Oleh: Roma Kyo Kae Saniro
(Dosen Sastra Indonesia FIB Universitas Andalas)
Beberapa waktu lalu, Twitter yang kini sudah berubah nama menjadi X dan Tiktok diramaikan dengan penggunaan kata cegil oleh netizen. Banyak yang mengungkapkan bahwa cegil merupakan pemendekan kata dari cewek gila. Namun, kata gila yang dimaksud dalam pemanjangan tersebut tidak merujuk kepada makna yang ada di Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), yaitu gangguan jiwa; sakit ingatan (kurang beres ingatannya); sakit jiwa (sarafnya terganggu atau pikirannya tidak normal); atau tidak biasa; tidak sebagaimana mestinya; berbuat yang bukan-bukan (tidak masuk akal); atau terlalu; kurang ajar (dipakai sebagai kata seru, kata afektif); ungkapan kagum (hebat); terlanda perasaan sangat suka (gemar, asyik, cinta, kasih sayang); atau tidak masuk akal (KBBI). Namun, kata gila yang terdapat dalam kata cegil dapat dipahami sebagai sesuatu yang tidak biasa.
Cegil dapat diterjemahkan sebagai cewek gila atau perempuan yang memiliki trust issues dalam hubungan percintaan. Trust issue merupakan sebuah istilah dalam bahasa Inggris yang mengacu pada masalah atau ketidakpercayaan seseorang terhadap orang lain atau suatu situasi. Istilah ini menggambarkan perasaan tidak yakin atau ragu terhadap niat, kata-kata, atau tindakan orang lain. Orang yang memiliki trust issues dapat dikatakan sulit untuk percaya sepenuhnya kepada orang lain. Bahkan, jika tidak ada alasan konkret, seseorang tersebut akan meragukan kejujuran atau niat mereka.
Istilah ini sering digunakan dalam konteks hubungan interpersonal, baik itu dalam hubungan asmara, persahabatan, atau hubungan keluarga. Namun, istilah ini biasanya digunakan oleh anak muda untuk membicarakan hal-hal yang berhubungan dengan percintaan. Trust issues dapat muncul akibat pengalaman traumatis masa lalu, pengkhianatan sebelumnya, atau masalah percaya diri yang mempengaruhi kemampuan seseorang untuk membangun hubungan yang kuat dan sehat dengan orang lain.
Kemunculan trust issues ditandai dengan kesadaran terkait dengan kepercayaan dalam hubungan interpersonal dan lingkungan sosial. Hal yang dapat melatarbelakangi seseorang memiliki trust issues adalah adanya pengalaman pribadi berupa hal-hal yang buruk atau pengkhianatan sebelumnya. Pengkhianatan dan kekecewaan yang diterima seseorang dari orang yang dipercayainya mampu membuat mereka untuk sulit membangun kepercayaan pada orang lain di masa depan. Tidak hanya itu, pengalaman buruk tersebut atau pengalaman buruk lainnya, seperti pelecehan, pengabaian, atau situasi berbahaya lainnya yang mampu merusak kemampuan seseorang untuk membangun dan mempertahankan hubungan yang sehat. Akibatnya, individu ini mungkin memiliki trust issues yang mendalam dan memberikan trauma kepada seseorang. Tidak hanya itu trust issues pun dilatarbelakangi oleh kurangnya kepercayaan seseorang pada dirinya sendiri. Mereka mungkin merasa tidak layak mendapatkan hubungan yang baik atau percaya bahwa orang lain akan meninggalkan mereka pada akhirnya.
Tidak hanya terkait dengan pengalaman pribadi, trauma dan ketidakpercayaan diri seseorang, trust issues pun berhubungan dengan pengaruh media sosial dan teknologi pun memberikan ruang untuk berinteraksi satu sama lain secara dalam jaringan. Namun, ketidakjelasan identitas atau niat seseorang di dunia maya dapat berdampak pada ketidakpercayaan seseorang. Lalu, kemunculan trust issues ini pun dilatarbelakangi oleh perubahan dalam budaya dan nilai-nilai sosial yang memainkan peran dalam pengembangan trust issues. Hal ini disebabkan oleh masyarakat yang lebih individualistik atau yang mengalami banyak perubahan sosial dan cenderung menciptakan dinamika hubungan yang lebih kompleks. Artinya, seseorang mungkin merasa sulit untuk sepenuhnya mempercayai orang lain.
Trust issues inilah yang mampu menciptakan kata cegil yang ada di masyarakat. Perempuan yang memiliki trust issues dan sulit berkomunikasi dengan pasangannya dapat disebut sebagai cegil. Pemaknaan lain kata cegil adalah perempuan yang sulit dicintai oleh orang lain dengan ciri-ciri bertanya terkait perasaan pasangannya, selalu curiga, suka stalking, galau setiap malam, atau memberi effort yang lebih dalam hubungan.
Tidak hanya itu, pemaknaan cegil pun sebenarnya beragam. Pemaknaan lain kata cegil adalah sebutan bagi seseorang yang cukup problematik dan memiliki perubahan suasana hati yang drastis, obesif, agresif, atau red flag (metafora untuk menggambarkan tanda atau petunjuk awal tentang adanya masalah atau potensi bahaya dalam berbagai situasi). Penggunaan kata cegil ini dapat dilihat melalui contoh kalimat “Perempuan itu cegil karena hubungannya kandas dengan pacarnya”. Contoh kalimat tersebut menunjukkan bahwa cegil dapat dimaknai sebagai salah satu dampak dari trust issues seseorang yang secara dominan menimbulkan trauma yang mendalam.
Cegil tidak memiliki makna atau pengertian yang pasti atau baku karena penggunaan masih bervariasi, seperti kata anjay yang dahulu menimbulkan polemik. Cegil dapat dimaknai tergantung pada konteks pembicaraan. Kata cegil termasuk ke dalam salah satu variasi kosakata baru dalam bahasa Indonesia walaupun pemaknaannya tidak tetap. Oleh sebab itu, bukan hanya remaja, siapa pun bisa menggunakannya.
Discussion about this post