Nyanyian Kita
dan tingkah berulang nama
aku menjadi Malin terlapuk hujan
lembab bersekat
pada renda sarung Bapak
ketika magrib, cabiklah!
maafkan rantau nan sebatang
seteguk pun kita tak cukup
memang bukan puan yang bertradisi
kurindu tanah itu
saat gundu tersangkut usia
masih begitu panas
dan kau menyuruhku mandi
relakan rantau nan sebilang
pada penantian
tetaplah penunggu rumah
terbalut peradaban
Ingatkah ibu tentang lantun?
sampiran penyesak hati
dan kita bergantung nasib
tentang nyanyian negeri orang
ada ikhlas,
tempat berlagak diri
(Bandung, 2010)
Fan
“Mendekaplah di pangkuanku, sayang
Kita akan bercerita tentang hari esok”
Ingatkah,
semalam kita bercumbu di ruang tak berlampu
namun kau mendongeng begitu lantang
tentang mata dewa
dan roh-roh di surga
Masihkah ada detak yang serupa?
dengan lekuk tubuhmu yang tak bertukar
dan cangkir kopimu yang berukir naga
Ajaib!
Aku telah lupa jalan ke muara, Sayangku
(Busan, Januari 2022)
Sebuah Puisi
Kau, hidup di dalam puisi
dalam debaran alfabetku yang terkumpul berantakan
Kau, abadi di dalam sebuah puisi
bersama getaran syair yang menyayat aliran darah
Kau, lekang dalam sebuah puisi
dalam heningku yang menyusun pecahan-pecahan harimu
kemudian kukabarkan untuk angin musim semi yang akan datang
pada suatu masa, sebelum banyak kapal berlabuh di negeriku
Pada suatu masa pula, ratusan cahaya silam
Kau, mengirimiku sebuah puisi tak berlarik
Katamu, “Tulis saja apa yang ingin kau tulis,
aku percaya hatimu,
seperti kau percaya bahwa musim akan terus berganti sepanjang tahun”
Kau, membungkus puisi dalam kicau pagi dan petang
Di gerbang itu, tempat kita biasa menerjemahkan arah angin
Kau berkata pada suatu hari, “Aku telah menetap di dalam puisimu,
maka tinggal jugalah di sini, dalam puisiku.
Waktumu telah tiba sebab sajaknya membutuhkan dimensimu”
(Busan, Februari 2022)
Biodata Penulis:
Reno Wulan Sari merupakan Dosen Jurusan Sastra Indonesia, Fakultas Ilmu Budaya, Universitas Andalas dan Dosen Tamu di Busan University of Foreign Studies, Korea Selatan. Buku kumpulan cerpen tunggalnya yang telah terbit berjudul Catatan Pertama pada tahun 2018. Selain seorang sutradara teater, ia juga aktif meneliti dan menulis di media massa.
Discussion about this post