Huruf miring banyak digunakan dalam kegiatan menulis. Huruf miring bisa ditemukan di dalam buku, majalah, surat, dan segala hal yang berbentuk tulisan. Wujud dari huruf miring ini adalah menuliskan huruf, kata, dan kelompok kata dengan bentuk miring sehingga bisa tampak berbeda dengan kata lainnya dalam tulisan tersebut. Contoh huruf miring dalam tulisan adalah saya, bahasa, rumah, dan Minggu. Ketika suatu huruf, kata, atau kelompok kata ditulis miring (sehingga menjadi berbeda dengan huruf lainnya) tentu saja memiliki tujuan khusus dalam tulisan tersebut. Berikut ini adalah tiga pedoman dan fungsi dari huruf miring.
Pertama, huruf miring bisa digunakan oleh seorang penulis ketika menuliskan judul atau nama. Judul atau nama yang bisa ditulis dalam bentuk huruf miring adalah judul buku, nama majalah, atau nama koran. Contoh penggunaan huruf miring dalam penjelasan pertama ini dapat dilihat pada kalimat-kalimat berikut:
- Ayah saya sangat menyukai novel Laskar Pelangi.
- Saya sudah membaca novel Bumi Manusia.
- Majalah Kartinimemiliki banyak informasi untuk wanita Indonesia.
- Majalah Horisonterbit pertama kali pada tahun 1966.
Penggunaan huruf miring pada contoh-contoh tersebut berfungsi untuk memudahkan pembaca membedakan antara kata biasa dengan judul atau nama yang dituliskan dalam kalimat tersebut. Penggunaan huruf miring ini tidak bisa diterapkan untuk nama diri, lembaga, judul film, sinetron, lagu, artikel, dan lain-lain. Penulisan judul film, sinetron, lagu, dan artikel bisa menggunakan tanda petik (“…”). Hal ini dapat dilihat dalam contoh kalimat-kalimat berikut:
- Dia membaca puisi “Aku” karya Chairil Anwar dengan sangat baik.
- Sinetron “Tukang Bubur Naik Haji” memiliki banyak episode.
- Film “Petualang Sherina” banyak disukai oleh anak-anak.
- Salah satu lagu Iwan Fals adalah “22 Januari”.
Kedua, huruf miring bisa digunakan oleh seorang penulis ketika menggunakan bahasa asing atau bahasa daerah di dalam tulisannya. Penggunaan huruf miring untuk kebutuhan ini memudahkan pembaca untuk membedaan keragaman bahasa yang ada di dalam tulisan tersebut. Penggunaan huruf miring untuk bahasa daerah dapat dilihat dalam contoh-contoh berikut: (1) Istilah urang awak ditujukan untuk masyarakat Minangkabau, (2) Kata nuhun adalah bahasa Sunda. Huruf miring pada frasa urang awak dan kata nuhun memberikan pemahaman kepada pembaca bahwa kata-kata tersebut bukanlah bahasa Indonesia. Penggunaan huruf miring untuk bahasa asing seperti: Dia akan segera upload videonya untuk tugas hari ini. Penggunaan huruf miring ini tidak berlaku untuk semua istilah bahasa daerah atau asing yang berfungsi sebagai nama diri atau lembaga, seperti: Busan University of Foreign Studies terletak di Korea Selatan. Nama Busan University of Foreign Studies memang ditulis dalam bahasa Inggris, tetapi penulisannya dalam bahasa Indonesia tidak diwakilkan dengan huruf miring. Hal ini disebabkan Busan University of Foreign Studies merupakan nama sebuah universitas, bukan sebuah kata umum yang digunakan dalam bahasa Inggris.
Ketiga, huruf miring bisa digunakan oleh seorang penulis untuk memberikan penegasan terhadap suatu huruf, kata, atau kelompok kata agar pembaca bisa fokus pada hal yang dikhususkan tersebut. Contoh penggunaan huruf miring pada kaidah ini adalah: (1) Pilihlah jawaban yang tidak tepat! (2) Makna yang terdapat dalam kalimat tersebut adalah dibaca bukan membaca. Pada dua contoh kalimat tersebut, terdapat tiga kata yang ditulis dalam bentuk miring, yaitu tidak, dibaca, dan membaca. Penggunaan huruf miring untuk ketiga kata tersebut memiliki tujuan pengkhususan suatu kata dalam sebuah kalimat. Pada contoh kalimat (1), kata tidak ditulis secara miring agar pembaca bisa fokus pada makna dari tulisan tersebut sehingga bisa meminimalkan kesalahpahaman dalam membaca. Pada contoh kalimat (2), penulis mengkhususkan dua kata yang berbeda untuk mendapatkan perhatian khusus pembacanya pada kata-kata tersebut.
Tiga pedoman penggunaan huruf miring tersebut bisa diwujudkan jika seorang penulis mengetiknya di dalam komputer, sebab penulisan huruf miring bisa diaplikasikan melalui pengaturan tulisan dalam bentuk italic. Akan tetapi, penulisan huruf miring yang dilakukan dengan cara tulis tangan tidak semudah ketika mengetik di komputer. Oleh sebab itu, ketika seorang penulis ingin mengkhususkan suatu kata, menggunakan bahasa daerah atau bahasa asing, dan menulis judul buku atau nama majalah, kita bisa menggunakan garis bawah sebagai pengganti huruf miring. Hal ini dapat dilihat dalam contoh berikut (perumpaan bahwa tulisan ini dilakukan dengan cara tulis tangan):
- Ayah saya sangat menyukai novel Laskar Pelangi.
- Istilah urang awakditujukan untuk masyarakat Minangkabau.
- Pilihlah jawaban yang tidaktepat!
Itulah penjelasan tentang penggunaan huruf miring dalam bahasa Indonesia. Semoga penjelasan ini bermanfaat untuk pembaca ketika akan menulis sesuatu.
Discussion about this post