Selasa, 01/7/25 | 09:04 WIB
  • Dapur Redaksi
  • Disclaimer
  • Pedoman Pemberitaan Media Siber
  • Tentang Kami
Scientia Indonesia
  • TERAS
  • EKONOMI
  • HUKUM
  • POLITIK
  • DAERAH
  • EDUKASI
  • DESTINASI
  • LITERASI
    • ARTIKEL
    • CERPEN
    • KLINIK BAHASA
    • KREATIKA
    • PUISI
  • RENYAH
  • TIPS
No Result
View All Result
  • TERAS
  • EKONOMI
  • HUKUM
  • POLITIK
  • DAERAH
  • EDUKASI
  • DESTINASI
  • LITERASI
    • ARTIKEL
    • CERPEN
    • KLINIK BAHASA
    • KREATIKA
    • PUISI
  • RENYAH
  • TIPS
No Result
View All Result
Scientia Indonesia
No Result
View All Result
  • TERAS
  • EKONOMI
  • HUKUM
  • POLITIK
  • DAERAH
  • EDUKASI
  • DESTINASI
  • LITERASI
  • RENYAH
  • TIPS
Home LITERASI RENYAH

Memaknai Garis Tangan

Minggu, 22/5/22 | 11:48 WIB

Salman Herbowo
(Kolumnis Rubrik Renyah Scientia.id)

Hal yang menyenangkan dari panjangnya waktu libur Lebaran adalah berkumpul dengan beberapa kawan yang pulang dari rantau. Sembari menikmat kopi hitam dan camilan kentang goreng serta didukung layanan internet gratis, pembicaraan kami bermula dengan nostalgia saat di bangku perkuliahan. Tentu banyak kenangan yang menjadi tema obrolan. Yang jelas guyonan mengapa gedung kampus selalu semakin bagus setelah kami menyandang status alumni tentu mengundang gelak tawa semuanya. Pembicaraan kami pun sampai dengan masalah karier dan nasib. Dua kata itu bagi kami tidak hanya sekadar bahasa Indonesia yang terdapat dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), melainkan “cambuk” sebagai pemicu untuk menggapai cita-cita. Setidaknya, dengan karier bagus, jalan untuk melamar seseorang pun dapat menjadi lebih mulus.

Salah seorang teman pada reunian kecil-kecilan tersebut sempat mengeluarkan pernyataan bahwa setiap individu itu sudah ada “garis tangannya”. Bila ada yang melanjutkan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi seperti magister, tentu itu sudah pilihan terbaiknya. Jika ada rekan-rekan yang diterima bekerja pada perusahaan swasta ternama atau BUMN, itu pun sudah nasibnya. Mungkin saja di antara kita ingin menjadi seorang entrepreneur yang sukses, itu sudah keputusan terbaik, bahkan bila sahabat kita ada yang lulus seleksi ASN, itu pun sudah “garis tangannya”.

BACAJUGA

Satu Tikungan Lagi

Yang Tersembunyi di Balik Ramalan

Minggu, 29/6/25 | 19:13 WIB

Belajar dari Menunggu

Minggu, 22/6/25 | 18:32 WIB

Akan tetapi, hal yang kadang menyebalkan ialah komentar tentang jalan yang dipilih untuk berkarier. Misalnya seseorang yang ketika kuliah di jurusan A, justru bekerja di bidang B. Padahal, itu lumrah saja dan tidak sedikit pula yang menjalani hal serupa itu. Setiap orang saya kira dapat mengembangkan kemampuannya di bidang apa pun meskipun tidak sejalan dengan latar pendidikan yang ditempuh. Sebagian orang sibuk menyayangkan hal itu. Padahal, jenjang pendidikan yang ditempuh oleh seseorang juga tidak melulu berurusan dengan karier yang dijalani.

Kita tentu tidak serta merta berpangku tangan untuk menunggu atau menerima tanpa adanya usaha. Setahu saya, teman-teman yang “garis tangannya” itu bagus, tentu memiliki usaha dan kerja keras yang tekun untuk meraihnya. Tidak ada kesuksesan tanpa usaha dan kerja keras. Begitu kata orang bijak. Tidak semua dari kami yang turut berpartisipasi dalam diskusi ringan itu pun setuju atau mengaminkan pernyataan tersebut. Ada pula yang menyanggah dengan memberikan sebuah pertanyaan. Di sisi lain, ada pula yang menyampaikan bahwa kita berusaha dan bekerja keras agar memperoleh nasib yang baik. Tuhan tidak akan mengubah nasib suatu kaum, jika kaum itu tidak berusaha untuk mengubahnya.

Namun, tidak mungkin pula untuk menyangkal hak istimewa yang diterima. Orang-orang lebih familiar menyebutnya dengan privilege. Hal istimewa menurut saya amat luas. Salah satunya didapatkan oleh seseorang dari latar belakang keluarga. misalnya berasal dari keluarga berkecukupan. Tentu soal materi tidak menjadi beban tersendiri baginya ketika menempuh pendidikan, sehingga ia bisa fokus dalam belajar

Begitulah pembicaraan kami pada malam itu. Setiap pernyataan akan dibenturkan dengan pendapat lainnya. Beragam argumen pun dikemukakan. Menurut saya begini, lain pula menurut teman. Ada benarnya juga masing-masing pendapat itu, tapi akan lebih baik untuk sementara waktu kembali pada pemahaman masing-masing, termasuk pembaca (mana tahu ada pendapat yang berbeda). Setidaknya reunian itu memberikan pemahaman bagi kami akan makna dari “garis tangan”. Semoga.

Tags: #Salman Herbowo
ShareTweetShareSend
Berita Sebelum

Mengenal Penggunaan Tanda Garis Miring

Berita Sesudah

Puisi-puisi Mahareta Iqbal Jamal

Berita Terkait

Satu Tikungan Lagi

Yang Tersembunyi di Balik Ramalan

Minggu, 29/6/25 | 19:13 WIB

Salman Herbowo (Kolumnis Rubrik Renyah)   Semasa sekolah menengah, saya dan banyak teman sebaya gemar mengakses ramalan, dari situs mistis...

Belajar dari Menunggu

Minggu, 22/6/25 | 18:32 WIB

Salman Herbowo (Kolumnis Rubrik Renyah)   Menunggu ujian bukan hanya soal duduk diam di luar ruang kelas dengan segelas air...

Senyuman Kecil dan Mendengar: Hal Kecil yang Berdampak Besar

Jalan Pagi atau Jajan Pagi

Minggu, 15/6/25 | 17:57 WIB

Salman Herbowo (Kolumnis Rubrik Renyah)   Beberapa minggu terkahir ini, di akhir pekannya saya suka jalan-jalan pagi. Niat awalnya olah...

Satu Tikungan Lagi

Masih Tentang Busa dan Bilasan

Minggu, 08/6/25 | 17:51 WIB

Salman Herbowo (Kolumnis Rubrik Renyah)   Minggu lalu, di rubrik Renyah, saya menulis tentang pengalaman mencuci pakaian—aktivitas sederhana yang diam-diam...

Senyuman Kecil dan Mendengar: Hal Kecil yang Berdampak Besar

Cerita dari Balik Busa dan Bilasan

Minggu, 01/6/25 | 16:05 WIB

Salman Herbowo (Kolumnis Rubrik Renyah)   Ada satu kebiasaan yang tak pernah absen menemani masa-masa kuliah saya dulu, menumpuk cucian....

Senyuman Kecil dan Mendengar: Hal Kecil yang Berdampak Besar

Jam Tangan dan Seni Menjadi Siapa

Minggu, 25/5/25 | 13:50 WIB

Salman Herbowo (Kolumnis Rubrik Renyah) Seorang teman pernah berujar tentang urgensi dari jam tangan. Ia menjelaskan tentang benda kecil yang...

Berita Sesudah
Puisi-puisi Mahareta Iqbal Jamal

Puisi-puisi Mahareta Iqbal Jamal

Discussion about this post

POPULER

  • Ketua Dewan Pengarah (SC) Muda Golkar Sumbar ke-XI, Hafrizal Okta Ade Putra (kiri) didampingi Sekretaris SC, Andi Mastian di Kantor Golkar Sumbar. [foto : sci/yrp]

    Musda Golkar Sumbar Digelar Besok, Ketua Umum Bahlil Lahadalia dan Sejumlah Tokoh Nasional Hadir

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Tantangan Kuliah Lapangan Fonologi di Era Mobilitas Tinggi

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Tanda Titik pada Singkatan Nama Perusahaan

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Khairunnas Calon Tunggal, Musda Golkar Sumbar Dipastikan Berlangsung Aklamasi

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Puisi-puisi Afny Dwi Sahira

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Yonnarlis Sebut PPTI Nurul Yaqin Lahirkan Ulama dan Tokoh Masa Depan

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Safari Ramadan di Payakumbuh, Wagub Sumbar Serahkan Bantuan untuk Masjid Baitul Inabah

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
Scientia Indonesia

PT. SCIENTIA INSAN CITA INDONESIA 2024

Navigate Site

  • Dapur Redaksi
  • Disclaimer
  • Pedoman Pemberitaan Media Siber
  • Tentang Kami

Follow Us

No Result
View All Result
  • TERAS
  • EKONOMI
  • HUKUM
  • POLITIK
  • DAERAH
  • EDUKASI
  • DESTINASI
  • LITERASI
    • ARTIKEL
    • CERPEN
    • KLINIK BAHASA
    • KREATIKA
    • PUISI
  • RENYAH
  • TIPS

PT. SCIENTIA INSAN CITA INDONESIA 2024