Kata sandang atau artikula adalah kata yang disandingkan dengan nama orang, nama Tuhan, dan nama binatang. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, kata sandang atau artikula atau artikel adalah kata yang digunakan untuk membatasi atau memodifikasi nomina. Kata sandang atau artikula berfungsi untuk mendampingi nomina (Widjono, 2012:174). Nomina di sini maksudnya adalah nama orang, nama atau sebutan untuk Tuhan, dan nama binatang. Kata sandang tidak memiliki arti jika berdiri sendiri. Kata sandang hanya memiliki arti jika bergabung dengan nomina setelahnya.
Kata sandang dalam bahasa Indonesia ada tujuh, yaitu si, sang, para, sri, hyang, hang, dan dang. Kata sandang si, sang, dan para berkembang dengan baik dalam bahasa Indonesia dan masih digunakan hingga kini dalam percakapan sehari-hari, tetapi kata sandang sri, hyang, hang, dan dang sudah jarang digunakan saat ini.
Untuk memahami masing-masing kata sandang, mari kita lihat ulasannya satu-persatu. Pertama, kata sandang si. Kata sandang ini digunakan untuk menyebut seseorang dengan derajat makna yang rendah dan netral, contohnya si kumbang, si kumis, si pencopet, dan sejenisnya. Contohnya dapat dilihat dalam kalimat berikut.
- Kami bertemu si kumis di pasar tadi siang.
- Warga mengejarsi pencopet itu karena mencuri televisi yang ada di rumah warga.
- Anjing peliharaan ayah bernama si kumbang.
Kedua, kata sandang sang. Kata ini digunakan untuk meninggikan derajat makna nomina yang didampinginya, tetapi kadang-kadang kata sandang ini juga digunakan untuk mengolok-olok tokoh binatang dalam cerita fabel (cerita binantang). Kata sandang ini bisa digunakan untuk menyebut manusia, binatang, dan Tuhan. Jika digunakan untuk menyebut nama Tuhan, menurut Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia (PUEBI), huruf-huruf awalnya harus ditulis dengan huruf kapital. Contohnya dapat dilihat pada kalimat berikut.
- Kami berdoa kepada Allah, Sang Pencipta.
- Hujan ini berasal dari Sang Maha Pemberi.
- Sang Hyang Widhi akan mengabulkan doa-doa baik.
Namun, jika kata sandang sang digunakan untuk menyebut manusia atau binatang, penulisan huruf awalnya dengan huruf kecil. Contohnya dapat dilihat pada kalimat-kalimat berikut.
- Jaka dijuluki sang demonstran.
- Rahasia hati sang panyair tertuang dalam puisi-puisi yang menyentuh hati.
- Karena berhasil menipu buaya, sang kancil berhasil menyeberangi sungai.
- Sang presiden menegur menteri yang kinerjanya masih rendah.
- Pengabdian sang gurumengubah anak-anak di daerah terpencil menjadi cerdas.
Ketiga, kata sandang para. Kata sandang ini digunakan untuk menyebut orang dalam jumlah banyak. Contohnya dapat dilihat pada kalimat-kalimat berikut.
- Pagi itu, para ibu berkumpul di aula puskemas.
- Para mahasiswa menyampaikan aspirasinya di depan kantor DPR.
- Malam pemberian penghargaan Festival Film Indonesia dihadiri oleh para artis.
- Lelaki muda itu tersenyum dan menyapa para gadis.
- Para cendekiawan mendiskusikan masalah kebangsaan.
Namun, kata sandang para tidak tepat digunakan untuk menyebut binatang, tumbuhan, atau benda dalam jumlah banyak, misalnya: *para harimau, *para kucing, *para pohon kelapa, dan *para tumbuh-tumbuhan. Bentuk-bentuk ini disebut bentuk yang tidak berterima atau bentuk yang tidak lazim dalam bahasa bahasa Indonesia. Untuk menyebut tumbuhan, binatang, dan benda dalam jumlah banyak, dapat digunakan kata ulang, seperti pohon-pohon, harimau-harimau, meja-meja, dan lain-lain.
Selanjutnya, empat kata sandang terakhir, yaitu sri, hyang, dang, dan hang. Keempat kata sandang ini tidak mengalami perkembangan dalam bahasa Indonesia karena hanya dapat digunakan dalam ruang lingkup yang terbatas. Kata sandang sri digunakan untuk menyebut dan meninggikan martabat raja atau pemimpin, contohnya Sri Baginda Raja, Sri Sultan Hamengkubuwono, dan Sri Dipertuan Agung. Kata sandang hyang digunakan untuk menyebut Tuhan, Dewa, dan Dewi dalam agama Hindu, contoh Hyang Widhi, Sang Hyang Wenang, Hyang Wisesaning Tunggal, dan lain-lain. Lalu, kata sandang dang biasanya digunakan untuk menyebut perempuan yang dihormati dan dimuliakan dalam hikayat sastra lama, contohnya Dang Merduwati, Dang Kirana, dan Dang Nilam Sari. Terakhir, kata sandang hang. Kata sandang ini digunakan untuk menyebut laki-laki yang dimuliakan atau dihormati dalam hikayat sastra lama, contohnya Hang Tuah, Hang Jebat, Hang Lekir, dan lain-lain. Kata sandang dang dan hang digunakan untuk menyebut laki-laki dan perempuan dalam kebudayaan Melayu.
Demikian ulasan mengenai kata sandang dalam bahasa Indonesia. Semoga mencerahkan.
Discussion about this post