Salman Herbowo
(Kolumnis Rubrik Renyah Scientia.id)
Perilaku hemat tentu merupakan hal yang perlu untuk dilakukan. Sikap berhemat akan memberikan manfaat bagi yang melakukannya, terutama dalam hal persoalan keuangan. Hemat pangkal kaya, begitu peribahasanya. Bahkan, tidak sedikit pula yang diajarkan untuk pandai berhemat sejak usia dini. Bermacam pula bentuk pembelajaran hemat itu, mulai dari tidak boros dalam membelanjakan uang jajan, hingga gemar untuk menabung. Setidaknya, bagi saya makna berhemat di usia dini tidak terlepas dari bagaimana cara membelanjakan uang dengan sebaik-baiknya.
Banyak contoh pula yang disampaikan tentang orang-orang yang sukses karena perilaku berhematnya. Ketika itu, saat masih di sekolah dasar, saya ingat betul perkataan guru mengenai hasil yang diperoleh saat seseorang pandai berhemat sejak kecil. Setidaknya yang masih melekat dalam ingatan saya adalah ajaran agar senantiasa untuk selalu menyisihkan uang jajan dan ditabungkan. Macam-macam pula tempat menabungnya, ada yang di celengan, disimpan sama orang tua, atau mungkin juga di bank.
Berhemat tidak semudah menyebutkan dan tidak seindah peribahasanya. Betapa sulitnya bagi saya mungkin juga pembaca melawan godaan aneka jajanan semasa sekolah. Jika tidak ada batasan uang jajan atau istilah sekarangnya anak sultan, mungkin saja semua aneka jajanan itu saya beli. Begitu sulitnya untuk bersikap hemat saat jam istirahat di sekolah. Oleh sebab itu, untuk berlajar berhemat memang dibutuhkan keseriusan dan berkesinambungan.
Lambat laun, sikat berhemat itu tidak lagi sebatas uang saja. Berbagai pula hal yang perlu disikapi dengan bijak dan hemat agar mendapatkan hasil yang baik. Salah satu yang perlu dan sepertinya harus dibutuhkan tindakan untuk berhemat adalah tentang penggunaan air. Memang semenjak hijrah dari kampung untuk melanjutkan pendidikan, saya selalu diingatkan mengenai harus hemat dalam penggunaan air. Di kampung air begitu melimpah, karena tempat tinggal saya tidak begitu jauh dari sungai dan airnya juga jernih.
Tidak kalah pentingnya lagi, ternyata untuk hal makanan pun juga harus berhemat. Masa menempuh pendidikan dan tinggal jauh dari rumah orang tua, merupakan ajang pembelajaran untuk pandai hidup mandiri. Hal itu mengharuskan saya untuk harus berpandai-pandai dalam mengelola keuangan dan air. Persoalan keuangan ini mencakup banyak hal, termasuk soal belanja makanan. Sedangkan persoalan air yaitu harus disiplin dalam menghidup dan mematikan keran, agar tidak ada air yang melimpah dari bak dan terbuang sia-sia. Paling tidak, untuk menghindari teguran dari yang punya kosan.
Lain pula dengan berhemat demi mengikuti pergaulan bersama rekan-rekan. Berbagai pula acara yang harus diikuti, dan tidak kalah besar pula jumlah pengeluaran uang bulanan dari keikutsertaan itu. Bahkan, tidak sedikit pula yang akhirnya mengeluh karena kehabisan “bekal” akibat ketidakmampuan untuk berhemat tersebut. Dan yang paling memiriskan adalah ketika harus meminjam uang kepada rekan untuk dapat bertahan hingga kiriman datang.
Itulah alasannya memang kita dituntut untuk berhemat, terkadang kepada yang terkasih. Bila perlu pesanlah produk makanan yang mempunyai dampak sekaligus, yaitu dapat melepas dahaga dan mampu menunda lapar. Saya kira harganya pun tidak memberatkan kantong. Mari berhemat!
Discussion about this post