Selasa, 01/7/25 | 07:24 WIB
  • Dapur Redaksi
  • Disclaimer
  • Pedoman Pemberitaan Media Siber
  • Tentang Kami
Scientia Indonesia
  • TERAS
  • EKONOMI
  • HUKUM
  • POLITIK
  • DAERAH
  • EDUKASI
  • DESTINASI
  • LITERASI
    • ARTIKEL
    • CERPEN
    • KLINIK BAHASA
    • KREATIKA
    • PUISI
  • RENYAH
  • TIPS
No Result
View All Result
  • TERAS
  • EKONOMI
  • HUKUM
  • POLITIK
  • DAERAH
  • EDUKASI
  • DESTINASI
  • LITERASI
    • ARTIKEL
    • CERPEN
    • KLINIK BAHASA
    • KREATIKA
    • PUISI
  • RENYAH
  • TIPS
No Result
View All Result
Scientia Indonesia
No Result
View All Result
  • TERAS
  • EKONOMI
  • HUKUM
  • POLITIK
  • DAERAH
  • EDUKASI
  • DESTINASI
  • LITERASI
  • RENYAH
  • TIPS
Home LITERASI KREATIKA

Puisi-Puisi Dara Layl dan Ulasannya oleh Ragdi F. Daye

Minggu, 05/12/21 | 07:02 WIB

Ingatan

Malam merangkak dengan sederhana
Menghidupkan dingin yang terasa semakin ngilu

Dalam pekat yang semakin mencekat
Aku terhuyung berlari-lari
Lari. Lari. Lari
Lari dari ingatan yang terus berpulang
sebelum mataku mengistirahatkan diri

Aku mencengkeram selimut;
menyembunyikan ketakutan
Dengan napas yang putus-putus

Terdengar bentakan ayah yang membekukan seluruh ruangan
Disusul isakan ibu yang beradu bersama piring-piring pecah yang berserakan
Makian. Cacian. Penyesalan
Melebur bersama makanan yang tidak lagi hangat

BACAJUGA

Puisi-puisi Puti Fathiya Azzahra dan Ulasannya oleh Ragdi F Daye

Puisi-puisi Puti Fathiya Azzahra dan Ulasannya oleh Ragdi F Daye

Minggu, 01/6/25 | 06:46 WIB
Puisi-puisi Karya Farha Nabila dan Ulasannya Oleh Dara Layl

Puisi-puisi Karya Farha Nabila dan Ulasannya Oleh Dara Layl

Minggu, 11/5/25 | 07:10 WIB

Pipi ibu membiru dengan lebam di sekujur tubuh dan hatinya
Tangan dan kaki ayah berdarah dan patah-patah

Sekali lagi; sekali lagi ayah meremukkan perasaan ibu yang susah payah diobatinya
Sekali lagi; sekali lagi ibu menghancurkan ego ayah yang tak ada lagi penyangga
Sekali lagi; sekali lagi ibu dan ayah menggugurkan harapan buah hatinya

Dalam hitam yang semakin pekat
Aku meringkuk menyembunyikan diri; menyembunyikan air mata
menyaksikan luka pada jiwa keduanya
padaku; pada apa-apa yang menyaksikannya.

Dalam pekat yang semakin mencekat
Aku terhuyung berlari-lari
“Ini hanya ingatan!”
“Ini hanya kenangan!”

Sungai Nanam, 16 November 2021

Riak yang Tenang

Semilir angin merayu siang
Menjamu lentera yang berkilauan

Tenang, tenang, tenang
Di atas tubuh air yang menenggelamkan

Di bawah kaki bukit
Jala nelayan menyusuri rumah-rumah ikan
membasahi pasar, dapur, perut dan isi dompet

Ketika lentera berganti bulan
Suara jeritan memecah lengang
Bersama tubuh yang berayun di atas air
Bersama gelap yang datang diikuti dingin
Dingin yang biru
Dingin yang kehilangan

Tenang, tenang, tenang
Di atas tubuh air yang menenggelamkan.

Alahan Panjang, November 2021


Pulang

Bisikan asma Tuhan terdengar halus pada ruangan yang dicekat sunyi
Diikuti lidah yang patah diselimuti peluh dingin
Seketika ruangan disesaki oleh kesedihan

Mata senja yang biasa menatap rindu ke luar jendela itu tertutup
Tubuh ringkih itu memucat
Sisa-sisa kehidupan tanggal dari raganya
Alunan ayat-ayat yang sendu mengantar kepergiannya

Seorang dengan tas besar berlari-lari dengan mata memerah
Merengkuh tubuh yang tiada lagi bisa menyambutnya
terlambat.
Ia pulang tatkala ibunya berpulang.

Sungai Nanam, November 2021

 

Biodata Penulis:

Dara Layl, perempuan kelahiran 2000 ini menyebut dirinya sebagai lohophile. Sekarang ia sedang menyelesaikan pendidikan di Universitas PGRI SUMBAR pada Jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia dan juga anggota FLP Sumbar. Jika ingin mengenal lebih dekat, ia bisa dihubungi melalui  Ig: daraa.pm  dan Podcast: Dara Layl

 


Bertutur dengan Puisi Naratif


Oleh
: Ragdi F. Daye
(buku terbaru yang memuat puisinya Sebuah Usaha Memeluk Kedamaian, 2021)

 

Aku meringkuk menyembunyikan diri; menyembunyikan air mata
menyaksikan luka pada jiwa keduanya
padaku; pada apa-apa yang menyaksikannya.

Setiap orang di dunia ini memiliki keinginan untuk berbagi pengalaman, ide, dan perasaan kepada orang lain. Pengalaman dan gagasan tersebut dapat dibagi kepada orang lain secara lisan maupun melaui tulisan-tulisannya. Beberapa bentuk dari tulisan-tulisan itu berupa puisi, prosa, atau drama yang lebih kita kenal sebagai bentuk-bentuk karya sastra. Menurut Aristoteles, kesusastraan adalah imitasi dari kehidupan (Abrams, 1971:11). Kesusastraan merupakan bentuk ekspresi manusia dengan media bahasa yang mencerminkan pengalaman, ide-ide, dan perasaannya.

Puisi merupakan salah satu jenis karya sastra yang memiliki bentuk yang berbeda dengan karya sastra yang lainya. Di dalam puisi, terkandung buah pikiran, perasaan, dan berbagai pengalaman aku lirik tentang dirinya sendiri, orang lain dan semua objek yang ia temui selama hidupnya. Puisi merupakan wadah yang digunakan oleh para aku lirik untuk menyampaikan dan mengekspresikan gejolak batin para aku lirik dengan menggunakan bahasa yang artisik dan berbeda dengan bahasa yang sehari-hari kita dengar (Arupenes, 2020).

Emily Dickinson, penyair Perempuan Amerika (1830—1886) meninggalkan 1.700 puisi pada saat kematiannya. Sebagai seorang introvert, Emily tidak berkeinginan mempublikasi puisi-puisinya. Dia membagikan puisi-puisi karangannya melalui surat-surat korespondensi dengan teman-teman. Setelah dia wafat, puisi-puisi yang membawa pembaruan bentuk tersebut dikumpul dan dipublikasi. Salah satu puisinya yang terkenal berjudul “Hope” yang menggunakan metafora burung untuk mengungkapkan harapan.

Harap

Harap ialah sesuatu bersayap
yang bertengger di jiwa,
dan berdendang tanpa kata,

dan tanpa putus-putusnya,
dan terdengar merdu di deru topan;
dan badai sungguhlah ganas

jika sampai mengusir burung kecil itu,
burung yang sebarkan hangat.

Pernah kulihat ia di sedingin-dinginnya daratan,
juga di seasing-asingnya lautan;
tapi biar cuaca seganas apa, tak pernah
mulut menadah padaku, meski demi seremah.
(terjemahan oleh Wawan Eko Yulianto)

Puisi-puisi Emily Dickinson banyak mengungkapkan perihal kesepian, kehilangan, ketakutan, dan pertanyaan-pertanyaan filosofis tentang hidup dengan menggunakan gaya bahasa simile dan personifikasi. Simile adalah bahasa kiasan yang menyamakan sesuatu dengan suatu hal yang lain dengan menggunakan kata-kata pembanding yang bersifat tak langsung, sedangkan personifikasi adalah bahasa kiasan yang memberikan segala sifat dan tingkah laku manusia kepada sebuah objek, hewan atau ide. Emily Dickinson merupakan salah seorang penyair liris era romantisme asal amerika yang produktif menuangkan segala pikiran, perasaan, dan pengalamannya melalui karya-karya puisinya dan tidak jarang juga sering menggunakan unsur-unsur bahasa kiasan dalam setiap puisi-puisinya.

Pada edisi kali ini, Kreatika menampilkan tiga buah puisi karya Dara Layl yang berjudul “Ingatan”, “Riak yang Tenang”, dan “Pulang.” Ketiga puisi Dara menunjukkan peristiwa-peristiwa bernuansa murung dan bergejolak di balik ketenangan. Bentuk naratif sangat mendominasi puisi-puisi Dara. Ada alur peristiwa yang muncul secara bertahap menggiring imajinasi pembaca ke realitas fiktif yang dialami ‘aku’ lirik di dalam puisi.

Puisi pertama misalnya, “Ingatan.” Larik-larik yang direpetisi menciptakan kemuraman interaksi yang dialami ‘aku’ lirik dengan ayah dan ibunya, seperti terlihat pada kutipan berikut:

Terdengar bentakan ayah yang membekukan seluruh ruangan
Disusul isakan ibu yang beradu bersama piring-piring pecah yang berserakan
Makian. Cacian. Penyesalan
Melebur bersama makanan yang tidak lagi hangat

Pipi ibu membiru dengan lebam di sekujur tubuh dan hatinya
Tangan dan kaki ayah berdarah dan patah-patah

Sekali lagi; sekali lagi ayah meremukkan perasaan ibu yang susah payah diobatinya
Sekali lagi; sekali lagi ibu menghancurkan ego ayah yang tak ada lagi penyangga
Sekali lagi; sekali lagi ibu dan ayah menggugurkan harapan buah hatinya

 Larik-larik tersebut menggambarkan kondisi keluarga broken home. Ada pertengkaran, ada kekerasan fisik dan psikis, ada luka dan trauma yang membekas di ingatan. Keluarga mempunyai porsi besar dalm kehidupan anak manusia. Situasi dan kondisi di dalam keluarga sangat berpengaruh pada kebahagiaan bagian dari keluarga tersebut. Pertengkaran dan kekerasan akan merusak ikatan batin di dalam keluarga.

Kekurangan puisi ini terletak pada pemilihan kata dan struktur naratif yang terlalu panjang dengan deskripsi menyerupai teks prosa. Bagaimanapun, bahasa puisi adalah kristalisasi gagasan, perlu memilah kata-kata sehingga lebih metaforik. Tidak mengunggapkan gagasan secara gambling atau terang-terangan. Dara perlu mempersolek puisi dengan bentuk-bentuk imaji yang mengkonkretisasi perasaan dan ide yang ingin disampaikan.

Begitu pula dengan puisi kedua dan ketiga yang sebenarnya berpeluang menjadi puisi yang menggetarkan. Larik ini ‘Tenang, tenang, tenang/Di atas tubuh air yang menenggelamkan.’, memberi kesan yang berlawanan, tenang namun juga menakutkan. Juga larik ini: Seorang dengan tas besar berlari-lari dengan mata memerah/Merengkuh tubuh yang tiada lagi bisa menyambutnya/terlambat./Ia pulang tatkala ibunya berpulang. Seandainya Dara mau lebih sabar dalam bermain-main metafora, tentu puisinya tidak sekadar menggambarkan seseorang yang pulang untuk menjenguk jenazah orang tuanya.

Puisi-puisi Dara menyiratkan daya rekam penulis terhadap peristiwa-peristiwa keseharian yang memiliki kesan-kesan puitik dan emosional.  Tinggal mengolahnya lebih serius untuk menemukan bentuk-bentuk yang lebih kuat, seperti puisi-puisi Emily Dickinson.[]

Catatan:

Kolom ini diasuh oleh FLP Sumatera Barat bekerja sama dengan Scientia.id. Kolom ini disediakan untuk penulis pemula agar semakin mencintai dunia sastra (cerpen dan puisi). Adapun kritik dalam kolom ini tidak mutlak merepresentasikan semua pembaca. Kirimkan cerpen atau puisimu ke karyaflpsumbar@gmail.com.

Tags: #Ragdi F. DayeDARA LAYL
ShareTweetShareSend
Berita Sebelum

Puisi-puisi Ria Febrina

Berita Sesudah

Kata Bencana dan Mitigasi dalam Bahasa Indonesia

Berita Terkait

Puisi-puisi Rifqi Septian Dewantara dan Ulasannya oleh Azwar

Puisi-puisi Rifqi Septian Dewantara dan Ulasannya oleh Azwar

Minggu, 08/6/25 | 16:36 WIB

  Puisi-puisi Rifqi Septian Dewantara Alienasi Hidup Kita hanya seorang pelancong Yang mengembara segala tempat Lalu tinggal – termenung Di...

Puisi-puisi Puti Fathiya Azzahra dan Ulasannya oleh Ragdi F Daye

Puisi-puisi Puti Fathiya Azzahra dan Ulasannya oleh Ragdi F Daye

Minggu, 01/6/25 | 06:46 WIB

Puisi-puisi Puti Fathiya Azzahra Gambar Diri Ini gambar diri. Aku yang berjalan tak selalu lurus, kadang tersandung bayangan sendiri, cerobohku...

Cerpen “Seberkas Titik yang Masih Tertinggal” Karya Arifah Prima Satrianingrum dan Ulasannya oleh Azwar

Cerpen “Seberkas Titik yang Masih Tertinggal” Karya Arifah Prima Satrianingrum dan Ulasannya oleh Azwar

Minggu, 25/5/25 | 09:15 WIB

Seberkas Titik yang Masih Tertinggal Cerpen Oleh: Arifah Prima Satrianingrum   Siang itu, matahari dengan terik mengambang di Padang. Ruas-ruas...

Puisi-puisi Karya Farha Nabila dan Ulasannya Oleh Dara Layl

Puisi-puisi Karya Farha Nabila dan Ulasannya Oleh Dara Layl

Minggu, 11/5/25 | 07:10 WIB

Puisi-puisi Farha Nabila   Kanak-Kanak dalam Diri Tatkala kutemukan diriku dalam relung kesepian Yang disana takkan kutemukan dengungan sumpah serapah...

Cerpen “Sejauh Apapun, Kau Akan Selalu Hebat” karya Balqin Adzra dan Ulasannya oleh M. Adioska

Cerpen “Sejauh Apapun, Kau Akan Selalu Hebat” karya Balqin Adzra dan Ulasannya oleh M. Adioska

Minggu, 04/5/25 | 08:40 WIB

Sejauh Apapun, Kau Akan Selalu Hebat Karya: Balqin Adzra   “Silahkan mampir! Kami mempunyai mochi varian baru!” teriak sang penjual...

Puisi-puisi Feiruzy Azzahra dan Ulasannya oleh Ragdi F Daye

Puisi-puisi Feiruzy Azzahra dan Ulasannya oleh Ragdi F Daye

Minggu, 27/4/25 | 16:31 WIB

Puisi-puisi Feiruzy Azzahra   Merindu Nagari Nan Jauh Tiap langkah yang menapak Meninggalkan rindu yang menjejak Risau nan gulandah memenuhi...

Berita Sesudah
Jelajah Kata: Ramadhan atau Ramadan?

Kata Bencana dan Mitigasi dalam Bahasa Indonesia

Discussion about this post

POPULER

  • Ketua Dewan Pengarah (SC) Muda Golkar Sumbar ke-XI, Hafrizal Okta Ade Putra (kiri) didampingi Sekretaris SC, Andi Mastian di Kantor Golkar Sumbar. [foto : sci/yrp]

    Musda Golkar Sumbar Digelar Besok, Ketua Umum Bahlil Lahadalia dan Sejumlah Tokoh Nasional Hadir

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Tantangan Kuliah Lapangan Fonologi di Era Mobilitas Tinggi

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Khairunnas Calon Tunggal, Musda Golkar Sumbar Dipastikan Berlangsung Aklamasi

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Yonnarlis Sebut PPTI Nurul Yaqin Lahirkan Ulama dan Tokoh Masa Depan

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Tanda Titik pada Singkatan Nama Perusahaan

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Puisi-puisi Afny Dwi Sahira

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Safari Ramadan di Payakumbuh, Wagub Sumbar Serahkan Bantuan untuk Masjid Baitul Inabah

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
Scientia Indonesia

PT. SCIENTIA INSAN CITA INDONESIA 2024

Navigate Site

  • Dapur Redaksi
  • Disclaimer
  • Pedoman Pemberitaan Media Siber
  • Tentang Kami

Follow Us

No Result
View All Result
  • TERAS
  • EKONOMI
  • HUKUM
  • POLITIK
  • DAERAH
  • EDUKASI
  • DESTINASI
  • LITERASI
    • ARTIKEL
    • CERPEN
    • KLINIK BAHASA
    • KREATIKA
    • PUISI
  • RENYAH
  • TIPS

PT. SCIENTIA INSAN CITA INDONESIA 2024