Kata bukan dan tidak digunakan sebagai informasi yang bermakna pengingkaran. Penggunaan keduanya sering kali dianggap sama oleh masyarakat Indonesia. Secara makna, kata bukan dan tidak memang bersinonim. Di dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), kata bukan bermakna “Berlainan dengan sebenarnya; sebenarnya tidak (dipakai untuk menyangkal)” dan kata tidak bermakna “Partikel untuk menyatakan pengingkaran, penolakan, penyangkalan, dan sebagainya; tiada”. Kemiripan makna yang dimiliki oleh kata bukan dan tidak membuat masyarakat pengguna bahasa Indonesia menganggap kedua kata tersebut bisa saling menggantikan, seperti kata-kata bersinonim lainnya. Akan tetapi, secara tata bahasa, penggunaan kata bukan dan tidak memiliki kaidah masing-masing.
Kata bukan digunakan sebagai makna penyangkalan atau pengingkaran untuk pronomina dan nomina. Pronomina adalah kata yang digunakan sebagai kata ganti orang seperti saya, aku, dia, beliau, kita, kami, mereka, dan kalian. Nomina adalah kelas kata yang digunakan untuk benda seperti, baju, lemari, meja, bulan, matahari, air, dan mobil. Pronomina dan nomina biasanya digunakan sebagai subjek atau objek di dalam kalimat, misalnya: (1) Saya membeli rumah, (2) Rumah itu sangat besar, (3) Ayah menelepon mereka, dan sebagainya. Kata saya, rumah, ayah, dan mereka di dalam kalimat-kalimat tersebut berfungsi sebagai subjek dan objek. Kalimat-kalimat tersebut tidak memiliki makna ‘penyangkalan’ karena tidak ada kata bukan. Kata bukan digunakan sebelum pronomina atau nomina, misalnya pada kalimat: (1) Dia bukan adik saya, (2) Itu bukan buku ayah saya, (3) Dosen saya bukan beliau, (4) Mereka bukan orang Indonesia, dan sebagainya. Secara sederhana, contoh bisa dilihat pada frasa berikut: bukan itu, bukan rumah saya, bukan kakak saya, bukan mobil ini, bukan dia, dan sebagainya.
Sama halnya dengan kata bukan, kata tidak juga digunakan sebagai makna penyangkalan atau pengingkaran. Akan tetapi, kata tidak digunakan untuk verba dan adjektiva. Verba adalah kelas kata yang menandai proses, kejadian, atau lebih sederhananya sering disebut sebagai kata kerja, seperti makan, minum, tidur, pulang, pergi, duduk, dan mandi. Adjektiva atau lebih sering disebut kata sifat adalah kata-kata yang bisa ditambah dengan kata lebih, cukup, atau sangat, seperti pintar, tinggi, rendah, mahal, murah, panas, dan dingin. Verba dan adjektiva biasanya digunakan sebagai predikat di dalam kalimat, misalnya: (1) Adik saya membeli buku, (2) Dia sangat cantik, dan (3) Tas itu mahal. Kata membeli, frasa sangat cantik, dan mahal di dalam kalimat-kalimat tersebut berfungsi sebagai predikat. Kalimat-kalimat tersebut tidak memiliki makna ‘penyangkalan’ atau ‘pengingkaran’ karena tidak ada kata tidak. Kata tidak digunakan sebelum verba atau adjektiva, seperti pada kalimat: (1) Dia tidak belajar kemarin, (2) Mereka tidak membeli buku itu, (3) Kota Padang tidak dingin, dan (4) Tas ini tidak mahal. Secara lebih sederhana, contoh bisa dilihat pada frasa berikut: tidak makan, tidak tidur, tidak tinggi, tidak rendah, tidak murah, dan tidak jauh.
Secara umum, makna ‘penyangkalan’ atau ‘pengingkaran’ juga terdapat pada kata lainnya, seperti tiada dan tak. Akan tetapi, penggunaan kata tiada dan tak dalam kehidupan sehari-hari tidak sesering kata bukan dan tidak. Biasanya, kata tiada dan tak sering dijumpai dalam ragam sastra, seperti puisi, lirik lagu, pantun, prosa, dan drama. Di dalam KBBI, kata tiada dan tak bersinonim dengan kata tidak, misalnya tiada lagi maknanya sama dengan tidak ada lagi dan tak ada maknanya sama dengan tidak ada.
Kembali pada pembahasan kata bukan dan tidak, kedua kata ini memiliki pasangan kata yang berbeda di dalam kalimat. Istilah untuk ‘kata yang berpasangan’ ini, sebagian ahli bahasa menyebutnya sebagai ‘konjungsi korelatif’. Konjungsi adalah kata penghubung yang berfungsi menghubungkan kata, frasa, klausa, atau kalimat. Ada banyak konjungsi di dalam bahasa Indonesia, yaitu dan, atau, lagipula, apalagi, kecuali, dan sebagainya. Berbagai konjungsi tersebut digunakan sesuai dengan kebutuhan informasi yang akan disampaikan. Ada konjungi yang bisa digunakan sendiri dan ada juga konjungsi yang digunakan berpasangan. Konjungsi yang digunakan secara berpasangan inilah yang disebut sebagai konjungsi korelatif. Konjungsi korelatif ini bisanya digunakan untuk menggabungkan dua klausa atau dua kalimat setara (sesungguhnya klausa atau kalimat tersebut bisa berdiri sendiri). Ada beberapa konjungsi korelatif di dalam Bahasa Indonesia, di antaranya kata bukan dan tidak. Pada informasi sebelumnya telah dijelaskan bahwa kata bukan dan tidak digunaan dengan kaidah yang berbeda, artinya tidak bisa saling menggantikan. Oleh sebab itu, kata bukan dan tidak juga memiliki kata berpasangan yang berbeda. Kata bukan berpasangan dengan kata melainkan dan kata tidak berpasangan dengan kata tetapi.
Contoh penggunaan kata bukan dan melainkan bisa dilihat dalam kalimat berikut: (1) Saya bukan seorang dokter, melainkan seorang dosen, (2) Dia bukan adik saya, melainkan teman saya, (3) Teman saya bukan mereka, melainkan dia, dan sebagainya. Contoh penggunaan kata tidak dan tetapi bisa dilihat dalam kalimat berikut: (1) Saya tidak belajar, tetapi menonton televisi, (2) Kota Bandung tidak panas, tetapi cukup dingin, (3) Dia tidak bodoh, tetapi malas belajar, dan sebagainya. Pasangan kata tidak dan tetapi juga bisa ditambah dengan kata hanya dan juga, seperti dalam kalimat berikut: (1) Seminar ini tidak hanya untuk mahasiswa, tetapi juga untuk murid sekolah, (2) Dia tidak hanya membeli baju, tetapi juga membeli sepatu, dan sebagainya. Inilah penjelasan dari kata bukan dan tidak beserta pasangannya sebagai konjungsi korelatif. Secara sederhana, dapat dipahami bahwa kata bukan digunakan untuk pronomina dan nomina, sedangkan kata tidak digunakan untuk verba dan adjektiva. Ketika menjadi konjungsi korelatif, kata bukan dan tidak memiliki pasangan kata yang berbeda, yaitu: bukan … melainkan dan tidak … tetapi. Demikian penjelasan tentang pasanagan kata bukan dan tidak. Semoga bermanfaat.
Discussion about this post