Oleh:
Nanang Mubarok
Direktur Nasional LPPDSDM DPP BKPRMI*
Manusia sejak diciptakan sampai wafat memiliki fitrah saling ketergantungan dengan pihak lain, khususnya sangat bergantung kepada yang menciptakannya yakni Sang Al-Khaaliq. Juga kepada manusia bahkan kepada makhluk lainnya. Tidak ada satu pun manusia yang ingin hidup sendiri tanpa bantuan orang lain. Ia tidak akan dapat memenuhi kebutuhan dan tujuan hidup jika tanpa bantuan orang lain.
Karenanya, anjuran saling tolong-menolong dijelaskan dalam Al-Qur’an, seperti firman Allah SWT, yang artinya,“Tolong menolong lah kalian atas kebaikan dan taqwa” (QS. Al-Maidah: 2)
Aktivitas tolong menolong dalam kebaikan akan menimbulkan hubungan timbal balik yang positif. Di sisi lain, tolong menolong merupakan manifestasi dari kesalehan individual dan keteraturan sosial. Di samping itu ada banyak fadilah atau keutamaan yang harus diketahui oleh umat manusia.
Keutamaan membantu orang lain menurut Al-Ghazali dalam kitabnya Mukasyafatul Qulub adalah sebagai berikut. Pertama, akan mendapatkan pahala seperti pahalanya orang yang berperang membela kedaulatan agama. Kedua, mendapatkan pembebasan dari siksa neraka dan nifaq. Ketiga, setiap langkah dibalas dengan tujuh puluh kebaikan dan dijauhkan dari tujuh puluh kejelekan. Keempat, dosa-dosanya dihapus seperti bayi yang baru lahir.Kelima, jika ia meninggal dalam keadaan ia membantu orang lain maka ia masuk surga tanpa hitungan amal.
Selain kelima keutamaan tersebut, masih banyak lagi hadits lainnya, diantaranya:
“Suatu ketika ada seorang laki-laki yang datang kepada Rasulullah. Lalu ia bertanya: wahai Rasulullah, siapa orang yang paling dicintai oleh Allah? Dan apa amalan yang paling dicintai oleh Allah? Rasulullah pun menjawab: “Orang yang paling dicintai Allah adalah yang paling bermanfaat untuk orang lain. Dan perbuatan yang paling dicintai Allah adalah memberi kegembiraan seorang mukmin, menghilangkan salah satu kesusahannya, membayarkan hutangnya, atau menghilangkan rasa laparnya. Dan aku berjalan bersama saudaraku untuk memenuhi kebutuhannya itu lebih aku cintai daripada beri’tikaf di masjid Nabawi selama sebulan.” (HR ath-Thabrani)
Dikisahkan dalam sebuah hadits dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, Rasulullah SAW bersabda,
“Ketika seorang laki-laki sedang berjalan, dia merasakan kehausan yang sangat, lalu dia turun ke sumur dan minum. Ketika dia keluar, ternyata ada seekor anjing sedang menjulurkan lidahnya menjilati tanah basah karena kehausan. Dia berkata, ‘Anjing ini kehausan seperti diriku.’ Maka dia mengisi sepatunya dan memegangnya dengan mulutnya, kemudian dia naik dan memberi minum anjing itu. Allah berterima kasih kepadanya dan mengampuninya.” Para sahabat bertanya, “Ya Rasulallah, apakah kita juga mendapat pahala dalam berbuat baik kepada binatang?” Beliau menjawab, “Dalam (berbuat baik) kepada setiap makhluk bernyawa itu ada pahala” (HR. Bukhari no. 2363 dan Muslim no. 2244)
Jika demikian besar pahala bagi yang berbuat baik terhadap anjing, lalu bagaimana kalau itu terhadap sesama manusia? Tentu pahalanya lebih besar. Maka, jika kita berbuat baik kepada sesama manusia, maka pahalanya lebih besar dan lebih banyak. Oleh karena itu, Nabi SAW bersabda: “Siapa yang memberi minum seorang muslim yang kehausan, Allah akan memberikan minum baginya dari Rakhiqul Makhtum (khamar murni yang dilak di surga).
Dengan demikian marilah kita saling membantu dan saling tolong-menolong antar sesama manusia khususnya sesama muslim dalam berbagai urusan dunia maupun urusan akhirat karena semua itu jika diniati ikhlas lillahi ta’ala maka akan menjadi tambahan nilai ibadah. Wallahualam.(*)
Dirnas = Direktur Nasional
LPPDSDM = Lembaga Pendidikan dan Pengembangan Dakwah dan Sumber Daya Manusia
BKPRMI = Badan Komunikasi PemudaRemaja Masjid Indonesia
Discussion about this post