Episode 1:
Di Rumah Kami Tidak Ada
Di rumah kami tidak ada televisi
dari subuh ke dini hari
anak-anak mengeja huruf
membaca kisah tentang bertetangga,
tidak boleh asal membuang sampah,
dan bagaimana berterima kasih, meminta maaf, serta meminta tolong
serupa kami yang dulu dididik orang tua,
mereka juga merasakan ngilu dan sedih kena marah
tapi kemudian mereka mengenal arti tanggung jawab
bisa berteman, berbaur, dan berbagi dengan siapa saja
dari rumah, kami memberinya bekal
dan mengenal kehidupan
di rumah kami tidak ada karaoke
anak-anak diajar mengeja alif ba ta
menghafal An-Naas hingga An-Naba
membaca Al-Qur’an setiap petang tiba
membaca doa dalam setiap tindak kerja
disimak ibu dan ayah
agar bisa dikoreksi bersama
hingga adik pun ikut mengenal setiap kata
di rumah kami tidak ada play station
anak-anak kemudian bermain peran
mereka menjadi guru, koki, karyawan,
pelayan kafe, penjual keliling, ojek online,
dan kasir swalayan
mainan dan rupa-rupa barang-barang di rumah menjadi imajinasi mereka
berperan menjadi ibu dan ayah pun mereka tak lupa
dari menyimak mereka menyerupai
di rumah kami ada Youtube Kids
untuk mereka mengenal dunia luar
anak-anak harus tahu angkasa, kereta api,
pesawat terbang, dan animasi kecanggihan dunia
namun, anak-anak juga mengenal sawah, kebun, ladang,
laut, pantai, gunung, dan keajaiban dunia yang diciptakan Tuhan
anak-anak melihat semua keindahan
di rumah kami itu tidak ada
bukan karena ayah tak punya
tapi masa emas anak-anak lebih berharga
kami mendesain sebegini rupa
agar kami saling bercerita
meski kelak dewasa mereka punya beban dunia
rumah tidak akan sepi dan ibu ayah tidak akan menyendiri
mereka mengenal rumah dan tahu jalan pulang
di rumah kami menikmati
kami tertawa dan bergelut riang gembira
Yogyakarta, Juni 2022
Episode 2:
Di Rumah Kami Tidak Ada
Di rumah kami tidak ada televisi
anak-anak tak mengenal drama sinetron
mereka tak tahu kisah orang-orang menghardik,
berbicara dengan teriakan, lirikan mata tajam,
gunjingan, orang tua yang bercerai, dan perebutan harta benda
di rumah kami tak ada televisi
anak-anak tak mengenal barang mewah
orang tua tak pernah didera dengan rengekan barang iklan
anak-anak juga tak mengenal rupiah
kecuali untuk sedekah dan belanja
di rumah kami tidak ada televisi
anak-anak tak tahu selebriti
juga kisah drama keluarga mereka
kami juga tak menyimak gosip
anak-anak tak belajar menceritakan keburukan orang lain
di rumah kami tidak ada televisi
tapi anak-anak tetap butuh kisah
dari sekolah dan taman mengaji,
mereka sudah mendengar kisah para nabi
kami pun membahas segala rupa
agar mereka menikmati semua waktu
berlalu dengan baik
di rumah
Yogyakarta, Juni 2022
Episode 3:
Di Rumah Kami Tidak Ada
Di rumah kami tidak ada korek api
tapi anak-anak mengenal aneka masakan
mereka sering diminta belanja ke warung
membeli beras, minyak, kecap, saus, dan sarden
mereka juga tahu tomat, bayam, wortel, kentang, dan daun seledri
mereka juga ikut membeli
bahan-bahan yang tak lagi ada di lemari pendingin
di rumah kami tidak ada korek api
anak-anak tidak mengenal apa itu rokok
mereka tak pernah diminta belanja oleh ayah
mereka sudah dididik menjauhi
tidak hanya asap rokok, tetapi juga asap gibah
agar mereka kelak tidak belajar dari apa yang dilihat hari ini
di rumah kami tidak ada korek api
sehingga rumah tidak pernah panas
anak-anak begitu betah
berdiam dan menikmati hari di rumah
meskipun tanpa apa-apa
mereka tidak mengenal kata bosan
Yogyakarta, Juni 2022
Biodata Penulis:
Ria Febrina, lahir di Batusangkar pada 3 Februari 1988. Ia menamatkan S-1 dan S-2 di Universitas Andalas dan saat ini sedang menempuh studi S-3 di Universitas Gadjah Mada Program Doktor Ilmu-ilmu Humaniora. Sejak tahun 2015, ia mengabdi sebagai dosen di Jurusan Sastra Indonesia, Fakultas Ilmu Budaya, Universitas Andalas, Padang. Puisi dan cerpennya pernah dimuat di Harian Padang Ekspres, Majalah P’Mails, Jurnal Bogor, Scientia, antologi puisi Dua Episode Pacar Merah (2005), antologi cerpen Jemari Laurin (2007), dan antologi cerpen Rumah Ibu (2013).
Discussion about this post