Salman Herbowo
(Kolumnis Rubrik Renyah scientia.id)
Bagi saya pergi ke suatu daerah, baik itu yang pernah dikunjungi sebelumnya maupun yang baru dikunjungi merupakan hal menyenangkan. Daerah maksud saya ini adalah tempat-tempat yang masih dalam wilayah Indonesia. Banyak pengalaman baru yang dapat ditemukan, beraneka ragam karakter orang yang dijumpai dan bermacam pula jenis kuliner yang harus dicicipi. Mencicipi menu kuliner khas daerah yang dikunjungi tentunya menjadi salah satu agenda penting yang harus direalisasikan. Bagi saya atau mungkin juga sebagian pembaca, belum lengkap rasanya menikmati pengalaman berkunjung ke suatu daerah kalau belum mencicipi kulinernya.
Minggu lalu saya dan rekan melakukan perjalanan mengunjungi beberapa tempat selama tiga hari. Seperti yang sudah disebutkan sebelumnya, persoalan perut memang tidak dapat dikesampingkan. Belum turun kaki dari kendaraan, pangana sudah sampai pula di lapau yang hendak dituju. Saya memang antusias sekali untuk mencari tempat-tempat kuliner terutama yang memang terkenal karena rasanya, atau yang lagi viral dan instagramable.
Bermacam pula jenis kuliner yang hendak dicicipi, mulai dari makanan berat, aneka minuman, hingga makanan ringan. Setiap jenis kuliner yang dihidangkan tentu memiliki cita rasa tersendiri dengan keunikan tampilannya. Sebagai informasi bagi pembaca, beberapa kuliner yang coba kami cicip memang tak lepas dari seputar nasi dan “teman-temannya”. Kuliner tersebut berupa aneka olahan ikan laut maupun ikan air tawar (ikan bakar, ikan goreng, gulai ikan), aneka olahan daging sapi (gulai babek, randang, tambusu, gulai tunjang), nasi gemuk, teh telur, dan aneka kripik.
Sebenarnya masih banyak lagi berbagai jenis menu kuliner yang kami cicip, tapi yang membekas dan memberikan kenangan tersendiri memang seputar nasi beserta “teman-temannya”. Kenapa demikian? Karena menu-menu tersebutlah yang menjadi sasaran utama kami kalau energi sudah mulai berkurang atau tatkala perut keroncongan.
Saya yakin sebagian pembaca mungkin sudah mengetahui bahwa kuliner suatu tempat juga dipengaruhi oleh letak geografis daerahnya. Begitu pun aneka “teman-temannya” nasi itu, bagi saya dan rekan yang melakukan kunjungan bersepakat bahwa letak geografis mempengaruhi kekhasan rasa dan tampilan hidangannya, mungkin juga cara memasaknya. Perjalanan kami memang melalui berbagai daerah dengan kondisi geografi yang berbeda, mulai kawasan tepi pantai hingga daerah pengunungan. Dari kawasan bersuhu panas hingga daerah dengan suhu yang dingin.
Perjalanan ini mengajari kami kalau memesan menu nasi beserta “teman-temannya” haruslah memperhatikan kondisi geografis daerahnya. Kenapa begitu? Untuk mendapat menu yang menggugah selera diperlukan juga “trik” khusus dalam menentukan hidangan yang hendak dimakan. Setidaknya hal itu berpengaruh dari pengalaman perjalanan kami. Kalau mau memesan olahan ikan laut hendaklah di rumah makan kawasan pinggir pantai, entah itu ikan bakar, gulai pangek masin, atau gulai ikan karangnya, kesemuanya itu patut untuk dicicipi.
Begitu pun jika sedang berada di daerah yang jauh dari permukaan laut, beberapa menu kuliner yang sempat menggoda lidah kami adalah olahan dari daging sapi, mulai dari randang, gulai babek, gulai tunjang, dan tambusu. Tidak hanya itu, olahan ikan air tawar juga jadi hidangan yang sempat kami santap, yaitu ikan bakar nila dan gurami. Semuanya sungguh menggugah selera.
Mungkin sebagian dari pembaca ada yang tidak sependapat dengan tulisan ini, dengan pengalaman yang coba saya bagikan. Bagi saya itu biasa dan memang lebih baik begitu, sehingga akan banyak pengalaman yang diperoleh dan menambah khazanah dalam menentukan kuliner yang ingin disantap di suatu daerah. Namun, ada satu menu yang tidak tergantikan entah di kawasan tepi pantai maupun pegunungan rasanya tetap menggoda lidah, yaitu karupuak jangek dan ampiang pakai kuah gulai. Sangat menggoda selera.
Discussion about this post