result
View All Result
  • TERAS
  • EKONOMI
  • HUKUM
  • POLITIK
  • DAERAH
  • EDUKASI
  • DESTINASI
  • LITERASI
    • ARTIKEL
    • CERPEN
    • KLINIK BAHASA
    • KREATIKA
    • PUISI
  • RENYAH
  • TIPS
No Result
View All Result
Scientia Indonesia
No Result
View All Result
  • TERAS
  • EKONOMI
  • HUKUM
  • POLITIK
  • DAERAH
  • EDUKASI
  • DESTINASI
  • LITERASI
  • RENYAH
  • TIPS
Home LITERASI KLINIK BAHASA

Perbedaan Awalan ber- dan me-

Minggu, 28/4/24 | 10:20 WIB

Dari contoh-contoh kalimat sebelumnya, kita bisa memahami bahwa kalimat pertama dari setiap kata tidak membutuhkan objek, sedangkan kalimat kedua dari setiap kata membutuhkan objek. Objek yang ada di setiap kalimat kedua adalah pemandangan, pakaian, kain, mahasiswanya, gaya rambutnya, dan meja.

2. Perbedaan tujuan tindakan pelaku di dalam kalimat

Setelah memahami penjelasan nomor satu, kita bisa menganalisisnya lebih lanjut bahwa aktivitas yang berawalan ber- atau me- bisa menentukan ke mana tujuan dari kegiatan yang dilakukan pelaku atau subjek kalimat tersebut. Ketika aktivitas yang berawalan ber- tidak memiliki objek, kita bisa menarik kesimpulan bahwa aktivitas yang dilakukan oleh pelaku (subjek) berlaku atau bertujuan untuk dirinya sendiri. Hal ini sangat jelas terlihat dari kata berfoto yang biasa kita kenal dengan istilah selfie, begitu pun dengan kata berjemur, berendam, belajar, berubah, dan bergeser. Semua aktivitas ini dilakukan oleh pelaku terhadap dirinya sendiri. Ini sangat berbeda dengan aktivitas yang berawalan me-. Pelaku (subjek) dalam kalimat tersebut melakukan suatu perbuatan terhadap objeknya, bukan terhadap dirinya sendiri. Hal ini sangat terlihat jelas dalam kalimat yang menggunakan kata memfoto, menjemur, merendam, mengajar, mengubah, dan menggeser.

3. Perbedaan deskripsi dan aksi

BACAJUGA

Perbedaan Kata “kepada”, “untuk”, dan “bagi”

Persoalan Kata Hidup dan Mati

Minggu, 29/6/25 | 08:02 WIB
Perbedaan Kata “kepada”, “untuk”, dan “bagi”

Perbedaan Kata “Agak”, “Sedikit”, “Cukup”, dan “Lumayan”

Minggu, 01/6/25 | 11:00 WIB

Sebelum masuk ke analisis ini, perhatikanlah kalimat-kalimat berikut!

  1. Dia berbaju merah.
  2. Dia memakai baju merah.
  3. Perempuan yang bersepatu putih itu adalah kakak saya.
  4. Perempuan yang memakai sepatu putih itu adalah kakak saya.

Apa perbedaannya? Sepintas, kalimat (a) dan (b), begitu pun (c) dan (d) terasa sama. Akan tetapi, kalimat-kalimat tersebut memiliki nuansa yang berbeda. Kalimat (a) dan (c) bisa kita gunakan dalam konteks deskripsi. Artinya, di dalam kalimat (a), baju merah tersebut sudah melekat di tubuh subjek dia. Hal ini juga berlaku untuk kalimat (c), sepatu putih itu sudah terpasang di kaki subjek perempuan itu. Akan tetapi, kalimat (b) dan (d) memiliki makna yang lebih luas. Sesungguhnya, kalimat (d) juga bisa dikategorikan sebagai deskripsi. Namun demikian, kalimat (b) dan (d) memiliki nuansa lain selain deskripsi, yaitu ‘aksi atau proses’. Artinya, di dalam kalimat (b), subjek dia sedang melakukan kegiatan atau aksi memasang baju yang berwarna merah. Makna ini tidak terdapat di dalam kalimat (a). Untuk lebih jelasnya, kita bisa membaca contoh berikut:

Saya sarapan pada pukul 08.00 pagi. Setelah itu, saya bersiap-siap pergi ke kampus. Setelah memakai jaket, saya memakai/memasang sepatu.

Kalimat ini tidak bisa diganti menjadi: Setelah memakai jaket, saya bersepatu.

Hal ini terjadi karena kata ber- di dalam kalimat tersebut hanya berfungsi sebagai deskripsi, bukan aktivitas yang memperlihatkan suatu aksi. Oleh sebab itu, ketika kita akan mendeskripsikan seseorang dengan menggunakan ber- kita perlu menambah keterangan lain. Contohnya sebagai berikut:

  1. Dia berbaju.
  2. Dia berbaju biru / Dia berbaju tebal.
  3. Dia tidak bercelana.
  4. Dia tidak bercelana panjang / Dia tidak bercelana pendek / Dia tidak bercelana hitam.
Halaman 4 dari 5
Prev1...345Next
Tags: #Reno Wulan Sari
ShareTweetShareSend
Berita Sebelum

Kunjungan Wisatawan ke Sumbar Meningkat, Program Pariwisata Berbasis Masyarakat Dinilai Layak Dipertahankan

Berita Sesudah

Memaknai Ulang Istilah ‘Kampung Halaman’ dalam Novel Apfelkuchen und Baklava

Berita Terkait

Serba-serbi Kritik Sosial Habis Lebaran

Perempuan Indonesia Tidak Mengenal Mekap

Minggu, 06/7/25 | 10:35 WIB

Oleh: Dr. Ria Febrina, S.S., M.Hum. (Dosen Prodi Sastra Indonesia, Fakultas Ilmu Budaya, Universitas Andalas) Layakkah ini dijadikan kesimpulan? Perempuan...

Perbedaan Kata “kepada”, “untuk”, dan “bagi”

Persoalan Kata Hidup dan Mati

Minggu, 29/6/25 | 08:02 WIB

Oleh: Reno Wulan Sari (Dosen Tamu di Busan University of Foreign Studies) Kata hidup dan mati termasuk dua kata yang...

Struktur Kalimat Peraturan Perundang-undangan

Syarat Sebuah Paragraf yang Ideal

Minggu, 22/6/25 | 20:22 WIB

Oleh: Elly Delfia (Dosen Prodi Sastra Indonesia dan S2 Linguistik FIB Universitas Andalas) Mengenal syarat paragraf yang ideal dalam membuat...

Serba-serbi Kritik Sosial Habis Lebaran

Dialek-dialek Bahasa Minangkabau yang (akan) Mulai Hilang

Minggu, 08/6/25 | 07:19 WIB

Oleh: Dr. Ria Febrina, S.S., M.Hum. (Dosen Fakultas Ilmu Budaya Universitas Andalas) Selasa lalu (3 Mei 2025) mahasiswa Sastra Indonesia...

Perbedaan Kata “kepada”, “untuk”, dan “bagi”

Perbedaan Kata “Agak”, “Sedikit”, “Cukup”, dan “Lumayan”

Minggu, 01/6/25 | 11:00 WIB

Oleh: Reno Wulan Sari (Dosen Tamu Busan University of Foreign Studies, Korea Selatan) Edisi Klinik Bahasa Scientia kali ini akan...

Struktur Kalimat Peraturan Perundang-undangan

Struktur Kalimat Peraturan Perundang-undangan

Minggu, 25/5/25 | 17:21 WIB

Oleh: Elly Delfia (Dosen Prodi Sastra Indonesia dan S2 Linguistik Universitas Andalas) Kali ini kita akan membahas tentang bahasa hukum,...

Berita Sesudah
Gaya Bahasa pada Lagu Satu-Satu oleh Idgitaf

Memaknai Ulang Istilah ‘Kampung Halaman’ dalam Novel Apfelkuchen und Baklava

Discussion about this post

POPULER

  • Efisiensi di Negeri Petro Dolar: Jalan Penuh Lubang, Jembatan Reyot Vs Mobil Dinas Baru yang Lukai Rasa Keadilan

    Efisiensi di Negeri Petro Dolar: Jalan Penuh Lubang, Jembatan Reyot Vs Mobil Dinas Baru yang Lukai Rasa Keadilan

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • 100 Hari Kerja Wali Kota Padang Capai Kepuasan 80 Persen

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Penggunaan Kata Ganti Engkau, Kau, Dia, dan Ia

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Mambangkik Batang Tarandam dalam Naskah Drama “Orang-orang Bawah Tanah” karya Wisran Hadi

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Psikologi Kekuasaan dalam Cerpen “Seekor Beras dan Sebutir Anjing”

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Forum Mahasiswa Dharmasraya Soroti Konflik Perusahaan dengan Masyarakat, Desak Bupati Bertindak Tegas

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Keunikan Kata Penghubung Maka dan Sehingga

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
Scientia Indonesia

PT. SCIENTIA INSAN CITA INDONESIA 2024

Navigate Site

  • Dapur Redaksi
  • Disclaimer
  • Pedoman Pemberitaan Media Siber
  • Tentang Kami

Follow Us

No Result
View All Result
  • TERAS
  • EKONOMI
  • HUKUM
  • POLITIK
  • DAERAH
  • EDUKASI
  • DESTINASI
  • LITERASI
    • ARTIKEL
    • CERPEN
    • KLINIK BAHASA
    • KREATIKA
    • PUISI
  • RENYAH
  • TIPS

PT. SCIENTIA INSAN CITA INDONESIA 2024