Oleh: Roma Kyo Kae Saniro
(Dosen Jurusan Sastra Indonesia, Fakultas Ilmu Budaya, Universitas Andalas)
Dear David (2023) merupakan film karya sutradara Lucky Kuswandi dan dibintangi oleh Shenina Chinnamon sebagai Laras, Emir Mahira sebagai David, Caitlin North Lewis sebagai Dilla. Film yang bernuansa kehidupan remaja ini memiliki cerita yang dianggap unik dan berdasarkan cerita asli dan personal life yang bersumber dari ide cerita Winnie Benjamin. Film yang diproduseri oleh Zaidy ini menjadi film kelima dari Palari Film yang memiliki konflik dan penyelesaian yang jelas sehingga remaja sebagai sasaran film ini mampu mengetahui penyelesaian alur cerita dengan jelas.
Film ini mengisahkan terkait dengan Laras yang hobi menulis kisahan tentang David sebagai tokoh utama. Tokoh David digunakan oleh Laras merupakan temannya sendiri yang ia sukai. Pada narasi pengenalan, tokoh Laras sedang asyik menulis di blog pribadinya terkait dengan David sebagai budaknya dan Laras adalah ratunya. Selain itu, adanya kisahan lainnya yang menunjukkan bahwa adanya tindakan David yang menunjukkan bahwa ia seakan budak bagi Laras. Fantasi yang dimiliki oleh Laras terhadap David ini pun mengarah hasrat seksualitas yang diharapkan terjadi oleh Laras. Namun, hal yang tidak diinginkan terjadi saat Laras menggunakan komputer sekolah untuk menulis cerita David dan lupa untuk mengeluarkan akunnya sehingga adanya orang lain yang memanfaatkan akun tersebut untuk dibagikan ke publik. Akhirnya, sekolah mengusut kasus tersebut dan berusaha mencari penulis blog tersebut karena dianggap memiliki isu pornografi yang semestinya tidak dibaca dan dinikmati oleh siswa seusia mereka. Tulisan yang dianggap berbau pornografi ini dianggap berbahaya dan dapat memberikan contoh yang buruk bagi siswa-siswa.
Pada awalnya, Dilla adalah orang yang dituduh sebagai penulis blog tersebut karena sebelumnya ia pernah mengunggah foto seksinya di media sosial dan adanya rumor terkait Dilla pernah melakukan hal senonoh dengan tokoh Arya. Tuduhan tersebut membuat Dilla tersudutkan dan harus menanggung dampaknya. Dampak psikologis pun dirasakan oleh David. Akhirnya, David pun mengetahui bahwa penulis blog tersebut adalah Laras. Tentunya, hal ini membuat Laras takut dan bernegosiasi dengan David dengan hasil bahwa David tidak akan membocorkan semuanya dengan syarat bahwa Laras harus membantu David untuk mendekati Dilla, perempuan yang ia sukai. Pada akhirnya, Dilla mengetahui bahwa penulis blog tersebut adalah Laras, sahabatnya sehingga ia memberi informasi tersebut ke pihak sekolah agar sekolah melepaskan Dilla dari hukuman yang diperolehnya.
Sebagai siswa yang mendapatkan beasiswa karena kepintarannya dan karena Laras tersandung permasalahan ini, beasiswa Laras pun harus dicabut. Laras pun diberikan pilihan pertama berupa sekolah masih mempertahankan dirinya agar sekolah dapat menjadi nilai ujian nomor satu di sekolah-sekolah Jakarta dengan meminta maaf pada saat upacara sekolah atau dapat keluar dari sekolah. Narasi menggambarkan Laras yang meminta maaf saat upacara sekolah, tetapi ia meminta maaf kepada David, Dilla, dan dirinya sendiri. Ia pun menyatakan bahwa mengapa dirinya saja yang harus dihukum, sedangkan Arya sebagai penyebar tidak mendapatkan hukuman apa pun. Hal tersebut memberikan gambaran bahwa adanya ketidakadilan kepada Laras. Laras mengklaim bahwa tulisannya adalah sebuah ekspresi diri yang ditaruh di sebuah wadah kepenulisan untuk personal, bukan untuk umum.
Kita dapat melihat ini menjadi sebuah isu yang dapat dibahas pada artikel ini. Penyebaran tulisan yang dianggap pornografi dalam narasi film merupakan sebuah tindakan kriminal. Hal ini senada dengan aturan Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 44 Tahun 2008 tentang Pornografi Bab II Larangan dan Pembatasan Pasal 4 Ayat 1 yang berbunyi bahwa setiap orang dilarang memproduksi, membuat, memperbanyak, menggandakan, menyebarluaskan, menyiarkan, mengimpor, mengekspor, menawarkan, memperjualbelikan, menyewakan, atau menyediakan pornografi secara eksplisit. Tentunya, dalam narasi, kita dapat menganalisis bahwa yang melakukan kesalahan adalah Arya dan semestinya, Arya mendapatkan dampak dari hal tersebut. Namun, pada kenyataannya, sanksi sosial harus diterima oleh tokoh Laras.
Selain itu, hak menarik lainnya yang dapat dilihat adalah terkait ekspresi diri perempuan yang berhubungan dengan seksualitas adalah sesuatu yang tabu. Padahal, ekspresi perempuan menulis sesuatu yang dianggap sensual adalah pembatasan terhadap perempuan. Perempuan dibatasi melalui ekspresi tersebut. Perempuan semestinya mendapatkan haknya untuk dapat mengekspresikan dirinya, baik secara tulisan maupun hal lainnya.
Perempuan dan sensualitas adalah hal yang dianggap tabu dalam lingkungan patriarki. Perempuan dianggap makhluk pasif yang harus menerima segala konstruksi masyarakat sehingga perempuan mendapatkan pembatasan terkait haknya. Berbeda dengan laki-laki, perempuan tidak mampu untuk mendapatkan hal yang seimbang sebagai manusia seperti laki-laki.
Perempuan dan sensualitas telah menjadi topik yang kontroversial dan tabu dalam beberapa budaya dan masyarakat di seluruh dunia. Sensualitas sendiri berkaitan dengan pengalaman dan ekspresi sensorik, seperti keinginan seksual dan kepuasan. Namun, dalam beberapa masyarakat, perempuan dianggap harus membatasi ekspresi sensualitas mereka atau bahkan dianggap tabu untuk melakukan hal tersebut.
Hal ini terutama terjadi karena adanya pandangan patriarki yang menempatkan perempuan dalam posisi inferior dan diharapkan untuk menutupi atau mengendalikan keinginan seksual mereka. Selain itu, pandangan agama dan budaya juga memainkan peran penting dalam mengatur cara pandang masyarakat terhadap perempuan dan sensualitas.
Penting untuk dicatat bahwa sensualitas adalah bagian alami dari manusia, baik itu pria maupun perempuan. Selama sensualitas diungkapkan dengan cara yang aman, sukarela, dan konsensual, tidak ada yang salah atau tabu tentang itu. Semua orang berhak untuk mengekspresikan sensualitas mereka dengan cara yang mereka pilih, tanpa harus ditekan atau dihakimi oleh masyarakat.
Oleh sebab itu, penting bagi masyarakat untuk berhenti memandang sensualitas perempuan sebagai sesuatu yang tabu atau negatif. Sebaliknya, kita harus memperjuangkan kebebasan dan kesetaraan perempuan dalam mengungkapkan sensualitas mereka tanpa takut mendapatkan stigma atau diskriminasi. Melalui film Dear David (2022), penulis berhasil mendobrak sistem patriarki yang ada dan mampu menunjukkan bahwa perempuan mampu untuk menunjukkan kebebasan dalam berekspresinya.
Discussion about this post