Oleh: Metra Wiranda, Sos.
(Alumni Jurusan Manajemen UIN Imam Bonjol Padang)
Kita akan sering mendengar suara koncek di Sumatera Barat jika berkunjung ke sawah, kebun, dan ladang. Koncek dalam bahasa Indonesia adalah kodok atau katak, yaitu sejenis hewan ampibi yang hidup di dua alam. Kalau di Padang, koncek tidak hanya terkenal di kawasan persawahan saja, tapi juga terkenal dengan sebutan ilmunya, yaitu ilmu koncek, tapi jangan salah tafsir dulu. Ilmu koncek ini bukan katak yang memiliki ilmu menghilang ataupun bisa terbang ke angkasa. Ilmu koncek hanyalah sebuah perumpamaan bagi seseorang yang bertindak atau ingin melakukan sesuatu tanpa berpikir panjang terlebih dahulu tanpa adanya perencanaan yang matang. Atau bisa juga dikatakan dengan ide yang muncul secara spontan dengan memerlukan tindakan sedini mungkin tanpa ada pertimbangan yang matang. Itulah yang dikatakan dengan ilmu koncek. Ilmu koncek sangat familiar dalam kehidupan sehari-hari.
Koncek memiliki gaya khas dengan melompat-lompat. Ia melompat dari satu tempat ke tempat lain dengan waktu yang singkat. Nah, begitulah orang yang berilmu koncek. Jika melakukan sesuatu langsung dikerjakan secara sekonyong-konyong tanpa ada perencanaan yang bagus dan matang.
Peristiwa ilmu koncek kerap muncul ketika sudah kumpul-kumpul di tongkrongan dengan teman-teman anak muda. Mereka saling berwacana dan berencana ingin melakukan sesuatu dengan tujuan mempererat kebersamaan, baik melakukan perjalanan keliling daerah di waktu lebaran, bakar-bakar ikan di rumah teman, atau nanjak (mendaki) gunung untuk menghilangkan stres. Rencana yang diumbar seringkali berakhir menjadi wacana sebab direncanakan dalam waktu yang cukup lama. Contohnya, Hei Bro, saya lagi stres nih, nanjak kita yuk gaes. Kapan? Kalau akhir bulan bagaimana gaes? Waduhh, lama kali tuh. Nanti malam saja, bagaimana?
Nah, seperti itulah bentuk dari percakapan yang menandakan ilmu koncek. Mereka lebih suka dengan rencana yang instan tanpa memikirkan dan mempertimbangkan lebih dulu. Sebab kerap merencanakan sesuatu yang berujung kandas di pertengahan jalan menjelang hari H. Saat acara direncanakan jauh-jauh hari, ujung-ujungnya acara itu jadi batal menjelang hari H.
Ilmu koncek ini sangat fatal sebab melakukan sesuatu tanpa perencanaan sangat bahaya. Kita perlu meramalkan sesuatu yang akan terjadi nantinya sebab kita tidak tahu medan tempuh yang akan dilalui, apakah berat, sedang, atau ringan. Kita tidak tahu sifat alam berubah-ubah. Kadang, siang panas dan malamnya hujan. Begitu juga sebaliknya. Jika berbagai kemungkinan ini tidak dikaji secara matang, akan berbahaya bagi yang melakukan perjalanan jauh, seperti mendaki gunung dan perjalanan yang memiliki medan tempuh yang berat.
Dilihat dari ilmu planning (perencanaan) yang dikemukakan oleh Santoso S. Hamidjojo, perencanaan adalah kegiatan atau hasil pemikiran tentang sesuatu yang akan dicapai setelah mempertimbangkan sumber dan kendala. Secara sederhana, teori perencanaan bisa dikatakan dapat memberikan gambaran bahwasanya perencanaan kegiatan memerlukan suatu kajian dengan mempertimbangkan hal-hal/kendala yang kemungkinan yang akan terjadi nantinya, baik itu bersumber dari internal diri kita maupun eksternal atau dari alam itu sendiri. Ilmu perencanaan bagus jika diterapkan secara kontekstual dan fleksibel maka segala perencanaan yang akan kita lakukan akan berjalan dengan lancar serta kecil kemungkinan hal yang tak terduga akan terjadi sebab kita telah terlebih dulu membaca situasi di lapangan.
Kedua ilmu ini menurut saya sama-sama baiknya. Hal itu tergantung kapan penempatannya saja. Ilmu koncek bagus dalam hal gerakannya yang spontan namun lemah pada saat membaca situasi di lapangan. Ilmu perencanaan bagus dalam perencanaannya namun lamban dalam gerakannya. Jika melakukan sesuatu dengan medan tempuh yang ringan sebaiknya pakai ilmu koncek, tapi jika medan tempuh berat, alangkah baiknya memakai ilmu planning (perencanaan).
Gadur, Enam Lingkung, Padang Pariaman, 16 Mei 2022
Discussion about this post