Salman Herbowo
(Kolumnis Rubrik Renyah Scientia.id)
Saya kira smartphone menjadi kebutuhan bagi berbagai kalangan. Tidak dapat dipungkiri pula, semenjak pandemi Covid-19 beberapa kegiatan beralih menjadi daring. Salah satu perangkat yang mendukung aktivitas itu adalah smartphone. Entah itu kegiatan belajar mengajar, kerja, maupun aktivitas jual beli dilakukan secara daring.
Teknologi layar sentuh yang disediakan sungguh memanjakan pengguna smartphone. Bagi saya itu hal yang menyenangkan. Paling tidak, tampilan layar yang ditawarkan menjadi penuh dan mempengaruhi kenyamanan mata sehingga penggunanya dapat fokus saat membaca.
Ada hal yang selalu mengikat pandangan saya saat menggunakan smartphone. Teknologi ini memberikan kecepatan informasi apa saja yang kita butuhkan. Begitu pun kabar-kabar teraktual, baik dalam negeri maupun mancangera dapat diakses secara cepat. Itu membutuhkan fokus perhatian pengguna saat membacanya.
Sepertinya daya ikat layar sentuh smartphone ini begitu kuat sampai tidak mengenal watu dan tempat. Barangkali, di antara pembaca pernah hampir tersandung saat berjalan sambil menatap layar smartphone atau salah menuju kendaraan yang terparkir. Saya pernah mengalami hal demikian.
Ketika beranda google memuat informasi aktual tentang politik, kriminal, atau selebritas, saat itu pula tangan ini “gatal” untuk mengakses dan membacanya. Tidak mengenal waktu dan tempat, yang penting saya harus membaca beritanya. Entah itu kabar reshuffle kabinet, kasus korupsi, maupun permasalahan artis seperti KDRT, berita tersebut selalu mendapat rating tinggi dari pembacanya.
Bila itu dalam keadaan santai atau rebahan tentu tidak ada kendala. Berbeda bila itu dilakukan saat menunggu antrian, mungkin saja kita bisa dapat teguran karena tidak menyahut saat dipanggil. Mirisnya jika harus mengulang antrian. Begitu kuat daya pikat dari layar smatphone tersebut.
Lain lagi ceritanya bila dilakukan di dalam kendaraan atau di jalanan. Saya termasuk yang tidak kuat untuk membaca di layar smartphone saat menjadi penumpang mobil. Menunduk menatap layar smartphone akan membuat kepala menjadi pusing terkadang juga menyebabkan mual. Tidak pada semua perjalanan pula hal serupa demikian terjadi, yang jelas ketika rute banyak tikungan dan itu sungguh tidak menyenangkan.
Lain pula bila di jalanan, seperti di pedestrian taman kota misalnya. Bukan pemandangan aneh kiranya banyak pejalan kaki yang menunduk menatap layar smartphone. Bermacam pula caranya melihat layar sembari berjalan. Yang jelas, sebagian pejalan kaki menunduk menatap layar smartphone mereka.
Momen itu mengingatkan saya pada peristiwa memilukan sekaligus memalukan. Saat itu, saya dan beberapa rekan berjalan di pedestrian taman kota sambil menunduk menatap layar smartphone. Awalnya, saya berjalan normal saja tanpa ada kendala. Namun, suasana berubah saat saya tidak sadar sudah melangkah di luar pedestrian dan terjatuh.
Memang tidak menyakitkan karena tinggi pedestrian dengan tanah lapangan tidak lebih dari 15 cm. Namun, hal itu memalukan. Beberapa menit kemudian seorang teman memperlihat berita “Ngerinya Main Smartphone Sambil Jalan Kaki” dari layar smartphone yang ia genggam. Sungguh kuat daya pikatnya layar sentuh itu.
Discussion about this post