Tanda merupakan bagian penting dalam konsep tata bahasa menurut ahli linguistik, Ferdinand de Saussure. Begitu pula dengan tanda baca. Tanda baca merupakan salah satu tanda yang mengatur lalu lintas atau tata cara berbahasa. Ada bermacam-macam tanda baca, seperti tanda titik (.), tanda koma (,), tanda titik dua (:), titik koma (;), tanda hubung (-), tanda pisah (–), tanda kutip atau petik dua (“…”), tanda petik satu atau apostrof (‘), dan tanda asteris/asterik atau tanda bintang. Tanda asteris atau tanda bintang merupakan salah satu di antara tanda baca yang digunakan dalam bahasa Indonesia, dalam bahasa Inggris, dan dalam bahasa lainnya.
Klinik bahasa edisi ini akan membahas tanda baca asteris (asterisk) atau tanda bintang (*). Asteris merupakan kata yang berasal dari bahasa Yunani, yaitu asterikos yang berarti bintang kecil. Menurut sejarahnya, tanda asteris atau tanda bintang juga disebut glyph atau simbol tipografi (ilmu tata huruf/aksara). Bersama tanda belati (obelisk), asteris merupakan tanda baca tertua yang sudah berumur sekitar 5000 tahun di antara tanda tekstual dan anotasi lainnya (greenlane.com). Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, tanda asteris biasanya diletakkan setelah kata tertentu untuk menandakan bahwa ada informasi tambahan yang diletakkan di tempat lain (kbbi.kemdikbud.go.id).
Ada enam fungsi tanda asteris atau tanda bintang. Pertama, tanda asteris berfungsi sebagai penanda catatan kaki untuk menandai kata sulit-sulit atau kata-kata yang dipentingkan yang berasal dari bahasa daerah dan bahasa asing dan tidak umum digunakan dalam masyarakat. Tanda asteris berfungsi sebagai pengganti angka dalam catatan kaki yang diikuti dengan penjelasan yang terletak pada bagian kiri bawah teks atau karangan. Tanda ini bisa digunakan untuk teks karya ilmiah (artikel, laporan, dan tulisan ilmiah lainnya), maupun untuk karya fiksi (cerpen, novel, dan sejenisnya).
Contoh penggunaan tanda asteris pada kutipan artikel:
Beberapa kosakata dalam bahasa Indonesia mengandung nilai-nilai religiusitas. Nilai-nilai religius yang membangkitkan semangat, dorongan, dan rasa optimisme pada kehidupan. Salah satunya semangat dan dorongan untuk pembangunan Indonesia. Kosakata tersebut, di antaranya iman, halal, syariah, syar’i*, dan hijab* (Delfia, 2019:2).
Keterangan:
* syar’i : sesuai dengan ajaran agama Islam
** hijab : tabir, tirai, atau dinding pelindung wanita dari pandangan laki-laki.
Pada kutipan artikel di atas, tanda asteris digunakan untuk menjelaskan arti penggunaan kata-kata berbahasa asing, yaitu bahasa Arab.
Contoh penggunaan tanda asteris pada kutipan cerpen:
Pagi hari, di lapau-lapau* di kampung itu. Para lelaki mempunyai kesenangan lain, yaitu saling bercerita tentang senjata yang mereka punya. Tentang arik, tentang sabit, dan juga ladiang.* Tentang di mana mereka mendapat kayu terbaik untuk tangkai senjata-senjata itu (Delfia, 2017:2).
Keterangan:
* lapau-lapau : kedai makanan dan minuman.
** ladiang : parang
Pada kutipan cerpen di atas, tanda asteris atau bintang digunakan untuk menjelaskan arti penggunaan kata-kata berbahasa daerah, yaitu kata-kata dari bahasa Minangkabau.
Kedua, tanda asteris berfungsi untuk mengoreksi kesalahan yang menunjukkan kelalaian dalam pengetikan atau penulisan kata. Fungsi tanda asteris yang kedua ini sering ditemukan dalam kesalahan pengetikan kata-kata atau kalimat saat berkomunikasi melalui pesan singkat di whatsapp, messenger, atau di media sosial lainnya. Contohnya:
1) Nanti sore kita keteman ya?
* keteman > ketemuan
2) hraf kamu mengerti mksudku.
*hraf > harap
3) Angan lupa hubungi aku.
*angan > jangan
Ketiga, tanda asteris berfungsi menunjukkan bentuk yang tidak berterima (unacceptable) karena kesalahan tata bahasa atau tata kalimat atau menunjukkan pola yang tidak benar atau tidak sesuai dengan pemrograman kalimat dalam sistem komputer.
Contohnya:
* yang makan nasi uduk.
Pola kalimat tersebut tidak lengkap dan hanya menunjukkan Subjek (S). Pola tersebut dapat diperbaiki menjadi: Yang makan nasi uduk itu adalah ibu saya. Polanya berubah menjadi lengkap, yaitu Subjek Predikat Pelengkap.
* datang ke rumah kami.
Pola tersebut hanya menunjukkan Predikat (P) dan Keterangan (K) saja. Pola kalimat tersebut dapat diperbaiki menjadi: Mereka datang ke rumah kami. Polanya berubah menjadi lengkap, yaitu Subjek Predikat Keterangan.
Keempat, tanda asteris berfungsi untuk menunjukkan penafian/penafikkan/ penolakan/pengingkaran yang sering muncul dalam iklan.
Contohnya:
1) Dilelang 100 mobil dinas Camry 50 juta*
2) Dijual cepat rumah tipe 75 harga murah*
Tanda asteris atau tanda bintang pada bagian belakang contoh iklan di atas menunjukkan ada informasi yang dinafikkan atau ada informasi yang diingkarkan atau ada informasi yang tidak lengkap dan hanya dapat dibaca pakai kaca pembesar. Informasi tersebut bisa berbentuk tahun produksi mobil yang tidak disebutkan, atau kondisi mobil, warna, dan sebagainya. Demikian juga dengan iklan rumah. Ada informasi yang dinafikkan pada iklan tersebut, seperti apakah rumah tersebut ada sertifikat atau tidak, luas tanahnya berapa, posisinya di mana, dan sebagainya.
Kelima, tanda asteris berfungsi untuk mendandani logo perusahaan, seperti dikutip dari Bill Walsh, almarhum kepala fotokopi di Washington Post, mengatakan dalam panduan referensinya, “The Elephants of Style” bahwa beberapa perusahaan menggunakan tanda bintang dalam nama mereka sebagai pengganti tanda hubung bergaya atau tanda apsotrof (‘) untuk dekorasi yang menarik perhatian (greenlane.com), seperti contoh:
1) E * Trade > E- Trade
2) Macy * s> Macy’s
Keenam, tanda asteris berfungsi untuk menyamarkan kata-kata kasar atau sumpah serapah yang dituliskan agar terkesan tidak terlalu kasar dan vulgar. Penggunaan tanda asteris seperti ini juga sering digunakan dalam komunikasi di media sosial atau dalam penulisan artikel semiilimiah maupun dalam pemberitaan di media massa untuk menghindari pelanggaran Undang-Undang Informasi dan Transaksi Elektronik atau UU ITE.
Contohnya:
1) f**kyou > fuck you
2) an**ng > anjing
3) mo***t > monyet
Selain keenam fungsi di atas, tanda asteris atau tanda bintang juga bisa mempunyai fungsi lain. Beberapa instansi atau lembaga di Indonesia maupun di negara lain menggunakan tanda bintang sesuai dengan kesepakatan instansi atau lembaga tersebut. Penggunaan tanda asteris atau bintang yang sesuai dengan kesepakatan ini dapat digolongkan ke dalam penggunaan tanda baca berdasarkan gaya selingkung. Gaya selingkung merupakan gaya penggunaan tanda baca atau tata bahasa berdasarkan kesepakatan yang dibuat suatu lingkungan tertentu dan fungsinya juga hanya berlaku dalam lingkungan tersebut atau tidak berlaku umum dan universal.
Demikian penjelasan mengenai fungsi tanda baca asteris atau tanda bintang. Semoga bermanfaat dan membantu dalam kegiatan tulis-menulis. Tanda baca adalah rambu-rambu lalu lintas dalam menulis. Agar tidak menimbulkan “tabrakan atau kecelakaan” dalam menulis, para penulis perlu memahami penggunaan setiap tanda baca dengan saksama. Salam sukses dan salam sehat pembaca klinik bahasa di mana pun berada.
Discussion about this post